MENGEMBANGKAN MENTALITAS UMAT HINDU MENJADI INSAN UNGGUL
Oleh :
Untung Suhardi
Om
avighham astu namah sidham
Om
Svastyastu
Perjalanan waktu menunjukan
bahwa umur alam semesta lebih panjang dari pada umur manusia. Kehidupan manusia
selalu diwarnai dengan keinginan dan kebutuhan yang tidak selamanya selalu beriringan
dan bahkan sering mendahulukan keinginan. Terkait bahwa manusia sebagai makhluk
yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan mempunyai hubungan interkasi
dengan Sang Pencipta (homo religius).
Secara hakikat bahwa manusia mempunyai keunggulan dibandingkan dengan makhluk
hidup yang lain karena dilengkapi dengan pikiran (akal budi). Perbedaan
keunggulan inilah yang menyebabkan manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi.
Keberadaan pikiran inilah yang juga manusia dapat untuk membedakan antara baik
dan buruk yang kemudian dapat menentukan keputusannya dalam kehidupan ini.
Manusia dengan segala kelengkapannya ini tidak hanya dapat dilihat secara
keunggulannya dan kemudian melupakan hakekat yang sesungguhnya tentang manusia.
Pembahasan tentang keunggulan
manusia ini baik dalam dunia rohani dan
pengetahuan banyak dibahas dan membutuhkan pemikiran yang mendalam tentang
hakekat manusia ini. Manusia secara fisik dengan kelengkapan segala anatomi
tubuhnya jauh di atas dari segala peralatan canggih yang ada sekarang ini.
Manusia kemudian hidup dan berkembang dalam kehidupan ini dengan selalu
melakukan komunikasi dengan sesamanya (homo
sosius). Kehidupan manusia dengan akal budinya mampu untuk mengubah dunia
dengan daya kreasi yang dimilikinya. Kreatifitas manusia mampu untuk membuat
rumah dengan aneka jenis model, membuat alat transportasi, membuat aneka
masakan, aneka pakaian dan kreatifitas yang lainnya. Hal lain juga terjadi pada
binatang, dia dapat membuat rumah akan tetapi jenis dan model rumah yang ada
dari jaman dahulu sampai sekarang masih tetap sama, dengan pintu, jendela dan
bahkan atapnya.
Berjalan pada uraian ini
menunjukan bahwa banyak keunggulan manusia yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
manusia dengan sepenuhnya. Keberadaan manusia yang dijelaskan dalam kitab Sarasamuccaya sloka 2 sebagai makhluk
yang istimewa karena dapat menolong dirinya sendiri dan makhluk lainnya dengan
jalan perbuatan yang baik. Namun dibalik keunggulan ini kebanyakan manusia
tidak menyadari keunggulan yang dimiliki manusia secara pribadi. Hal-hal yang
dapat kita lihat saat ini adalah banyak permusuhan intern umat Hindu lantaran
perbedaan pandangan dan cara berpikir yang berbeda. Kurang persatuan umat Hindu
yang ada karena lebih mengutamakan kepentingan golongan dan pribadinya.
Kesadaran umat Hindu untuk meningkatkan kualitasnya melalui pendidikan, adanya
manajemen ekonomi umat untuk meningkatkan dalam bidang pendidikan dan
pengembangan ekonomi umat. Permasalahan ini bermula pada keinginan umat Hindu
untuk meningkatkan kualitas diri.
Berdasarkan permasalahan ini
maka, ada beberapa hal yang akan
disampaikan yaitu :
1.
Bagaimanakah keunggulan manusia menurut Hindu
?
2.
Bagaimanakah upaya mengembangkan kualitas
sumber daya manusia Hindu dalam menghadapi perkembangan jaman ?
A.
Pembahasan
1)
Keunggulan manusia menurut Hindu
Manusia secara harfiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang
berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu
kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana,
yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga
untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang
memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan
manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah
dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia
mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai
berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan
pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya.
Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap
kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada
jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan
dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena
tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang,
berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami
terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang
terpisah dengan atman yang sejati.
Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang
terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan
ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu
kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu
bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau Paramaatman.
Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun
dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan
kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang
hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika
keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita
merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus
dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan
tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka
suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu
keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka
manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan
berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya
mementingkan kehidupan duniawi. Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;
Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan
kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu
untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah
pahalanya.
Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan
masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk
mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang
hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan
mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak
telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya
tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja,
buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang
dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah
tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak
sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini
menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh,
nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat
yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu
dihormati.
Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh
kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran
kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku
manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang
mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini
dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut
mustahil akan tercapai jika arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal
pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika
dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu.
Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran
yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur.
Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan
melaksanakan ajaran Dharma (kebajikan yang utama), dengan melaksanakan berbagai
yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta.
Dan semua yang
dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia
itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa.
Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai
manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf
hidupnya.
2)
Upaya mengembangkan kualitas sumber daya manusia Hindu
dalam menghadapi perkembangan jaman
Orang tua kita di rumah. Orang tua
adalah orang yang harus berperan menanamkan nilai-nilai yang pertama dan utama
sejak anak baru dilahirkan hingga dia menjadi dewasa. Orang tua hendaknya
jangan melempar seluruhnya tanggung jawabnya kepada guru di sekolah. Karena
nilai-nilai yang ditanamkan di rumah menjadi bekal untuk dibawa keluar rumah
dalam berinteraksi dengan orang lain di masyarakat. Bagaimana berhadapan dengan
orang yang lebih tua, bagaiman sopan santun, bagaimana bertutur kata yang benar
dan baik. Kini dapat dirasakan nilai-nilai seperti ini jarang sekali menjadi
perhatian orang tua terutama di kota besar, karena orang tua masing-masing
terpenjara karena mengejar material untuk kebutuhan hidup.
Dalam hal ini diperlukan mendisain
ulang pengelolaan waktunya untuk si anak. Anak membutuhkan perhatian dan
petunjuk dari orang tua yang mana boleh dan tidak boleh. Yang mana yang benar
dan tidak benar…. Juga sangat diperlukan nasehat-nasehat, pitutur dan
pengertian-pengertian yang minim sekali diperolehnya dari guru lain selain guru
rupaka. Peran Guru rupaka/orang tua di rumah seingat penulis saat masih
kecil sering dilakukan dengan metode dongeng, cerita-cerita yang
mengandung petuah dan nilai-nilai luhur sehingga cenderung diminati oleh
seorang anak yang belum dewasa, yang mana metode dongeng ini jarang sekali
dipraktekan oleh orang tua sekarang ini. Melalui cerita, anak mendapatkan
nilai-nilai kebenaran, pengetahuan dan perbendaharan kata, contoh-contoh
kebajikan (Dharma) yang harus dijunjung tinggi, nilai kejujuran, toleransi,
kerjasama, tolong menolong dan masih banyak lagi.
Dengan demikian,
seorang ibu sebagai pengasuh dan pendidik anak harusah mengajari anak tersebut
dengan budi pekerti yang sehat dan moral yang tinggi, karena pendidikan yang
harmonis adalah pendidikan yang meliputi kecerdasan akal, pikiran dan mental
spiritual. Pendidikan inilah dimulai ketika bayi masih dalam kandungan ibunya
sudah mengalami pendidikan yaitu pendidikan prenatal. Oleh karena itu, seorang
ibu dalam saat itu haruslah berhati-hati dalam segala pikiran, ucapan dan
tindakan Dalam hal ini Napoleon Bonaparte mengatakan “Pengetahuan dan budi
pekerti yang luhur yang dimiliki oleh seorang ibu merupakan jembatan emas yang
akan dilalui oleh anak-anaknya menuju pantai kebahagiaan”. Dalam hal inilah seorang
ibu mempunyai tugas yang berat dalam mendidik anak-anaknya agar dikemudian hari
anak tersebut menuai kesuksesan.
