MAKNA KAKAWIN RAMAYANA 1:3
BAGI SEORANG PEMIMPIN BANGSA DALAM
MELAKSANAKAN DHARMA NEGARA DAN DHARMA AGAMA
BERDASARKAN AJARAN HINDU
UNTUNG SUHARDI
- PENDAHULUAN
Seorang pemimpin menurut kitab suci Hindu, merupakan
tokoh yang menerangi dan mencintai sesama manusia. Tidak membenci siapapun,
dermawan, hidup ditengah-tengah dan melayani rakyatnya. Pemimpin itu dilantik untuk
kejayaan negara, untuk melindungi warga dan rakyatnya serta untuk menjaga
kehormatan dan keselamatan bangsa. Sifat-sifat seorang pemimpin adalah
pemberani, mampu memperbaiki dan melindungi kemakmuran masyarakat. Didalam
sastra Veda yang telah digubah dengan bentuk kakawin Ramayana adhyaya 1 sloka 3 menyatakan bahwa :
Guna manta sang dasaratha
Wruh sira ring weda, bhakti ring dewa
Tan malupeng pitra puja
Masih ta sireng swagotra kabeh
Artinya :”Sangat berguna dan bermanfaat beliau sang Dasaratha,
beliau tahu ajaran
Veda, apalagi beliau
sangat taat dan sujud bhakti terhadap para Dewa, apalagi
Beliau tidak lupa terhadap
leluhurnya, apalagi terhadap sanak saudaranya,
Masyarakat beliau selalu
mengasihi”
Kepemimpinan didalam era globalisasi seperti sekarang ini
diperlukan para pemimpin yang mampu melahirkan berbagai macam gagasan yang
dapat memiliki sifat pembaharuan. Disamping itu hendaknya seorang pemimpin
hendaknya memiliki kemampuan untuk melahirkan hasil karya yang bermanfaat untuk
mewujudkan cita-cita masyarakat, bangsa serta negara untuk dapat tercapai
cita-cita tujuan itu sudah tentu para pemimpin harus menyerahkan segenap sember
daya yang ada secara efektif dan efisien.
Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang berasal dari
berbagai macam suku, agama, ras, budaya dan begitu juga sebaiknya, karena
pemimpin masyarakat dapat menyatukan tujuan-dan cita-cita, keberadaan pemimpin
dan masyarakat tidak dapat dipisahkan begitu rupa, bila kehidupan kita ini
ingin berjalan dengan damai. Dengan demikian maka keberadaan pemimpin dan
mamsyarakat terpadu dan menyatu. Seorang pemimpin sengaja dibentuk untuk
mewujudkan kemakmuran dan memberikan perlindungan kepada masyarakat. Seorang
pemimpin haruslah selalu mawas diri, mampu memajukan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya dan bersikap ramah kepada semua orang. Pemimpin juga harus
mengangkat martabat dan harkab bangsanya, memiliki keteguhan hati dan
memantapkan bangsanya, memiliki keteguhan dan memiliki kemantapan hati yang
kuat serta selalu berbuat jujur.
Ajaran Nitisastra bukan hanya untuk kalangan pemimpin
akan tetapi, juga untuk para anggota masyarakat pada umumnya. Sehingga dengan
modal ilmu kepemimpinan ini, maka paling tidak bisa memimpin dirinya sendiri,
karena pada hakekatnya setiap orang adalah pemimpin. Didalam bidang
kepemimpinan terdapat 3 teori yang menonjol tentang munculnya seorang pemimpin,
yaitu :
1. Berdasarkan
teori Genetis : Ilmu kepemimpinan yang merupakan bakat sejak lahir yang telah
ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi tertantu dalam suatu
masyarakat.
2. Berdasarkan
teori Sosial : setiap orang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan
pendidikan serta didorong oleh kemauan keras dari orang yang bersangkutan.
3. Berdasarkan
teori Sintesis (Ekologis) seseorang dapat menjadi pemimpin melalui bakat yang
dimiliki sejak lahir kemudian bakat itu dikembangkan melalui pendidikan dan
pengalaman.
- DHARMA
NEGARA
. Didalam Kakawin Ramayana 1:3 tersebut menjelaskan
tentang dharma negara seorang raja yaitu selalu melindungi rakyatnya. Didalam
ajaran Hindu terdapat konsep kepemimpinan seorang raja dalam dharma negaranya,
yaitu ajaran ASTA BRATA yang
merupakan ajaran yang diberikan Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana ketika akan
menjadi raja di Alengkapura. Ajaran asta brata termuat didalam kitab Manawa
Dharmasastra bab VII yang menjelaskan bahwa seornag pemimpin seyogyanya
memiliki sifat-sifat baik yang dimiliki oleh 8 Dewa, yaitu : Dewa Indra, Dewa
Vayu, Dewa Yama, Dewa Surya, Dewa Agni, Dewa Varuna, Dewa Candra dan Dewa Kuwera.
