Filsafat Pendidikan



Judul
:
Mendidik Pemimpin Dan Negarawan (Dialektika Filsafat Pendidikan Politik Platon Dari Yunani Antik Hingga Indonesia
Penulis
:
A. Setyo Wibowo Dan Haryanto Cahyadi
Penerbit
:
Lamarera
Tahun
:
2014
Tempat Terbit
:
Yogyakarta
Tebal
:
xvi + 392 Hal
Reviewer
:
Untung Suhardi
Hari/tanggal
:
Rabu, 4 Februari 2014


Filsafat pendidikan politik platon : pendidikan kader pemimpin
Oleh :
 A. Setyo Wibowo

Pada pemikiran yang ditawarkan oleh Plato yang mengedepankan adanya pembudayaan pada diri pendidik yang berbasis pada lingkungannya, minat, bakat serta potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dalam hal ini tidak hanya menjadi proses untuk transfer ilmu melainkan tentang adanya pemahaman yang menyangkut semua hal dalam kehidupan ini. Pokok pemikiran Plato tentang paideia (pendidikan) seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk menjadi figur pemimpin yang baik harus mengedepankan adanya pemaknaan tentang pendidikan yang menjadi basis ujung tombak dari dunia akademis itu sendiri. Plato yang dalam bukunya yang berjudul “Politeia (the public)” yang ditulis 2.400 tahun yang lalu menjelaskan tentang figur pemimpin yang dihasilkan dalam suatu masyarakat tertentu menjadikan lingkungan ini menjadi damai. Tentunya ketenteraman dan kedamaian ini tidak hanya serta merta datang dan menjadikan manusia itu sebagai sesossok yang multisuper, melainkan harus diusahakan oleh manusia melalui pendidikan sebagai alasan utama yang kemudian menjadikan sesuatu yang sangat mutlak diperlukan.
Hal yang menjadi konsentrasi pemikiran Platon melalui bukunya  tersebut adalah keadaan masyarakat yang dengan situasi demokrasi dicampuri dengan rezim uang maka, akan memunculkan pemerintahan yang tidak ideal, namun dalam hal ini Plato memberikan soluasi bahwa untuk memunculkan keadaan yang ideal harus memunculkan program pendidikan yang menyesuaikan dengan lingkungan bukan hanya sekedar menyelenggarakan yang berorientasi pada golongan orang yang mempunyai modal besar.
Kehadiran pemikiran dari Plato ini sebagai tonggak awal dalam pemikiran Yunani klasik dalam mensiratkan buah pemikiran untuk menjadikan bangsa Yunani pada masa itu menjadi bangsa yang beradab. Pergulatan pemikiran Platonis yang ada pada masa itu sebenarnya memberikan rujukan akademis bahwa figur pemimpin sangat membutuhkan pendidikan yang layak untuk menunjang kinerja dalam menjalankan pemerintahannya. Merujuk dari pembicaraan ini bahwa pemimpin yang ideal tidak akan tumbuh dan hadir dengan hanya pengalaman belajar di bangku sekolah dan kurikulum yang baik, melainkan juga dengan adanya pola lingkungan yang baik sebagai faktor pendukung dari tumbuhkembangnya calon pemimpin bangsa ini.
Melanjutkan dari pembahasan ini bahwa untuk menjadikan suatu bangsa yang kokoh adalah dengan pendidikan, hal ini memang benar demikian adanya. Namun, yang menjadi hal paling mendasar adalah adanya peran lingkungan dan kurikulum pengajaran yang diberlakukan di sekolah tersebut. Peranan lingkungan ini dalam artian adalah keterlibatan orang tua, guru, situasi peserta didik itu tinggal dan termasuk situasi yang ada. Proses ini sebagai upaya untuk memunculkan manusia yang nantinya menjadi pemimpin serta mempunyai kecakapan dan kemuliaan yang dalam bahasa Plato adalah kaloskagathos (baik dan elok). Berkaca dari uraian ini maka, pemikiran ini dihadirkan dalam pokok pembahasan sebagai berikut :     
1 Dua tantangan besar pendidikan
1.1              Mengkritisi Budaya Tekhnologi
Khasanah pemikiran barat pada era awal abad ke-20 menunjukan perkembangan tekhnologi dan sains yang begitu cepat. Perkembangan inilah yang dalam perjalanan kehidupan ini menjadikan manusia dengan pola pemikiran yang menginginkan lebih cepat, paling cepat. Keadaan ini dalam pemikiran Husserl dan muridnya Heideger yang dalam hal ini sangat mengkritisi peradaban tekhnologi dan sains yang ada di awal abad ke-20 di Eropa pada saat itu. Hal lain juga dikemukakan oleh Jan Patocka yang menjelaskan bahwa perkembangan tekhnologi yang demikian cepat telah menyebabkan malapetaka pada umat manusia yang dibuktikan adanya bom atom dan perang dunia I dan II antara group sayap kanan dan kiri. Akibat dari perkembangan ini akhirnya menjadikan manusia menjadi ketergantungan dan menyamakan diri kita untuk  mendapatkan yang lebih cepat dan lebih mudah, sehingga hal ini dapat melemparkan manusia dari sisi normal untuk mewujudkan keseimbangan.
