KEDUDUKAN ORANG TUA SEBAGAI GURU RUPᾹKA :
Sebuah Upaya Kontemplasi Dalam Kehidupan di Era
Globalisasi
Oleh :
Untung Suhardi
1.1 Pendahuluan
"Wahai suami istri, binalah keluhuran keluarga, bekerjalah keras untuk meningkatkan kesejahtraan hidupmu. semoga kemashuran dan kekayaan yang engkau peroleh memberikan kebahagiaan" (Rgveda V.28.3).
Berawal dari
pembicaraan tentang adanya sebuah dialog kecil tentang peran dan kedudukan
orang tua dalam kehidupan globalisasi. Kemudian berlanjut pada sebuah pemikiran
bahwa dalam pembicaraan ini terlihat sebuah gagasan yang sangat menarik untuk
ditindaklanjuti dalam sebuah tulisan yang dalam hal ini penulis ingin berbagi
kepada para pembaca bahwa karena kedudukan dan peran yang sangat vital, maka
orang tua ditempatkan pada sebuah singgasana yang sangat mulia dan terhomat.
Keadaan ini terlihat secara nyata ketika ibu kita sedang mengandung selama 9
bulan kemudian berusaha mendidik dan membesarkan kita sampai saat ini, hal ini
membuat sebuah kekaguman yang sangat luar biasa kepada orang tua kita terutama
adalah ibu. Beberapa pandangan ketika penulis berbincang-bincang kecil dengan
teman kerja yang kebetulan dari muslim beliau mengatakan bahwa “kedudukan orang
tua terutama ibu adalah 3 kali diatas bapak, oleh karena itu sebuah keharusan
kita sebagai anak untuk menghormati kedua orang tua kita”. Berlanjut dari pembicaran ini bahwa penulis
ingat tentang adanya sebuah pribahasa bahwa “ada surga ditelapak kaki ibu” hal
ini menunjukan bahwa dominasi orang tua
kita sangat penting maka dalam ajaran agama
manapun menerangkan tentang adanya sebuah sikap untuk menghormati kedua
orang tua kita sebagai simbol dari restu Tuhan kepada anak-anaknya.
Selain dari pada itu,
mengingat adanya sebuah fenomena yang terjadi pada kehidupan yang penuh dengan
era tekhnologi budaya untuk menghormati orang tua sudah mulai memudar yang
lebih disebabkan oleh faktor lingkungan dan kebutuhan ekonomi. Karena dalam
menjalin sebuah pergaulan anak ini lebih banyak bergaul disekolah dan tempat
bermainnya dan orang tua sibuk dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehingga tatapmuka anak dengan orang tua sangat jarang dan paling
banyak pagi sebelum berangkat kantor dan malam sebelum tidur. Dan yang paling
menyakitkan adalah anak itu tidak pernah ketemu dengan orang tuanya dan lebih
sering ketemu dengan pengasuhnya karena ketika anaknya bangun pagi si anak
tidak melihat orang tuanya karena bangunnya siang sebab pulang kerja sudah
larut malam dan pada waktu malam orang
tua tidak melihat dan menemani anaknya belajar sebab si anak sudah tidur
dan orang tua ini pulang sudah larut malam begitu seterusnya. Keadaan inilah yang perlu untuk
sebuah rancangan ulang tentang pola asuh anak yang terkesan hanya sebuah
“cibiran yang dipandang sebelah mata” dalam keluarga, tetapi sesungguhnya pola
asuh dan pembinaan kepada anak sejah dini adalah sebagai pijakan untuk menempuh
sebuah jalan yang akan dilaluinya kelak setelah dewasa untuk menuju rumah
kebahagiaan melalui pendidikan budipekerti yang seharusnya diajarkan oleh kedua
orang tua dirumah.
Selengkapnya Download naskah
0 Response to "ORANG TUA SEBAGAI TUHAN YANG NAMPAK DI BUMI"
Post a Comment