Judul : Sistem
filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha)
Penulis : I Wayan Maswinara
Penerbit : Paramitha
Tempat terbit : Surabaya
Tahun : 1999
ISBN : 979-9044-21-9
***************************************************************************************************
Abad pertengahan memandang bahwa ilmu
pengetahuan adalah sesuatu yang bersifat nyata Karen adapat dibuktikan secara
empiris. Namun, dilain sisi bahwa pemikiran tentang sesuatu yang bersifat
abstrak seperti pengetahuan agama sulit diterima pada masa abad tersebut. Akan tetapi,
pada abad ini secara berangsur-ansur pemikiran tentang dubnia spiritual telah
diterima oleh masyarakat terutama dalam dunia barat, tentunya hal ini mengalami
suatu proses berpikir yang sangat lama dalam mmenyesuaikan pandangan tentang
dunia spiritual. Keadaaan ini tentunya sangat familiar dalam pandangan dunia
timur tentang pengenalan spiritual yang sudah dikenal dengan sangat baik karena
dalam pandangan timur sellau dikaitkan dengan spiritual.
Pada pembahasan buku yang ditulis oleh Bapak
maswinara bahwa sangat menarik sekali Karen mencoba mengetengahkan tentang
cabang ilmu dalam filsafat Hindu yang bersifat ortodoks (astika) atau yang
mengakui kebenaran Veda, seperti Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga Mimamsa dan
Vedanta dan pemahaman tentang Heterodoks (nastika) yang tidak mengakui otoritas
Veda, seperti Carwaka, Budha dan Jaina. Pembahasan ini sangatlah penting
dilakukan karena untuk menyelami lebih dalam tentang filsafat yang ada di Hindu
karena pada dasarnya bahwa cangang ilmu
yang diperkenalkan oleh Veda sangatlah luas sehingga sangatlah tidak mungkin
jika dipelajari sekaligus, akan tetapi bisa dipelajari dengan berjenjang.
Selain itu dibahas pula tentang filsafat yang
tidak mengeakui dari otoritas Veda seperti Carwaka yang dalam pandangannya
bahwa sebuah eksistensi didunia ini akan tetap ada tanpa adanya sebuah
perenungan akan adanya sebuah entitas yang unggul. Kemudian dalam filsafat
jaina dikemukakan bahwa sebuah agama akan tetap eksis tanpa adanya Tuhan yang
memberikan sebuah pewahyuan dan Budha mengganggap bahwa dunia ini adalah sebuah
penderitaan yang didalam diri manusia adalah kumpulan daging yang berjalan yang
didalamnya menentang tentang sebuah keberadaan roh. Akan tetapi dalam
pemikiranbudha dijelaskan tentang adanya pemahaman tentang hukum karma dan
reinkarnasi yang membawa manusia dalam bentuk badan yang berbeda dalam setiap
kelahirannya. Pemaknaaan dari filsafat astika ini merupakan bagian dari
filsafat India karena pada dasarnya dari ketiga pemikiran dan cabang filsafat
ini merupakan bagian tntegral dari pemikiran India yang memandang bahwa sebuah
orang boleh berpandangan yang berbeda tentang sebubah entitas akan tetapi
puncak dari pemahaman tentang konsep kasunyatan ini adalh satu yaitu menjadikan
hidup ini sejahtera baik itu secara duniawi dan kedamaian spiritual.
Seanjutnya juga dibahas tentang otoritas dari
filsafat Hindu yang menandang bahwa adanya sebuah eksistensi yang ,mengusung
sebuah pemikiran bahwa jalan yang dibawa dalam enam jalan menuju kesempurnaan
yang disebut dengan sad darsana sebenarnya
sebuah jalan yang digunakan oleh manusia sesuai dengan tempramen dari
manusia yang memiliki kecnderungan yang berbeda-beda. Jadi dalam hal ini
cvabang dari filsafat inidia ini merupakan sebuah cabang ilmu dalam rumpun yang sangat luas dan didalamnya terdapat
sebuah substansi yang terkandung tentang pola pemahaman tentang keberadaaan
jiwa yang agung yang dicapai dengan pemahaman anak tangga dalam wujud enam
cabang filsafat nastika untuk mengetahui Tuhan sebgai sumber jiwa yang agung. Dengan
demikian bahwa setiap orang bebas dengan sendirinya akan menempuh dan menganut
paham yang mana sesuai dengan temperament seseorang karena pada dasarnya itu semua adalah sebuah jalan
yang berbeda akan tetapi mempunyai
tujuan yang sama yaitu tentang sebuah tempat yang damai dan ketika
seseorang sudah mencapai tempat tersebut dia tidak akan kembali lagi pada dunia
yang bersifat maya ini.