Oleh karena itulah,
seorang anak harus menghormati jasa orangtua, karena merekalah yang selalu membimbing, mengarahkan
dan memberikan motivasi. Dalam hal kasih
sayang ini hati seorang ibu lebih lembut dan mengerti tentang perasaan anaknya,
sehingga ada ungkapan bahwa “Sorga ada ditelapak kaki Ibu”. Ungkapan ini bukan
hal yang tanpa makna, tetapi jauh dari itu menyimpan makna yang sangat dalam,
karena sang Ibu inilah yang berani mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan
anakanya bahwa beban tanggungjawab itu melebihi berat bumi. Karena kita sebagai anak mempunyai hutang
badan, jasa dan hidup.
Guru di sekolah, hendaknya jangan
hanya mengajar tetapi juga mendidik seperti mengarahkan anak didik untuk bisa
bersopan santun dalam bertindak dan menghadapi orang lain di masyarakat,
memberi contoh perilaku yang baik. Tugas guru memang mengajarkan ilmu
pengetahuan tetapi harus dihindari pembelajaran yang hanya sekedar tahu konsep
tetapi dapat memanfaatkan konsep tersebut untuk hidup di masyarakat. Demikian
juga evaluasi terhadap padatnya kurikulum dan cara penilaian yang cenderung
didominasi oleh pengetahuan kognitif yang harus dikejar dan dihabiskan dalam
proses pembelajaran karena akan diujikan melalui alat uji yang juga cenderung
di dominasi oleh penilaian terhadap aspekkognitif perlu di kaji kembali, agar
tersedia waktu yang lebih untuk mempraktekkan serta menginternalisasi konsep
dan tata nilai yang dipelajari menjadi kompetensi pribadi yang utuh dalam diri
anak didik. Tidak terkesan mengejar materi agar habis tetapi nyatanya anak
tidak memiliki kompetensi apapun. Sehingga timbulah kemampuan-kemampuan semu
dimana anak hanya bisa saat akan di tes atau ujian tetapi setelahnya tidak
mampu apa-apa.
Pemerintah adalah termasuk salah
satu dari catur guru, hendaknya perilaku, perkataannya dan pemikirannya menjadi
contoh bagi rakyat. Hendaknya tidak melakukan tidakkan tidak terpuji seperti
korupsi, bohong, membodohi, janji-janji yang muluk, tetapi sebaliknya harus
mengarahkan masyarakat atau rakyat ke hal – hal yang positif. Janganlah berebut
kekuasaan hanya untuk kepentingan pribadi. Guru wisesa harus mengutamakan
kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi jika ingin berhasil menjadi guru
wisesa. Ingatlah guru akan ditiru muridnya, pemerintah akan ditiru rakyatnya,
rakyat meniru melanggar manakalah pemerintah sebagai guru wisesa tidak
konsisten dan juga melanggar sumpah dan janjinya dalam menjalankan roda
pemerintahan. Dalam ajaran kepemimpinan yang lain
disebutkan pula mengenai ajaran Panca
Stithi Dharmaning Prabu yaitu : “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, Nglurug Tanpa Bala dan Sakti Tanpa Aji”.
