FILSAFAT HINDU SEBAGAI AKAR PERKEMBANGAN BUDAYA
KONTEMPORER PADA KEHIDUPAN SOSIAL RELIGIUS UMAT HINDU DI INDONESIA
Oleh :
Untung
Suhardi[1]
Abstract
Tulisan ini menggunakan
pendekatan fenomenalogis yang ada pada masyarakat Hindu yang ada di Indonesia. Metoda
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif tentang pandangan filsafat Hindu
dalam kehidupan sosioreligius yang dilatar belakangi bahwa filsafat bukan hanya sebagai cabang ilmu
yang bersifat abstrak akan tetapi mampu untuk membantu sebuah kehidupan sosial
keagamaan yang terjadi dewasa ini. Tulisan ini dapat diambil benang merah
dengan melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat bahwa filsafat sebenarnya
sudah menjadi nafas dalam menjalankan kehidupannya. Karena pada dasarnya setiap
kita melakukan sebuah aktifitas baik itu sosial maupun ritual keagamaan sudah
menjalankan prinsip dari filsafat. Konsep filsafat
hindu harus dimasukan dalam kehidupan keagamaan Hindu yang harus melalui empat
jalan dalam mencapai Tuhan yang dikenal dengan catur marga yang terdiri dari karma
marga (jalan berbuat atau berkerja), Bhakti
marga (pengabdian yang tulus), jnana
marga (ilmu pengetahuan) dan raja
marga (semadhi). Keempat jalan ini merupakan pilihan yang berasal dari diri
setiap individu menyesuaikan dengan keahlian, bakat dan tempramen dari
seseorang yang dalam hal ini tidak sama
antara satu dengan yang lain.
Kata Kunci : Filsafat
Hindu, Budaya, masyarakat dan filsafat.
This writing use approach
fenomenalogis existing on society hindus in indonesia. Methods used are
qualitative descriptive about view philosophy hindu in life sosioreligius that bacground
like that philosophy not just as branch of science of an abstracting nature but
capable of to assist a social life religious happened today. This writing can
be taken in the red line with the see of the phenomena that occur on the
society that philosophy actually has become the breath in running his life. Because
basically every time we perform a activity whether it 's social and religious
rituals already run the principle of philosophy. The concept of philosophy
hindu must be included in a religious life of hindus who have to go through
four road in achieving the lord are known with the chess marga consisting of
karma clan (do), road or diffusing bakti clan , sincere devotion jnana clan
(science and the king clan (semadhi ). Fourth this road is the choice that
originating from the self of each individual adjust by skill, the talent and
tempramen of someone who in it is not the same between one with another.
Keywords :
Philosophy hindus, culture, society and philosophy.
1.1
Pendahuluan
P
|
embahasan tentang adanya filsafat sangatlah dominan dalam
kehidupan ini. Karena pada dasarnya seseorang dalam melakukan pola berpikir,
berkata dan berbuat itu didasarkan pada pola pemikiran filsafat. Pada masa ini
pola dari pemikiran yang didasarkan pada sebuah filsafat sangat digemari oleh
orang-orang baik dari dunia barat maupun timur karena menyadari bahwa pemikiran
yang dituangkan dalam kehidupan ini didasarkan pada hal yang bersifat mendetail
untuk persiapan jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal lain
juga terjadi pada para pemimpin perusahaan yang berkaliber dunia, mereka juga
membutuhkan filsafat karena menyadari bahwa ketika mereka belajar tentang
filsafat dapat meneropong sebuah permasalahan dari berbagai sisi yang nantinya
akan mendapatkan pemahaman yang bersifat komprehensif.
Keberadaaan manusia ini merupakan sebuah
karunia Tuhan yang sangat luar biasa karena dilengkapi dengan pikiran yang bisa
merencananakan sesuatu untuk keperluan hidupnya. Hal ini tentunya berbeda
dengan makhluk hidup lainnya yang berkerja berdasarkan insting atau naluri mereka saja. Ketika seseorang
menyadari keistimewaan ini maka manusia mempunyai sebuah skala prioritas yang
sangat besar untuk merencanakan kehidupannya kelak. Dari buah pemikiran manusia
inilah selalu dihadapkan pada sebuah pemahaman bahwa manusia mempunyai
pengetahuan yang sangat komplek sehingga dia selalu mencari nilai-nilai
kebenaran itu secara mengakar, sehingga pola-pola inilah yang kemudian
melahirkan sebuah cabang ilmu yang disebut dengan filsafat. Jika dilihat dari
urat katanya berati mencintai ilmu pengetahuan, hal ini jika diteruskan pada
sebuah ketidakpuasan pengetahuan manusia inilah maka manusia akan mencari
nilai-nilai kebenaran itu sampai keakar-akarnya. Keadaaan ini tentunya
sangatlah wajar karena jika dilihat dari sifatnya manusia merupakan makhluk
yang serba ingin tahu, sehingga keingintahuan itu terus dicarinya sampai
ketitik jenuhnya yaitu pencarian tentang asal sang diri dan kemana diri ini
akan kembali[2].
