Merpati
Tidak Pernah Ingkar Janji (Tinjauan Hukum Karmaphala dalam Hindu)
Oleh
:
Untung
Suhardi
Kepada yang
terhormat Ketua paguyuban Majapahid beserta pengurus
Kepada yang saya hormati sesepuh pini sepuh
umat
Kepada yang
saya banggakan umat sedharma sekalian.
Sebelumnya
saya haturkan sembah sungkem panganjali Om
Svastyastu
Om Anubadrah Kratawoyantuwiswatah, Om
avighham astu namah sidham,
Umat
sedharma yang berbahagia,
Sebelum saya
menyampaikan pesan dharma ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan puji
syukur kepada Brahman Yang Maha Pengasih dan penyayang, karena atas asung
kerthawaranugraha-Nya kita selalu mendapatkan perlindungan dan selalu diberikan
keselamatan, kesempatan kesehatan, karena kesehatan lebih berharga dari pada
kekayaan. Sehingga, kita dapat berkumpul ditempat ini tanpa ada halangan suatu
apapun. Dan tiada kata yang paling indah selain kita memuji kebesaran-Nya dan
selalu mensyukuri apapun yang telah diberikan kepada kita semua. Adapun pesan dharma
ini bersifat mengingatkan terhadap hal-hal yang telah terlupakan, yaitu dengan
judul “Merpati tidak pernah ingkar
janji”.
Pada sesi
ini saya sengaja mengetengahkan tema dengan judul yang sederhana dan pembahasan
yang kiranya mudah diterima oleh pendengar. Pada kepercayaan Yunani merpati dilambangkan dengan
kesetiaan, hal ini pada jaman tersebut digambarkan dengan dewa Aprodite yang berarti kesetiaan sehidup
semati. Tetapi sesungguhnya pada kesempatan yang baik ini saya memudahkan
pengangkatan tema ini yang berkaitan dengan karmaphala.
Ada perkataan dari sahabat saya yang mengatakan bahwa karma adalah sangat
banyak dibicarakan oleh umat yang ada diHindu dan Budha. Ada juga yang
mengatakan bahwa karma sangat terkait dengan tempat yang sangat menyeramkan
yaitu neraka dan tempat yang sangat
menyenangkan yaitu surga. Selanjutnya, pertanyaan saya dan pertanyaan saudara
adalah bagaimanakah caranya mendapatkan karma yang baik agar mendapatkan
kesenangan, seperti yang banyak dituturkan oleh banyak para penuntun spiritual
yang telah banyak kita dengar.
Umat
sedharma yang saya hormati.
Melalui
dharma wacana ini ada beberapa hal yang akan saya sampaikan yaitu :
1.
Apakah itu
hukum karma ?
2.
Bagaimanakah
hubungan karma dengan kelahiran kembali?
Umat
sedharma yang penuh karunia,
Karma jika
diartika adalah perbuatan yang nantinya berkembang menjadi karmaphala yang
berarti hasil perbuatan. Hukum karmaphala aatau hokum aksi-reaksi, lebih jauh
dikatakan bahwa Yatha karma tatha phalam
(sebagaimana perbuatan itu dilakukan, begitulah pahala yang akan diperoleh).
Oleh karena itulah kita dianjurkan untuk selalu berbuat baik kepada semua
makhluk, tidak iri kepada orang lain, selalu ramah dan bekerjalah sesuai dengan
tugas. Karena kita
merupakan satu kesatuan kehidupan yang berasal dari Brahman. Manusia dengan
semua makhluk lainnya merupakan satu nafas atau
saudara, yaitu satu nafas dengan binatang, tumbuhan dan hewan.
Kemudian kita minum air yang sama-sama berasal dari air laut. Inilah merupakan
satu bukti kita bersaudara dengan semua makhluk (Vasudewa kuntumbhakam), sehingga kita merupakan saling hidup
menghidupi. Dengan demikian, ini adalah tugas yang harus dikerjakan tanpa harus
memikirkan hasilnya, seperti halnya : lebah selalu menghasilkan madu, sapi
selalu menghasilkan susu dan tenaganya untuk kepentingan manusia tanpa mereka
memikirkan untuk siapa hasilnya seperti jantung yang selalu memompa darah
keseluruh tubuh. Dan semuanya bekerja sesuai dengan tugas tanpa menyombongkan
jasanya. Seperti dijelaskan didalam Bhagavadgita 11 : 46 mengatakan bahwa :
Karmani eva dikaraste
Maphalesu kadacana
Ma karmaphala hetur
bhur
Ma te sango stvakarmani
Terjemahan :
”kewajibanmu kini hanya
bertindak dan bekerja tiada mengharapkan hasil
Jangan sekali-kali pahala
menjadi motifmu, dan jangan pula hanya berdiam diri
Menjadi tujuanmu”[1].