Maksudnya bahwa didalam menjalankan roda pemerintahan seorang pemimpin harus
mengikuti prinsip-prinsip dari konsep astabrata tersebut antara lain :
·
Dewa Indra : pemimpin hendaknya seperti hujan,
yaitu selalu melindungi rakyat kecil yang membutuhkan bantuan. Dan figur
pemimpin itu tidak lupa dengan rakyat yang dipimpinnya.
·
Dewa vayu : pemimpin hendaknya seperti angin yang
selalu membawa kesejukan, selalu mendorong seseorang untuk hidup rukun dan
penuh dengan toleransi dan dapat menciptakan suasana damai sehingga terjalin
kerjasama yang baik. Para pemimpin digambarkan selalu berhembus dari tekanan
yang tinggi ke tekanan yang rendah, sehingga pemimpin ini tergerak hatinya
untuk membantu yang lemah
·
Dewa Yama : pemimpin hendaknya dapat menjatuhkan
hukuman kepada siapapun yang bersalah, selalu bersikap adil dan selalu menjaga
kebenaran dan berani bertindak tegas.
·
Dewa Surya : Memberikan sinarnya tanpa kasih, maka
seorang pemimpin harus memberikan perhatian dan semangat tanpa pilih kasih,
sehingga dapat bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan bersama.
·
Dewa Agni : hendaknya mempunyai pengetahuan rohani
dan membantu secara tulus ikhlas tanpa pamrih serta bertindak ksatria jika
melawan musuh sanggup memecahkan setiap permasalahan dan mengajarkannya kepada
orang lain.
·
Dewa Varuna : hendaknya dapat memusnahkan segaa
penyakit masyarakat (Pengganguran, kenakalan remaja, pencurian) dan dapat
menggunakan wewenang untuk menyelamatkan bangsa agar bangsa dan negara menjadi
aman.
·
Dewa Candra : mempunyai sifat yang lembut dan
manis, bersikap menciptakan ketentraman dan ketenangan dalam lingkungan dan
selalu membantu orang yang sedang kesulitan.
·
Dewa Kuwera : pemimpin hendaknya harus bijaksana
dalam menggunakan uang, agar tidak terjadi pemborosan dan dapat digunakan untuk
keperluan pembangunan fisik maupun mental untuk kemajuan bangsa.
Selain adanya konsep Astabrata ini, seorang pemimpin
harus mempunyai 5 sifat kepemimpinan untuk kemajuan bangsa dan negara yaitu
ajaran ”Panca Stiti Dharmaning Prabhu”. Yang telah dirumuskan oleh Arjuna
Sasrabahu yang berisi :
· Ing ngarso sung tuladha : pemimpin harus memberikan contoh yang baik dan
memberikan semangat pengabdian yang tinggi dan luhur.
· Ing madya mangun karsa : pemimpin harus
ditengah-tengah masyarakat dan mampu mengembangkan semangat untuk kemajuan
bersama.
· Tut wuri handayani : jika pemimpin dibelakang selalu memberikan
dorongan semangat, kebebasan dan mengembangkan ide yang bersifat positif.
· Maju tanpa bala : seorang pemimpin harus berani maju walaupun
tanpa anak buah dan berani berkorban untuk kepentingan bangsa.
· Sakti tanpa aji : pemimpin tidak selalu menggunakan kekuatandalam
mengalahkan musuh-musuhnya, namun berusaha menggunakan pendekatan (Diplomasi)
sehingga disegani pesaing polotiknya.
Dari kedua konsep kepemimpian itu dapat dijadikan pedoman seorang pemimpin
dalam menjalankan Dharma Negaranya sehingga akan menjalankan roda pemerintahan
dengan baik untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur. Didalam pembentukan
elemen negara seorang pemimpin merupakan syarat utama dalam dharma negara,
sehingga seorang pemimpin harus dipilih orang yang pandai berbicara, ketajaman
intelektual, mempunyai keterampilan dalalm seni dan peperangan. Dia tahu kapan
harus perang dan damai, kapan bersikap menunggu, memasuki perjanjian dan harus
selalu menjaga kehormatan bangsa dan negara.
Dengan adanya pengabdian raja (Pemimpin) terhadap
negaranya, maka dalam element penyusun negara sering seorang pemimpin harus
mengangkat penasihat dan menteri, pengangkatan ini harus berasal dari orang
yang terhormat, tahan uji dan teguh kesetiaannya. Hal ini bertujuan untuk dapat
mengabdikan kepada masyarakat sesuai dengan bidang keahlian masing-masing tanpa
pilih kasih, status atau golongan.
Kemudian adanya wilayah dan penduduk, dengan adanya
wilayah ini harus memiliki tanah yang subur dan harus dibangun perbatasan
sebagai pemisah dengan negara tetangga. Dengan adanya wilayah yang strategis
ini maka perekonomian maju dan berbagai jenis komoditas akan dapat dengan mudah
untuk dipasarkan, sehingga akan menunjang kemajuan dan kemakmuran bangsa. Dalam
menjalankan dharma negaranya seorang pemimpin harus mengunakan harta kekayaan
untuk hal-hal yang bermanfaat dan difokuskan untuk kemajuan bangsa serta
negara. Selain itu pemimpin harus membentuk angkatn perang untuk menjaga
keamanan dan stabilitas negara yang selalu mengabdikan diri untuk kepentingan
negara, kemudian menjalin hubungan dengan negara lain untuk menjalin kerjasama
yang saling menguntungkan dalam segala bidang pemerintahan.