Berangkat dari pemikiran ini bahwa manusia
sangatlah cerdas untuk melakukan tindakan dalam menentukan kehidupannya. Tetapi
dibalik kecerdasan yang dimilikinya manusia mempunyai sebuah sifat yaitu lalai
dan kurang pertimbangan, sehingga yang terjadi adalah sering mengalami sebuah
rasa penyesalan yang berujung pada pengingkaran pada dunia ini dan menganggap
bahwa Tuhan telah berlakuk tidak adil. Hal ini merupakan sebuah kondisi nyata
yang dialami manusia yang sering menyalahkan keadaan karena pengetahuan yang
mereka miliki hanya sebatas pengetahuan dunia dan mengabaikan pengetahuan yang
bersifat rohani. Fakta yang terjadi inii melahirkan sebuah tindakan bahwa
melalui penulisan ini saya akan menuangkan sebuah ide yang digunakan oleh umat
hindu terkait dengan khazanah umat Hindu berupa kitab suci Veda yang tertuang
dalam ribuan kitabnya[3]
yang mahaagung untuk membantu umat dalam menyelesaikan permasalahan dunia
dengan menggunakan sebuah metoda filsafat sebagai pendekatan penulisan ini. Hal
ini digunakan dalam kehidupan sosial keagamaan yang terjadi pada masyarakat
hindu di Indonesia. Dan dalam kesempatan inipula penulis akan menuangkan
pemikiran tentang filsafat Hindu yang banyak digunakan di Indonesia, sehingga
kita bisa memahami bahwa filsafat bukan hanya sebagai cabang ilmu yang bersifat
abstrak akan tetapi mampu untuk membantu sebuah kehidupan sosial keagamaan yang
terjadi dewasa ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas
bahwa melalui penulisan ini saya akan membahas permasalahan pokok sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah
perkembangan filsafat Hindu dalam kehidupan modern ?
2. Bagaimanakah
relevansi filsafat Hindu dengan kehidupan sosial keagamaan pada umat Hindu di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Penulisan ini tujuannya adalah untuk mengetahui
tentang perkembangan filsafat Hindu pada kehidupan modern dan melakukan
relevansi filsafat hindu dengan kehidupan sosial keagamaan pada umat Hindu di
Indonesia.
1.4 Metoda
Penulisan
Metoda dalam penulisan ini adalah dengan
menggunakan pendekatan fenomenalogis yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa sebuah kejadian yang ada di
Masyarakat dapat kita gunakan sebagai sebuah landasan berpikir tentang
peristiwa sosial yang terjadi dengan rujukan berfikir pada konsep filsafat
Hindu.
1.5
Pembahasan Masalah
1.5.1 Perkembangan
Filsafat Hindu Dalam Kehidupan Modern
Alam pemikiran modern membuktikan bahwa untuk
mengembangkan sebuah pemikiran atau ide baru perlu dikembangkan sebuah
pemahaman tentang adaptasi dengan lingkungan. Hal ini juga dibenturkan dengan
kebutuhan hidup yang sangat kompleks, jika hal ini tidak diperhitungkan melalui
skala prioritas maka sangat berdampak buruk pada individu tersebut. Oleh karena
itulah dibutuhkan rencana yang sangat menunjang demi keberhasilan orang
tersebut. Rencana tersebut merupakan sebuah rasionalitas manusia yang bisa
dikembangkan yang tidak hanya terbatas pada waktu sekarang tetapi melampaui
ruang dan waktu yang lebih jauh lagi. Hal ini menunjukan dasar pijakan bahwa
filsafat merupakan sebagai cabang ilmu yang mampu memenuhi keinginan logis yang
tidak hanya sekedar kemewahan belaka tetapi didalamnya terdapat sebuah
kebutuhan manusia sehari-hari[4].