Hal lain
juga dijelaskan dalam sastra Sarasamuccaya 354 memberikan analogi seekor anak lembu dengan induknya, dijelaskan bahwa
walaupun beratus-ratus induk lembu yang sedang menyusui anaknya, namun anak
lembu itu ingat untuk mendapatkan induknya. Pahala karma itu datang tepat pada
waktunya, tidak dapat ditolak, tidak dapat diundur ataupun tidak dapat
dimajukan. Karma itu datang tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan seperti halnya bunga yang terus mekar dan buah-buahan yang terus
menghasilkan sesuai dengan musim yang
telah ditentukan.
Itulah yang merupakan proses hukum karma yang sangat
sulit untuk dipahami dan mempunyai keterikatan (ketergantungan) pada yang lain
dengan hubungan yang sangat komplek. Didalam kita melakukan suatu pekerjaan 90
% dari semua ornag bekerja berdasarkan motif keinginan tertentu. Ada orang yang
ingin terkenal dia rela untuk mati demi mendapatkan kemasyuran, orang yang
ingin kaya dia rela untuk menjual dirinya demi untuk mendapatkan kekayaan itu.
Pendeknya manusia tergila-gila untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sri
Ramakrsna mengatakan bahwa : ”Dunia ini adalah rumah sakit gila terbesar,
didalam rumah sakit gila itu ada orang yang mengejar kemasyuran, ada orang yang
mengejar pangkat, ada orang yang tergila-gila dengan sex. Dan kita disinipun
gila juga, aka tetapi kita adalah gila yang terbaik yaitu tergila-gila kepada
Tuhan”. Kita disini selalu merindukan kehadiran Tuhan dihati kita dengan
cara memuji nama-Nya dengan setulus
hati, karena dizaman ini sangatlah cocok untuk melakukan pujian kepada Tuhan
dengan cara mengulang-ulang nama-Nya (Japa
mantra) sesuai denga Istadewata masing-masing pemuja.
Bapak-bapak, ibu-ibu yang saya hormati.
Didalam ajaran Hindu ada 3 jenis karmaphala yaitu :
1.
Prarabdha karma : perbuatan yang dilakukan sekarang dan diterima pada
kehidupan sekarang juga. Contoh : habis mandi segar.
2.
Kriyamana karma : perbuatan yang dibuat sekarang didunia ini tetapi
hasilnya diterima setelah mati dialam Niskala. Contoh : jika berbuat baik akan
dapat sorga, dalam kitab purana ada seseorang yang bernama Maharaja Nahusa
selama hidupnya dia selalu berjasa untuk rakyatnya dan leluhurnya, maka setelah
meninggal dunia dia menjadi penguasa alam keindraan (Sorga).
3.
Sancita karma : perbuatan yang dilakukan sekarang didunia yang hasilnya
akan diterima pada kelahiran yang akan datang. Contoh : pada akhir perang
Mahabharata yudha prabu Drestarasta bertanya kepada Sri Krsna mengapa seluruh
anaknya meninggal dunia dan matanya buta seumur hidup. Krsna menjawab bahwa 50
kali kelahiran terdahulu beliau telah membunuh 100 ekor burung dengan panah
apinya, tetapi ketika induknya mau menolongnya induk itu terkena api kematanya
sehingga ia menjadi buta.
Karma manusia didunia ini juga dipengaruhi oleh triguna,
yaitu sattwam (Kesucian), rajas (Bernafsu) dan tamas (Kebodohan) yang merupakan rantai
pengikat dengan benda-denda duniawi. Dari ketiganya itu yang paling baik adalah
sattwam, akan tetapi ini merupakan ikatan terhadap duniawi, karena guna sattwam
mendorong untuk berbuat baik, hasil perbuatan itu melahirkan kesukaan dan
kebahagiaan. Bentuk suka ini mengikat orang untuk mengikat dunia ini, akibatnya
orang semacam ini belum bisa, sehingga guna sattwam akan mengantarkan orang
menuju moksa. Hukum karma itu mempunyai kriteria : bersifat abadi, universal,
sangat sempurna, tidak ada perkecualian terhadap siapapun bahkan rama sebagai
titisan wisnu tidak mau merubah jalannya hukum karma itu.
Bapak-bapak, ibu-ibu yang saya hormati,
Wedanta mengajarkan kebenaran tentang kelangsungan hidup
sang roh pada saat kematian dan kelahiran kembali sebagai bagian dari filosofis
total dari sang diri. Pengalaman keterlepasan roh dari badan fisik merupakan
awal dari kehidupan moral dan spiritual manusia, kematian orang semacam itu
oleh para wedantik bagaikan dengan pelepasan selongsong kulit ular. Dialam material ini ada 2 jenis perbuatan yang pasti
diikuti oleh aksi (pala), yaitu subha karma (perbuatan baik) dan asubhakarma (Perbuatan buruk). Kedua
karma inilah yang menjadi karmawasana
yang mengikat manusia untuk mengalami kesengsaraan, kelahiran, dan kematian
secara berulangulang (Reinkarnasi).
