Dalam pelaksanaan Panca Yadnya tidak
terlepas dari sarana – sarana yang diperlukan. Salah satu sarana yang
sampai saat ini masih diperlukan kegunaannya adalah penggunaan uang kepeng. Pada setiap upacara
di Bali sejak dulu hingga saat ini penggunaan uang kepeng sering digunakan. Walaupun
telah mengalami pergeseran fungsi. Fungsi uang kepeng yang mulanya semata-mata
hanya sebagai uang kartal atau alat pembayaran tetapi dalam perkembanganya,
uang kepeng mempunyai multi fungsi yakni fungsi religi, alat permainan dan alat
kesenian. Dari berbagai fungsi tersebut, uang kepeng dalam fungsi religi dan
kesenian masih tetap terjaga sedangkan dalam fungsi uang kartal dan alat
permainan tidak dipergunakan lagi. Kedudukan uang kepeng dalam fungsi religi
dipergunakan sebagai perlengkapan upacara Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra
yadnya, Manusia yadnya dan Bhuta yadnya. Sedangkan penggunaan dalam ekpresi
kesenian tampak dalam seni religius antara lain sebagai patung Dewa Rambut
Sedana, Tamiang dan lain sebagainya. Dan seni komersial yang ditunjukan dalam
penggunaan uang kepeng adalah sebagai souvenir yang banyak dikirim ke luar
negeri. ( I Putu Sudarma,2008:04 ).
Didalam pelaksanaan Dewa Yadnya, salah satunya dalam pelaksanaan “ Upacara
memendem Pedagingan pada waktu membangun Padmasana ”, dari beraneka ragam sarana
upacara yang dipergunakan, uang kepeng memiliki kedudukan dan fungsi yang
sangat penting dalam pelaksanaan upacara tersebut. Sehingga dapat mempengaruhi
pelaksanaan upacara jika uang kepeng atau salah satu sarananya tidak ada. Bagi
yang melaksanakan upacara tersebut, merasa bahwa upacara yang mereka laksanakan
ada kekurangan atau boleh disebut tidak sempurna.
Mengingat seringnya masyarakat
Hindu di Bali melaksanakan upacara dan banyaknya kreativitas seni masyarakat
yang menggunakan uang kepeng, keperluan atas uang kepeng semakin meningkat yang
berdampak pada makin menyusut dan langkanya peredaran jumlah uang tersebut.
Selain itu kelangkaan juga dipicu oleh banyaknya penggunaan uang kepeng sebagai
souvenir yang banyak dikirim keluar negeri. Sehingga uang kepeng semakin
langka, sementara masyarakat Bali masih menganggap uang tersebut memiliki
peranan penting dalam kelengkapan
upakara, sehingga menimbulkan niat sebagian masyarakat Bali untuk
mencetak uang kepeng tiruan. Dewasa ini uang kepeng tiruan banyak beredar di Bali terutama dipasar-pasar
tradisional. Hal ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di masyarakat
Hindu dimana penggunaan uang kepeng dalam pelaksanaan upacara Panca Yadnya
sering kita jumpai digunakanya uang kepeng tiruan dan bila dibandingkan dengan
uang kepeng asli sangat jauh terlihat
perbedaanya.
Hal tersebut dapat dilihat dari segi bentuk
dimana uang kepeng tiruan yang digunakan terkadang berkarat menyerupai plat
biasa yang didalam hanya terdapat lobang yang menyerupai uang kepeng asli. Di
setiap pasar tradisional hampir selalu dapat
ditemukan lokasi khusus sebagai tempat transaksi jual beli uang kepeng. Dalam
transaksi tersebut, uang kepeng tiruan
harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan uang kepeng asli. Yang
tentunya antara uang kepeng asli dengan yang tiruan terdapat beberapa perbedaan
baik dari segi bahan ataupun bentuknya. Dan jika ditinjau lebih detail tentang
penggunaan uang kepeng tiruan kemungkinan akan berpengaruh terhadap makna, fungsi dan nilai dalam pelaksanaan
upacara khususnya pada ritual mendem pedagingan waktu membangun Padmasana. Dari permasalahan diatas penulis
tertarik melakukan penelitian tentang uang kepeng dan maknanya.
Mohon info apa tulisan anda berupa skripsi atau yg lainnya?
ReplyDeleteKrn saya akan jadikan sebagai referensi di tulisan saya
mohon info detailsnya
terima kasih