Pada perkembangan selanjutnya bahwa filsafat
dianggap sebagai ilmu yang usang karena didalamnya terdapat pemahaman yang
tidak berujung. Karena pada dasarnya bahwa ilmu filsafat banyak yang melakukan sebuah
diskriminasi yang sangat jauh dari pandangan orang yang berorientasi pada
pemikiran yang bersifat modern. Sebab pada pemahaman yang lebih jauh, pada
pandangan orang modern lebih berorientasi pada sebuah goal (tujuan) bahwa hidup ini adalah untuk kepuasan indria sehingga
yang dikejar adalah harta dan tahta. Akan tetapi, nilai-nilai yang terdalam
dari hidup ini yang merupakan puncak dari kebenaran ajaran agama adalah sebagai
pelayan (sevanam) terutama pelayan
kepada Tuhan dan pelayan kepada sesama hidup. Tetapi melihat fenomena yang terjadi pada
masyarakat bahwa filsafat sebenarnya sudah menjadi nafas dalam menjalankan
kehidupannya. Karena pada dasarnya setiap kita melakukan sebuah aktifitas baik
itu sosial maupun ritual keagamaan sudah menjalankan prinsip dari filsafat.
Perkembangan filsafat India ini yang dalam
pembahasan selanjutnya dikenal dengan filsafat Hindu mempunyai cabang yang sangat kompleks. Pada pembagian ini
nantinya menjadikan sebuah pemahman yang
banyak ditemukan dalam berbagai pandangan dalam aliran-aliran filsafat modern.
Pada pengklasifikasiannya bahwa filsafat hindu ini mempunyai sebuah cabang yang
dikenal dengan aliran astika (heterodoks) yang merupakan aliran yang menolak
otoritas Veda, yaitu Carvaka, Budha
dan Jaina. Sedangkan dalam
perkembangannya bahwa untuk menunjukan adanya pemahaman filsafat, dalam cabang
lainnya yang mengakui otoritas Veda (Astika) yaitu nyaya, samkhya, mimamsa, vaisesika, yoga dan Vedanta. Pada dasarnya perjalanan filsafat yang ada di tanah air
ini mengalami sebuah perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan
adanya alur pemikiran yang bersifat revormis yang telah mengubah paradigma
berpikir manusia menuju kearah modernitas. Hal ini dapat kita contohkan pada
filsafat Nyaya dan vaisesika yang dalam mendapatkan sebuah realitas kebenaran
harus menggunakan metoda praktyaksa
pramana (pengamatan langsung), anumana
pramana (penyimpulan), upamana
pramana (perbandingan) dan sabda
pramana (penyaksian)[5].
Hal ini digunakan oleh para pemikir untuk melakukan sebuah pembaharuan dalam
sistem perombakan kemajuan hindu kedepan.
Selanjutnya pemikiran samkhya[6]
dan yoga yang mengkonsentrasikan pada penjelasan pengendalian diri melalui
psikologi agama dan pengendalian pikiran. Sedangkan purwa mimamsa dan utara
mimamsa (Vedanta) menggunakan realisasi dalam menginsafi kebenaran Tuhan
melalui perenungan untuk menyadari tentang hakekat Tuhan sebagai realitas yang
utama. Pada kesadaran tentang vedanta[7]
banyak diajarakan kepada para rsi kepada muridnya dan diajarkan secara rahasia
dan terbatas kepada para murid yang benar-benar memenuhi kualifikasi dalam
menerima ajaran suci serta diajarkan pada murid dengan kalangan terbatas.
1.5.2
Relevansi Filsafat Hindu Dengan Kehidupan Sosial Keagamaan Pada Umat Hindu Di Indonesia
Hindu sebagai agama yang bersifat universal
mampu mengilhami alam pemikiran seseorang diseluruh dunia. Hindu melihat bahwa
untuk mencapai sesuatu yang bersifat abstrak harus dipelajari dahulu tentang
sesuatu yang bersifat nyata. Padangan ini mengingat bahwa Brahman adalah sumber
yang tidak terbatas sedangkan manusia dan makhluk lainnya bersifat terbatas,
sehingga untuk mencapai yang tidak terbatas ini sebagai manusia biasa sangatlah
sulit. Untuk itulah Hindu mengusung pemikiran tentang saguna Brahman yaitu
pemujaan Tuhan dengan wujud yaitu berupa arca, simbol, gambar dewa dan dewi.
