Insan Unggul


MENGEMBANGKAN MENTALITAS UMAT HINDU MENJADI INSAN UNGGUL
Oleh :
Untung Suhardi  

Om avighham astu namah sidham
Om Svastyastu


Umat sedharma yang berbahagia,
Sebelum saya menyampaikan pesan dharma ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan puji syukur kepada Brahman Yang Maha Pengasih dan penyayang, karena atas asung kerthawaranugraha-Nya kita selalu mendapatkan perlindungan dan selalu diberikan keselamatan, kesempatan kesehatan, karena kesehatan lebih berharga dari pada kekayaan. Sehingga, kita dapat berkumpul ditempat ini tanpa ada halangan suatu apapun. Dan tiada kata yang paling indah selain kita memuji kebesaran-Nya dan selalu mensyukuri apapun yang telah diberikan kepada kita semua. Adapun pesan dharma ini bersifat mengingatkan terhadap hal-hal yang telah terlupakan, yaitu dengan judul “Membangun mental sumber daya manusia Hindu menuju insan unggul”.

Umat Sedharma yang berbahagia,
Perjalanan waktu menunjukan bahwa umur alam semesta lebih panjang dari pada umur manusia. Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan keinginan dan kebutuhan yang tidak selamanya selalu beriringan dan bahkan sering mendahulukan keinginan. Terkait bahwa manusia sebagai makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan mempunyai hubungan interkasi dengan Sang Pencipta (homo religius). Secara hakikat bahwa manusia mempunyai keunggulan dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain karena dilengkapi dengan pikiran (akal budi). Perbedaan keunggulan inilah yang menyebabkan manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi. Keberadaan pikiran inilah yang juga manusia dapat untuk membedakan antara baik dan buruk yang kemudian dapat menentukan keputusannya dalam kehidupan ini. Manusia dengan segala kelengkapannya ini tidak hanya dapat dilihat secara keunggulannya dan kemudian melupakan hakekat yang sesungguhnya tentang manusia.

 Pembahasan tentang keunggulan manusia ini baik dalam  dunia rohani dan pengetahuan banyak dibahas dan membutuhkan pemikiran yang mendalam tentang hakekat manusia ini. Manusia secara fisik dengan kelengkapan segala anatomi tubuhnya jauh di atas dari segala peralatan canggih yang ada sekarang ini. Manusia kemudian hidup dan berkembang dalam kehidupan ini dengan selalu melakukan komunikasi dengan sesamanya (homo sosius). Kehidupan manusia dengan akal budinya mampu untuk mengubah dunia dengan daya kreasi yang dimilikinya. Kreatifitas manusia mampu untuk membuat rumah dengan aneka jenis model, membuat alat transportasi, membuat aneka masakan, aneka pakaian dan kreatifitas yang lainnya. Hal lain juga terjadi pada binatang, dia dapat membuat rumah akan tetapi jenis dan model rumah yang ada dari jaman dahulu sampai sekarang masih tetap sama, dengan pintu, jendela dan bahkan atapnya.
Berjalan pada uraian ini menunjukan bahwa banyak keunggulan manusia yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan sepenuhnya. Keberadaan manusia yang dijelaskan dalam  kitab Sarasamuccaya sloka 2 sebagai makhluk yang istimewa karena dapat menolong dirinya sendiri dan makhluk lainnya dengan jalan perbuatan yang baik. Namun dibalik keunggulan ini kebanyakan manusia tidak menyadari keunggulan yang dimiliki manusia secara pribadi. Hal-hal yang dapat kita lihat saat ini adalah banyak permusuhan intern umat Hindu lantaran perbedaan pandangan dan cara berpikir yang berbeda. Kurang persatuan umat Hindu yang ada karena lebih mengutamakan kepentingan golongan dan pribadinya. Kesadaran umat Hindu untuk meningkatkan kualitasnya melalui pendidikan, adanya manajemen ekonomi umat untuk meningkatkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ekonomi umat. Permasalahan ini bermula pada keinginan umat Hindu untuk meningkatkan kualitas diri.
Berdasarkan permasalahan ini maka, ada  beberapa hal yang akan disampaikan yaitu :
1.       Bagaimanakah keunggulan manusia menurut Hindu ?
2.       Bagaimanakah upaya mengembangkan kualitas sumber daya manusia Hindu dalam menghadapi perkembangan jaman ?  