- DHARMA
AGAMA
Didalam kakawin Ramayana 1:3 dijelaskan tentang kewajiban
seorang pemimpin yaitu harus mempelajari ajaran Veda, berbakti kepada Dewa,
selalu mnghormati leluhurnya dan mencintai sanak keluarganya dan rakyat. Dharma
dalam arti luas bukan hanya berarti kebenaran, namun juga berarti kewajiban.
Kewajiban tiap manusia terhadap manusia, terhadap leluhur, para Dewa dan alam
sekitar. Seorang hendaknya selalu mempelajari kitab suci karena merupakan
pedoman untuk mengarahkan kepaa kebenaran. Didalam kitab suci dijelaskan
tentang aturan-aturan berbicara, berpikir dan berbuat, sehingga dalam aplikasi
sehari-hari mempunyai dasar yang kuat. Didalam kitab suci juga dijelaskan
tentang sikap seorang pemimpin kepada bawahannya, mitra, pendahulunya dan lawan
politiknya. Oleh karena itu, dengan mempelajari kitab suci kita mempunyai
wiwieka jnana untuk menjadi seorang
pemimpin yang arif, santun dan bikaksana yang berdasarkan ketuhanan.
Seorang pemimpin hendaknya juga melakukan pemujaan kepada
para Dewa, karena dengan perantara para dewa itulah berkah Tuhan akan sampai
kepada seluruh rakyat dan mewujudkan masyarakat yang makmur, adil dan
sejahtera. Oleh karena itu, dilaksanakan Dewa Yajna, yaitu suatu persembahan
untuk menghormati manifestasi sinar suci dari Hyang Widhi dalam mewujudkan
keseimbangan, kerahayuan, dan kemakmuran jagat raya. Selain itu, kewajiban
pemimpin adalah menghormati para pendahulunya (Leluhurnya) maka dengan
perantara leluhur kita bisa dlahirkan kedunia ini. Oleh karena itulah sering
diadakan pitra yajna yaitu persembahan kepada leluhur agar mendapatkan tempat
yang layak sesuai dengan karmanya, jika hal ini dikaikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sekarang ini, maka muncul adanya upacara kematian
kepada orang tua yang sudah meninggal dan penghormatan kepada para pahlawan yan
telah merebut kemerdekaan. Seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya
menghormati leluhurnya akan tetapi juga menghormati para pemimpin pendahulunya
dan pahlawan yang telah gugur dan tidak mengungkit kelemahan-kelemahan selama
masa kepemimpinannya, akan tetapi akan membicarakan tentang hal-hal yang
positif dan menirunya untuk kemajuan pemerintahan sekarang karena dengan
menjelekan pemimpin dahulu tidak akan membuat diri kita lebih bagus.
Figur pemimpin adalah selalu mengutamakan kepentingan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pemimpin hendaknya bisa
menghormati dan mengetahui bawahannya sampai keadaan keluarganya, sehinggga
hubungan antara pemimpin dengan masyarakat terbina dengan baik. Dengan adanya
saling menghormati, menghargai didalam tatanan kehidupan masyarakat tanpa
membedakan SARA maka akan terwujud masyarakat yang aman dan damai. Disamping
kepentinga negaranya, pemimpin juga harus bisa menggunakan waktunya untuk sanak
saudaranya agar terjalin persaudaraan yang semakin kokoh.
- KESIMPULAN
Dengan demikian, pemimpin yang ideal menurut Hindu adalah
pemimpin yang setulusnya menginginkan jagat menjadi damai. Seorang pemimpin
harus melihat kekuasaan sebagai swadharma
untuk menciptakan kerahayuan, bukan sekedar kesempatan untuk dihormati,
disanjung ataupun mengatur dan menguasai orang lain. Dengan keinginan
menciptakan kerahayuan jagat raya, mereka ingin mensejahterakan semua elemet
semesta, tidak terkecuali rakyat bahkan juga untuk semua makhluk.
Selanjutnya patut disadari bahwa tugas teringgi seorang
pemimpin adalah menghormati kepada Tuhan, dengan cara melaksanakan ajaran
Dharma, karena kebenaran itu merupakan perlindungan tertinggi bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin juga harus memahami bahwa ketika seseorang meninggal
dunia, maka teman-teman dan kerabatnya hanya akan menemaninya sampai kekuburan,
sedangkan yang menemani kealam niskala
adalah dharma, dan hanya dharmalah sat-satunya tema yang akan menemani kealam
niskala tersebut, oleh karena itulah, hal yang patut dicari oleh semua pemimpin
adalah dharma itu sendiri.
”JANGAN
PERNAH GADAIKAN DIRIMU UNTUK JABATAN”
Hasan Wirajuda
0 Response to "Kepemimpinan Masa Kini Untuk Mewujudkan Masyarakat Gemah Ripah Loh Jinawi"
Post a Comment