Kemudian Nirguna Brahman yaitu pemujaan Tuhan tanpa menggunakan simbol dalam
hal ini adalah sangat sulit untuk manusia biasa. Padahal para yogi yang ada di
Himalayapun masih menggunakan aksara omkara sebagai pusat meditasinya. Dan
dalam Bhagavadgita sendiri juga diungkapkan bahwa untuk menggambarkan Tuhan
yang tanpa wujud adalah bersifat neti-neti yang artinya bukan ini dan bukan itu dan ditakutkan
justru menyimpang dari tujuan awal yang akhirnya dia tersesat. Oleh karena
itulah untuk melakukan pemujaan khususnya umat Hindu yang ada di Indonesia
menggunakan simbol berupa padmasana sebagai wujud bahwa Brahman itu ada melalui
manifestasinya berupa Brahma, Visnu dan Siva.
Pemikiran para filsuf barat kuno dari Plato
sampai dengan Pytagoras dan dilanjutkan dengan tokoh yang melakukan pembaharuan
seperti Weber, Diltey, Nietzche sampai Gadamer dan lainnya membuat dunia
filsafat semakin berkembang dengan kemajuan yang sangat pesat. Banyak orang
kebanyakan mengannggap bahwa filsafat menjadikan seseorang itu melamun dan
membuang waktu dengan sia-sia, namun justru filsafat ini yang memberikan dasar
pemikiran yang sangat jelas tentang membentuk pola pemikiran kita yang memiliki
visi, misi dan kemampuan mengkritisi seseatu
hal dengan komprehensif.
Pemaparan tentang pemikiran filsafat Hindu
pada kehidupan umat Hindu yang ada di Indonensia sangat tampak dengan jelas.
Keadaan ini dibuktikan dengan banyak pemikiran yang mengarah pada konsep
pemujaan Tuhan yang ada pada jaman Hindu kuno seperti di Salakanegara, Kutai,
Tarumanegara, Singasari sampai dengan jaman Majapahit. Pemikiran Hindu inilah
yang telah memberikan ilham kepada para kerajaan Hindu kuno untuk melebarkan
sayapnya pada Hindu Nusantara pada jaman itu. Bukti relevansi ajaran filsafat
Hindu ini adalah pada masa itu mereka
sudah menggunakan lambang trimurti untuk melakukan pemujaan kepada Brahman.
Seperti, halnya yang ada di kerajaan Kutai sudah menggunakan simbol Vaprakeswara yaitu pemujaan kepada dewa
Siva sebagai dewa yang tertinggi. Selanjutnya Di kerajaan Tarumanegara banyak
orang melakukan pemujaan kepada dewa Wisnu sebagai dewa tertinggi karena diyakini
sebagai pemberi kemakmuran dengan saktinya yang bernama dewi Laksmi (Titib,
2000) atau lebih banyak dikenal dengan dewi Sri (atau Dewi padi). Bukti lainnya
adalah pada kerajaan Majapahit yang pada saat itu sudah menggunakan warna
bendera yang berwarna merah dan putih yang artinya melambangkan penciptaan yang
berasal dari unsur purusa dan pradana yang merupakan turunan dari filsafat
nyaya dan vaisesika tentang penciptaan dunia dari unsur material. Hal yang sama
juga pada kerajaan Majapahit sudah menggunakan nawadewata yang merupakan lambang dewa yang menguasai 9 arah
penjuru mata angin yang kemudian dikenal dengan surya majapahit. Penggunaan lambang ini sebenarnya adalah sebuah
media yang digunakan dengan fungsi ganda yang pertama adalah untuk lambang kebesaran
kekuasaan Hyang Widhi Wasa kemudian lambang kejayaan negara dan identitas
kerajaan yang membedakan dengan kerajaan yang lain.
Menyimak uraian diatas menunjukan bahwa
perkembangan filsafat Hindu sangat erat pada perkembangan Hindu yang ada sejak
masa kerajaan Hindu kuno. Untuk kemudian, konsep ini berkembang pada umat Hindu
mulai dari ritual, pengucapan mantram, perayaan hari besar agama dan pemujaan
kepada para dewa-dewi-Nya. Menurut penulis bahwa hal yang sangat kental
dilaksanakan di Indonesia adalah dengan melakukan ritual yang merupakan
penjabaran dari yoga dan vedanta. Hal ini terbukti adanya banyak tempat berupa
pemujaan kepada para dewa yang mengagungkan dengan penguasa alam semesta. Bukti
nyata yang ada di Indonesia adalah peninggalan berupa candi dan tempat
petilasan, candi berupa candi Prambanan, Mendut, Penataran dan candi yang lainnya. Untuk tempat petilasan berupa
daerah yang dahulunya pernah digunakan oleh penyebar agama hindu, yang bernama petilasan rsi Agastya,
rsi Markandeya, Dang Hyang Nirartha dan nama rsi yang lain.