A.    Pembahasan
1)      Keunggulan manusia menurut Hindu
Manusia secara harfiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi. Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;

Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.
           
Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. 

 Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jika arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma (kebajikan yang utama), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta.
Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.

2)      Upaya mengembangkan kualitas sumber daya manusia Hindu dalam menghadapi perkembangan jaman
Orang tua kita di rumah. Orang tua adalah orang yang harus berperan menanamkan nilai-nilai yang pertama dan utama sejak anak baru dilahirkan hingga dia menjadi dewasa. Orang tua hendaknya jangan melempar seluruhnya tanggung jawabnya kepada guru di sekolah. Karena nilai-nilai yang ditanamkan di rumah menjadi bekal untuk dibawa keluar rumah dalam berinteraksi dengan orang lain di masyarakat. Bagaimana berhadapan dengan orang yang lebih tua, bagaiman sopan santun, bagaimana bertutur kata yang benar dan baik. Kini dapat dirasakan nilai-nilai seperti ini jarang sekali menjadi perhatian orang tua terutama di kota besar, karena orang tua masing-masing terpenjara karena mengejar material untuk kebutuhan hidup.
Dalam hal ini diperlukan mendisain ulang pengelolaan waktunya untuk si anak. Anak membutuhkan perhatian dan petunjuk dari orang tua yang mana boleh dan tidak boleh. Yang mana yang benar dan tidak benar…. Juga sangat diperlukan nasehat-nasehat, pitutur dan pengertian-pengertian yang minim sekali diperolehnya dari guru lain selain guru rupaka. Peran Guru rupaka/orang tua di rumah seingat penulis saat masih kecil sering dilakukan dengan metode dongeng, cerita-cerita yang mengandung petuah dan nilai-nilai luhur sehingga cenderung diminati oleh seorang anak yang belum dewasa, yang mana metode dongeng ini jarang sekali dipraktekan oleh orang tua sekarang ini. Melalui cerita, anak mendapatkan nilai-nilai kebenaran, pengetahuan dan perbendaharan kata, contoh-contoh kebajikan (Dharma) yang harus dijunjung tinggi, nilai kejujuran, toleransi, kerjasama, tolong menolong dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, seorang ibu sebagai pengasuh dan pendidik anak harusah mengajari anak tersebut dengan budi pekerti yang sehat dan moral yang tinggi, karena pendidikan yang harmonis adalah pendidikan yang meliputi kecerdasan akal, pikiran dan mental spiritual. Pendidikan inilah dimulai ketika bayi masih dalam kandungan ibunya sudah mengalami pendidikan yaitu pendidikan prenatal. Oleh karena itu, seorang ibu dalam saat itu haruslah berhati-hati dalam segala pikiran, ucapan dan tindakan Dalam hal ini Napoleon Bonaparte mengatakan “Pengetahuan dan budi pekerti yang luhur yang dimiliki oleh seorang ibu merupakan jembatan emas yang akan dilalui oleh anak-anaknya menuju pantai kebahagiaan”. Dalam hal inilah seorang ibu mempunyai tugas yang berat dalam mendidik anak-anaknya agar dikemudian hari anak tersebut menuai kesuksesan.
Oleh karena itulah, seorang anak harus menghormati jasa orangtua, karena  merekalah yang selalu membimbing, mengarahkan dan  memberikan motivasi. Dalam hal kasih sayang ini hati seorang ibu lebih lembut dan mengerti tentang perasaan anaknya, sehingga ada ungkapan bahwa “Sorga ada ditelapak kaki Ibu”. Ungkapan ini bukan hal yang tanpa makna, tetapi jauh dari itu menyimpan makna yang sangat dalam, karena sang Ibu inilah yang berani mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan anakanya bahwa beban tanggungjawab itu melebihi berat bumi.  Karena kita sebagai anak mempunyai hutang badan, jasa dan hidup.
Guru di sekolahhendaknya jangan hanya mengajar tetapi juga mendidik seperti mengarahkan anak didik untuk bisa bersopan santun dalam bertindak dan menghadapi orang lain di masyarakat, memberi contoh perilaku yang baik. Tugas guru memang mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi harus dihindari pembelajaran yang hanya sekedar tahu konsep tetapi dapat memanfaatkan konsep tersebut untuk hidup di masyarakat. Demikian juga evaluasi terhadap padatnya kurikulum dan cara penilaian yang cenderung didominasi oleh pengetahuan kognitif yang harus dikejar dan dihabiskan dalam proses pembelajaran karena akan diujikan melalui alat uji yang juga cenderung di dominasi oleh penilaian terhadap aspekkognitif perlu di kaji kembali, agar tersedia waktu yang lebih untuk mempraktekkan serta menginternalisasi konsep dan tata nilai yang dipelajari menjadi kompetensi pribadi yang utuh dalam diri anak didik. Tidak terkesan mengejar materi agar habis tetapi nyatanya anak tidak memiliki kompetensi apapun. Sehingga timbulah kemampuan-kemampuan semu dimana anak hanya bisa saat akan di tes atau ujian tetapi setelahnya tidak mampu apa-apa. 