Selain itu reinkarnasi disebabkan oleh sancita karma yaitu karma dahulu yang
belum sempat dinikmati sehingga akan dinikmati pada kelahiran berikutnya atau
Reinkarnasi. Jika kebaikan yang dilakukan maka akan mendapatkan kebahagiaan,
sedangkan jika kejelekan yang ditanam maka kesengsaraan yang akan diperoleh.
Setelah kematian nanti manusia akan menjadi manusia lagi, meningkat menjadi
para dewa atau sebaliknya menjadi binatang. Demikian juga manusia bisa masuk
surga maupun neraka sesuai dengan sifat guna yang mempengaruhinya. Dan setelah
manusia itu menikmati pahala surga atau penderitaan neraka maka dia akan dilahirkan
kembali kedunia dalam bentuk swarga syuta dan neraka syuta. Didalam Sarrasamuccaya 21[2]
menjelaskan ciri-ciri : orang yang selalu berbuat baik, kelahiran dari surga
kelak menjadi orang yang rupawan, gunawan muliawan, hartawan dan berkekuasaan
sedangkan orang yang dilahirkan dari neraka dijelaskan dari Sarasamuccaya 48 menyatakan : perbuatan yang bodoh, senantiasa
tetap berlaku menyalahi dharma setelah dia lepas dari neraka dia aan dilahirkan
menjadi binatang seperti : biri-biri, kerbau kemudian dia meningkat menjadi
orag yang hina, sengsara, dombang-ambingkan oleh kesedihan dan kemurungan hati
dan tidak akan mengalami kesenangan. Didalam Padma Purana dijelaskan tentang
jenis kehidupan antara lain :
·
900 ribu jenis kehidupan air, 2 juta bentuk tumbuh-tumbuhan, 1 juta seratus
ada jenis makhluh organisme, 1 juta jenis burung-burung, 3 juta jenis binatang
dan 400 ribu jenis manusia. Dibawah manusia dibagi
atas 2 tingkat kesadaran yaitu : kesadaran tertutup dan kesadaran mengkerut.
Adapun 400 jenis kehidupan manusia dogolongkan 3 tingkat kesadaran : kesadarn
mulai kuncup, kesadaran mulai mekar dan kesadaran mekar sepenuhnya.
Kesimpulan :
Dengan demikian, kesempatan menjadi manusia adalah
sungguh sangat utama, karena bisa memperbaiki karmanya menuju kearah yang lebih
baik. Kesempatan menjadi manusia merupakan berkah Tuhan yang sangat luar biasa,
karena sebelum menjadi manusia harus melalui 8 juta jenis kehidupan dan untuk
menjadi manusia yang memiliki kesadaran penuh harus melewati 400 ribu jenis
badan.
Kehidupan manusia pada dasarnya adalah untuk mengenal
dirinya sendiri, karena seseorang yang mengenal dirinya sendirinya yang
sejati berarti dia telah mengetahui
hakekat Tuhan yang sebenarnya. Jadi segala aktifitas didunia ini hanya
dibersembahkan kepada Tuhan, sehingga keterikatan akan pahala dari kerja itu
berangsur-angsur akan lenyap. Dikatakan oleh Sri RamaKrsna mengatakan bahwa
kegiatan yang dilakukan didunia ini hanyalah angka nol belaka yang tidak
memiliki nilai apapun, akan tetapi jika didepan angka nol itu diberi angka 1
maka, deretan angka nol itu mempuyai arti, apalagi jika deretan angka nol itu
ditambah terus maka akan membentuk nilai yangsangat luar biasa. Hal ini berarti
bahwa jika kita bekerja didasari dengan kesadaran atman (disimbolkan dengan
angka 1) maka kerja kita sangat berarti dan mengangkat kesadaran manusia itu
menuju kesadaran yang tinggi, tetapi jika tidak didasari dengan kesadaran atman
maka kerja kita hanya sebuah kesia-siaan belaka.
Olek karena, itulah maka bekerjalah bahwa Tuhanlah yang
menjadi tujuan utama dari hidup kita ini. Dengan adanya bekerja tanpa
keterikatan ini maka proses kelahiran dan kematian (Moksa) akan terhenti sehingga akan menuju pembebasan
*) Ajakan : melalui dharma
wacana ini saya mengajak umat sedharma untuk memiliki 3 sifat yaitu :
·
janganlah kita ingin dihormati oleh orang lain, tetapi hormatilah orang lain, karena jika kita menghormati orang lain
sesungguhnya kita menghormati diri kita sendiri.
·
Jadikanlah perilaku kita lebih rendah dari rumput, harusnya kita rendah
hati, tidak sombong dan selalu mawas diri.
·
Jadilah sifat seperti pohon. Merupakan lambang keuniversalan sehingga kita
tidak perlu untuk membeda-bedakan satu dengan yang lain, sehingga akan terwujud
cinta kasih.
Demikianlah dharma wacana ini, dan mohon maaf yang setulus-tulusnya jika
ada suatu kesalahan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om
Jakarta, 2
Februari 2014
Penulis[3]
0 Response to "Karma Phala dan Reinkarnasi (Satu Tinjauan Agama Hindu)"
Post a Comment