Penjelasan tentang vedanta banyak digunakan
oleh para tokoh agama pada saat itu adalah untuk menghayati tentang Tuhan yang
mahaluas dan tidak mungkin untuk dipahami dalam waktu yang sangat instan. Untuk
itulah, para cendikiawan pada saat itu menggunakan cara yang merupakan
penjabaran dari yoga yaitu dengan pencapaian dalam keheningan semadhi. Hal ini
terbukti dengan banyak bermunculan aliran kebatinan baik itu yang bersifat
kedaerahan maupun yang bersifat nasional. Pergerakan inilah sebenarnya yang
menjadi titik tolak dalam pergerakan agama dan budaya yang ada di indonesia.
Oleh karena itulah, banyak aliran agama selain Hindu yang bermunculan sekarang
masih menggunakan sarana dan penggunaan istilah hindu yang digunakan oleh para
pendahulunya.
Pembicaraan tentang agama dan budaya ini
sebenarnya awalnya jika dilihat secara kronologis sejarah bahwa akar budaya
bangsa indonesia berasal dari aliran animisme dan dinamisme yang berawal dari
peradaban kuno. Hal yang sama ketika Hindu datang ke Nusantara banyak penganut
dan hampir seluruh Nusantara beragama Hindu dan berkuasa sampai ribuan tahun.
Namun kemudian datanglah agama setelahnya yang banyak mengubah kebiasaan
masyarakat lokal. Pada saat itu banyak
penentang dari ajaran baru ini karena seolah-olah mereka menerapkan ajaran
negara asalanya beda halnya dengan agama Hindu yang mengikuti budaya dan lokal genius masyarakat
setempat sehingga mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu. Namun,
seiringnya perjalan waktu agama Hindu kini banyak terkikis umatnya karena tertarik (dikonversi) dalam agama lain
karena kelemahan dari keyakinan umat yang pada umumnya masih berorientasi pada
ritual. Untuk itulah, perkembangan agama yang ada di Indoensia masih banyak
digunakan dalam perkembangan yang sangat mengkhawatirkan sehingga perlu adanya
pembaharuan dalam pelaksanaan ritual. Hal yang sama juga diungkapkan oleh W Robertson Smith[8]
(1846-1894) tentang upacara bersaji. Teori tentang asas-asas religi yang
mendekati masalahnya dengan cara yang berbeda yaitu dengan bersaji. Teorinya
tidak berpangkal kepada analisa system keyakinan atau pelajaran doktrin dari
religi tetapi berpangkal kepada upacaranya. Teorinya itu ditulisnya kedalam
buku lectures on religion of the semites (1889).
Dia mengunkapkan tiga gagasan penting mengenai religi.
Pertama, bahwa disamping system keyakinan dan dokrtin, system upacara juga
merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi dan
analisa yang khusus. Kedua, upacara religi atau agama yang biasanya
dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama yang
bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi social untuk menginfestasikan
solidaritas masyarakat. Ketiga, teori mengenai fungsi upacara bersaji. Pada
pokoknya, upacara seperti itu dimana manusia menyajikan sebagian dari seekor
binatang, terutama darahnya kepada dewa kemudian memakan sendiri sisa daging
dan darahnya oleh Robertson Smith dianggap sebagai suatu aktivitas untuk
mendorong rasa solidaritas dengan dewa atau para dewa. Dewa dipandang sebagai
suatu komunitas walau sebagai warga yang istimewa. Maka dalam contoh etnografi
(terutama suku dan kebudayaan Arab ) yang diajukan sebagai ilustrasi dari
gagasannya, Robertson menggambarkan upacara sesaji sebagai suatu upacara yang
gembira meriah tetapi tetap keramat dan tidak sebagai suatu upacara yang
khidmat dan keramat yang dalam pandangan Eliade
ada konsep sakral[9].