Maswinara dalam buku ini juga menjelaskan
tentang sebuah pemahaman bahwa untuk mencap[ai kehidupan yang damai secara
duniawi dan rohani diperlukan sebuah pemahaman mengenai filsafat Hindu. Untuk itulah
diperlukan dasar pemahaman ini bahwa ada sebuah pemahaman konsep tentang yang
idela dan bias dipahami oleh orangkebanyakan dalam memahami sebuah entitas yang agung. Dia menjelaskan bahwa ada
pasangan antara cabang filsafat tersebut, yaitu ketika kita berbicara Nyaya
maka disana ada pembicaraaan tentang waisesika karena didalamnya membahas hal
yang bersamaan tentang bentuk alam material yang sesungguhnya berasal dari
sebuah keberadaaan yang bersifat maya dan mengusung pandangan bahwa sebuah yang
ada dia alam semesta ini merupakan hal yang sementara dan realitas dari Tuhan
itulah yang bersifat Nyata. Pandangan pemahaman selanjutnya adalah ketika kita
berbuicara tentang samkhya maka disana ada Yoga karena keduanya sebenarnya
membahas tentang alam kejiwaaan manusia dalam menyatukan antara jiwa pribadi
dengan jiwa yang universal dan terakhir ketika kita berbicara mimamsa maka
disana ada Vedanta yang merupakan puncak dari pengetahuan yang bersifat absolut
tentang sebuah pengingkaran duniawi karena semuanya adalah maya dan yang
bersifat nyata adalah Brahman yang dilakukan dalam bentuk tindakan yaitu
semadhi untuk menyatu dengan yang mahatunggal.
Setelah melakukan pengkritisan dari enam
paham filsafat India tersebut Maswinara menjelaskan tentang pengkritisan dari
filsafat ini yang dikenal dengan abad pencerahan (renainces) pokok pemikiran ini
dikenal dengan pemikiran Advaita oleh Sankara, Visistha dvaita oleh Ramanuja
dan dwaita oleh Madhwa. Ketika pemikiran ini mempunyai sudaut pandang yang
berbeda, misalnya Advaita memandang bahwa dunia ini adalah sebuah tempat yang
bersifat maya dan hal yang nyata adalah Tuhan serta untuk mencapai yang
sempurna dicapai dnegan jalan jnana marga. Lain halnya dengan Visistha dwaita bahwa
dunia ini adalah sebuah satu keatuan yang utuh karena ketika Brahman mencipta
maka dunia ini ada dan sebaliknya, sehingga dunia ini adalah sebagai emanasi
(cerminan dari Brahman) sebagai jiwa agung tersebut dan cara untuk mencapai
kesempurnaan dengan bhakti marga. Namun disisi lain ada pemikiran dari dwaita bahwa Tuhan dalam hal ini adalah sebuah
ralitas yang menentukan dan dunia beserta isinya adalah realitas yang
ditentukan. Sehingga dalam hal ini Tuhan adalah sebagai penentu dalam
kiehidupan didunia ini dan Tuhan sebagai suatu entitas yang memegang kendali
atas jagat raya ini, serta untuk mencapai kesempuirnaan duicapai dengan sebuah
pemahaman tentang jnana marha dan bhakti marga.
Setelah membaca secara gari sbesar bahwa buku
ini sangat layak dipakai oleh semua umat
manusia tidak hanya terbatas pada kalangan umat Hindu akan tetapi harus dibaca
oleh seluruh umat manusia di dunia.
Satyam Eva Jayate
Untung Suhardi.
0 Response to "Filsafat Hindu"
Post a Comment