Berkaca dari fakta ini menunjukan tentang pendidikan yang dilakukan untuk memunculkan figur pemimpin yang baik adalah bukan hanya di didik dengan era tekhnologi. Namun, dalam alam pemikiran plato yang mengusung ungkapan “perawatan jiwa” menjadikan manusia yang mempunyai mental baik. Hal utama yang harus dilakukan oleh para peserta didik adalah melatih mereka dengan kepekaan (sensibilitas) yang tentunya agar dia tanggap dengan yang terjadi di lingkungan sekitar.
1.2              Mengkritisi Budaya Demokrasi
Perjalanan demokrasi yang ada di Indonesia diwarnai dengan adanya politik yang beranekaragam. Hal yang paling mendasar dalam perjalanannya diwarnai dengan adanya adanya politik uang yang dalam hal ini sudah menodai kepentingan rakyat. Budaya demokrasi yang dalam hal ini mencerminkan tonggal dari perjuangan bangsa yang hendaknya diisi dengan nilai-nilai positif. Keadaan yang demikian, banyak di balikan dengan mencederai keadaan politik yang sudah “carut marut”. Keadaan ini seperti yang dijelaskan oleh Plato dengan istilah epithumia (nafsu seseorang dengan kekayaan berupa uang).
Ketika keadaan politik dinegeri ini menjadi sesuatu hal yang sangat mengerikan dengan mendewakan uang dan para pemilik modal maka, dalam hal ini keadaan demokrasi akan dapat dikendalikan oleh para pemilik modal tersebut dengan membeli segala keinginan, termasuk melakukan akumulasi kekeyaan dengan memboncengi kekuasaan negara. Fakta yang terjadi ini sebagai bentuk dari keadaan pendidikan yang belum berorientasi pada kepekaan sosial dan masih berputar pada lingkungan modal dan penguasa yang memiliki kekuasaan dengan hal itu.
1.3              Pertanyaan Dan Tawaran
Fakta yang terjadi dalam pertualangan pendidikan untuk mencetak kader pemimpin bangsa saat ini adalah adanya budaya tekhnologi dan demokrasi. Kedua tantangan ini menjadikan pembawaan yang sangat lumrah ketika perkembangan tekhnologi menjadi dewa atas segalanya, tentunya hal ini diperkuat dengan adanya dorongan keadaan demokrasi yang ada di negeri ini. Plato dalam hal ini memberikan tawaran tentang kemajuan pendidikan yang ada yaitu dengan adanya upaya untuk menididik anak untuk  belajar mengenal jiwa, kemudian dengan pendidikan melakukan sensibilitas atau kepekaan terhadap lingkungannya dan pendidikan ini menjadikan sebagai sebuah kebebasan yang menawarkan adanya modal untuk menjadikan generasi yang memiliki kemampuan komprehensif.  
2. Filsafat pendidikan bagi calon pemimpin menurut Platon
Pemikiran Plato dalam memberikan pemahaman tentang dunia pendidikan sangatlah relevan dengan keadaan sekarang. Bahka kemudian ide yang diturunkan kepada generasi selanjutnya seperti Aristoteles, Epikuros dan seterusnya juga memberukan andil yang sangat besar dalam kehidupan sosial. Plato memberikan ide yang sangat brilian bahwa untuk  mendapatkan kemenangan dan kemajuan suatu peradaban dibutuhkan suatu hal yang sangat vital yang dalam hal ini adalah upaya untuk mendidik jiwa. Upaya ini dilakukan dengan adanya pendidikan yang ada dalam kehidupan ini terutama untuk para generasi muda. Plato memberikan pemahaman yang sangat detail tentang upaya pendidikan yang hendaknya dilakukan untuk para generasi muda, yaitu dengan melakukan upaya untuk melakukan pembelajaran yang ada dalam diri manusia untuk mendapatkan pembelajaran diri. Proses pembelajaran ini dilakukan melalui pendidikan dari dalam kandungan sampai anak itu terampil dalam menjalani kehidupan.
Keadaan ini jika dikaitkan dengan kurikulum 2013 yang sekarang berlaku bahwa sandaran  pemikiran Plato sudah memberikan ilham bahwa pendidikan sudah diberikan bekal untuk peka dengan lingkungannnya hal ini dibuktikan dengan adanya penilaian sikap yaitu, sikap spiritual dan sosial. Pertentangan inilah yang kemudian menjadikan kurikulum 2013 terjadi pro dan kontra dikalangan guru, peserta didik dan bahkan para praktisi pendidikan. Plato dalam hal ini memberikan jenjang pendidikan yang sangat rinci mulai dari masa kecil diajak untuk belajar tentang mengenali dirinya sendiri, beranjak mulai remaja dia belajar tentang disiplin militer atau yang dikenal dengan wajib militer. Kemudian, pada selanjutnya akan mendapatkan pengetahuan yang bersifat abstrak, hal ini memungkinkan tentang pengetahuan yang sangat komprehensif untuk kemudian harus diterjunkan ke  masyarakat.  
Buku ini memberikan referensi kepada para pembaca tentang pandangan yang sangat komprehensif tentang  pembentukan karakter generasi muda melalui pendidikan.  Buku ini sangat layak dibaca dan direkomendasikan untuk kalangan politikus dan pendidik untuk kemajuan masa depan generasi muda dan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi. Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru. 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Filsafat Pendidikan"

Post a Comment