Pada pandangan konsep dari Smith bahwa perjalanan
agama tidak hanya selalu mengurusi tentang ritual tetapi harus diimbangi dengan
ajaran agama. Dan hal esensial dari agama ini tidak hanyak dilihat dari ritual
saja akan tetapi, munculnya ajaran yang berdasarkan kitab suci. Terkait dengan
hal ini bahwa konsep filsafat hindu harus dimasukan dalam kehidupan keagamaan
Hindu yang harus melalui empat jalan dalam mencapai Tuhan yang dikenal dengan catur marga yang terdiri dari karma marga (jalan berbuat atau berkerja),
Bhakti marga (pengabdian yang tulus),
jnana marga (ilmu pengetahuan) dan raja marga (semadhi). Keempat jalan ini
merupakan pilihan yang berasal dari diri setiap individu menyesuaikan dengan
keahlian, bakat dan tempramen dari seseorang
yang dalam hal ini tidak sama antara satu dengan yang lain. Hal ini juga
sama pemikirannya dalam filsafat hindu yang dalam menyadari hakekat Tuhan
dengan sifat dari orang tersebut. Dan sampai saat ini bahwa pemikiran filsafat
Hindu sangat mengilhami dalam alam pemikiran umat Hindu yang ada di Indonesia
pada khusunya dan umat Hindu yang ada diseluruh dunia.
1.6
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik
benang merah bahwa nilai-nilai yang terdalam dari hidup ini yang merupakan
puncak dari kebenaran ajaran agama adalah sebagai pelayan (sevanam) terutama pelayan kepada Tuhan dan pelayan kepada sesama
hidup. Tetapi melihat fenomena yang
terjadi pada masyarakat bahwa filsafat sebenarnya sudah menjadi nafas dalam
menjalankan kehidupannya. Karena pada dasarnya setiap kita melakukan sebuah
aktifitas baik itu sosial maupun ritual keagamaan sudah menjalankan prinsip
dari filsafat. konsep filsafat hindu harus
dimasukan dalam kehidupan keagamaan Hindu yang harus melalui empat jalan dalam
mencapai Tuhan yang dikenal dengan catur
marga yang terdiri dari karma marga
(jalan berbuat atau berkerja), Bhakti
marga (pengabdian yang tulus), jnana
marga (ilmu pengetahuan) dan raja
marga (semadhi). Keempat jalan ini merupakan pilihan yang berasal dari diri
setiap individu menyesuaikan dengan keahlian, bakat dan tempramen dari
seseorang yang dalam hal ini tidak sama
antara satu dengan yang lain.
Daftar Bacaan
Ghony,
M.Djunaidi dan fauzan Almansur. 2013. Metoda
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Koentjaraningrat.
1989. Antropologi I. Jakarta : UI
Press
Maswinara,
I Wayan. 2006. Sistem Filsafat Hindu
(Sarva Darsana Samgraha). Paramita : Surabaya.
Prabhupada,
Swami. 2007. Bhagavadgita Menurut Aslinya.
Denpasar : Hanuman Sakti
Titib,
I Made. 2000. Veda Sabda Suci.
Surabaya : Paramita.
[1] Penulis
saat ini sebagai tenaga pendidik di STAH DN Jakarta dan beberapa sekolah di DKI
Jakarta.
[2] I Wayan
Maswinara. 2006. Filsafat Hindu.
Surabaya : Paramita. Hal : vii
[3] I Made
Titib.2000. Veda Sabda Suci. Surabaya
: Paramita. Hal : 27. Veda dikatakan sebagai Apauruseya atau tidak karangan manusia, tetapi ini merupakan wahyu
dari Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang diturunkan kepada umat manusia melalui sapta rsi yang kemudian dari kitab suci
ini dikodifikasikan oleh Rsi Vyasa beserta keempat muridnya (Rudia Adiputra,
2000). Dalam pengkodifikasian itu terus
bertambah dan dalam pengumpulannya itu kemudian disebarkan keseluruh
dunia melalui jalur perdagangan, ksatria,
brahmana yang pada saat itu melakukan perjalanan suci untuk menyebarkan
agama sanatana dharma (Rudia Adiputra, 2000).
[4] I Wayan
Maswinara, Sistem Filsafat Hindu (Sarva
Darsana Samgraha). (Surabaya : Paramita, 2006), hal 1
[5] Ibid. Hal 129
[6] Ibid, hal 162
[7] Ibid. Hal 175 pada penjelasan ini bahwa
vedanta diajarkan tentang pengejawantahan dari Brahman yang bersifat Nirguna Brahman (manifestasi Tuhan yang
mahatidak terbatas).
[8] Koentjaraningrat.
1989. Antropologi I. Jakarta : UI
Press. Hal : 68
[9] Mirceal
Eliade merupakan pencetus konsep realitas yang sakral yang pada saat itu
mengkultuskan tentang konsep sakral (suci) dengan hal yang bersifat profan (hal
yang biasa) lihat Nuwanto, 2000.
0 Response to "Perkembangan Filsafat Hindu di Nusantara"
Post a Comment