Kelimanya merupakan ciri-ciri spesifik
kepemimpinan di Indonesia yang membedakan secara khusus dengan ciri-ciri
kepemimpinan di negara dan bangsa manapun. Masing-masing mengandung makna
simbolis sebagai produk kebesaran jiwa nenek moyang para pendahulu. Guru
wisesa/pemerintah harus ingat bahwa dirinya adalah guru, yang memiliki tanggung
jawab yang besar di depan menjadi teladan, ditengah memberikan motivasi dan
dibelakang harus mampu mendorong dan menggerakan rakyat untuk melakukan
tindakan positif, dapat menyelesaikan masalah tanpa harus berperang serta dapat
berdiplomasi. Pemerintah juga tidak boleh diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok tetapi harus adil dalam memberikan perlindungan terhadap
rakyat sebagai anak didiknya dalam segala bidang baik bidang pendidikan, ekonomi,
agama, pelayanan, kesehatan dan lainnya. Pemerintah mendidik masyarakat melalui
aturan-aturan kebijakan maupun penghargaan-penghargaan untuk memberikan
motivasi serta hukuman-hukuman agar hal yang dilarang tidak dilakukan. Hukuman
hendaknya yang mendidik demikian juga penghargaan yang diberikan juga mendidik.
Arahan-arahan kepada masyarakat juga digunakan melalui pidato, diskusi,
konferensi pers hendaknya digunakan untuk yang positif dan kepentingan anak
didik/masyarakat dan bukan untuk pribadi. Kita sampaikan bahwa umat Hindu akan mematuhi
segala peraturan pemerintah selama pemerintah melaksanakan Undang-Undang.
B.
Penutup
Berangkat dari uraian pesan
dharma wacana ini bahwa manusia dalam Hindu mempunyai kedudukan yang istimewa
karena dilengkapi dengan pikiran untuk dapat membedakan antara baik dan yang
buruk. Upaya pemahaman inilah yang dikembangkan dalam bentuk pembiasaan yang
dilakukan oleh keluarga dengan hal yang positif mulai dari bersembahyang
bersama, memberikan dana punia dan penanaman nilai kebiasaan yang baik dalam
keluarga. Kemudian di sekolah diberikan penanaman nilai luhur yang ada dalam
kehidupan seperti guru memberikan pembiasaan tentang karakter yang baik serta
nilai-nilai luhur yang ditanamkan disekolah. Hal yang sama juga dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat tentang penanaman nilai tentang rasa kepedulian saling
menghormati. Bentuk nyata yang dilakukan dalam hal inilah yang terkadang kita
seraing terabaikan yang kemudian menghasilkan generasi yang rapuh. Akan tetapi dengan melaksanakan tentang
penanaman nilai moral yang baik dalam lingkup sekolah, keluarga dan masyarakat
akan menjadikan indvidu yang mampu untuk menghadapi tantangan jaman yang tidak
hanya mampu mengangkat derajat dirinya namun dapat mengangkat derajat bangsa
dan negaranya.
Ajakan :
Mulai saat ini kita
harus belajar dari sinar matahari yang selalu menerangi jagadraya dan
memberikan energi untuk semua makhluk. Sinar surya selalu memberikan sinar
kehidupannya tanpa memandang makhluk, hal ini sama juga kita terapkan kehidupan
ini untuk mnejadikan diri kita berkualitas dan mengajarkannya kepada setiap
insan untuk terhindar dari ketidaktahuan.
Demikianlah
pesan dharma ini saya sampaikan, atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Om
Santih, Santih, Santih
Om
Jakarta, April 2018
Daftar Referensi
:
Bhaktivedanta, A.C. (1972). Bhagavad-gita
As-It-Is. Singapore: Bhaktivedanta Book Trust.
Mustika, Made. (2002). Disfungsi
pendidikan Hindu. Majalah Hindu Raditya. No 61 Agustus 2002.
Oka, Gedong. (1992). Menyelaraskan
pola pendidikan tradisional Hindu dengan dinamika pembangunan. Surabaya :
Team Pembina Kerohanian Hindu ITS
Poerbatjaraka, RMNg. 1983. Nitisastra Kakawin. Denpasar, Bali:
Pemerintah Daerah Tingkat I
Bali.
Puja G, Sudharta Tjokordha Rai.2005. Manavadharmasastra
(Veda Smerti). Surabaya: Penerbit Paramita.
0 Response to "Membangun SDM Hindu"
Post a Comment