 Pemerintah adalah termasuk salah satu dari catur guru, hendaknya perilaku, perkataannya dan pemikirannya menjadi contoh bagi rakyat. Hendaknya tidak melakukan tidakkan tidak terpuji seperti korupsi, bohong, membodohi, janji-janji yang muluk, tetapi sebaliknya harus mengarahkan masyarakat atau rakyat ke hal – hal yang positif. Janganlah berebut kekuasaan hanya untuk kepentingan pribadi. Guru wisesa harus mengutamakan kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi jika ingin berhasil menjadi guru wisesa. Ingatlah guru akan ditiru muridnya, pemerintah akan ditiru rakyatnya, rakyat meniru melanggar manakalah pemerintah sebagai guru wisesa tidak konsisten dan juga melanggar sumpah dan janjinya dalam menjalankan roda pemerintahan. Dalam ajaran kepemimpinan yang lain disebutkan pula mengenai ajaran  Panca Stithi Dharmaning Prabu yaitu : “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, Nglurug Tanpa Bala dan Sakti Tanpa Aji”. Kelimanya  merupakan ciri-ciri spesifik kepemimpinan di Indonesia yang membedakan secara khusus dengan ciri-ciri kepemimpinan di negara dan bangsa manapun. Masing-masing mengandung makna simbolis sebagai produk kebesaran jiwa nenek moyang para pendahulu. Guru wisesa/pemerintah harus ingat bahwa dirinya adalah guru, yang memiliki tanggung jawab yang besar di depan menjadi teladan, ditengah memberikan motivasi dan dibelakang harus mampu mendorong dan menggerakan rakyat untuk melakukan tindakan positif, dapat menyelesaikan masalah tanpa harus berperang serta dapat berdiplomasi. Pemerintah juga tidak boleh diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tetapi harus adil dalam memberikan perlindungan terhadap rakyat sebagai anak didiknya dalam segala bidang baik bidang pendidikan, ekonomi, agama, pelayanan, kesehatan dan lainnya. Pemerintah mendidik masyarakat melalui aturan-aturan kebijakan maupun penghargaan-penghargaan untuk memberikan motivasi serta hukuman-hukuman agar hal yang dilarang tidak dilakukan. Hukuman hendaknya yang mendidik demikian juga penghargaan yang diberikan juga mendidik. Arahan-arahan kepada masyarakat juga digunakan melalui pidato, diskusi, konferensi pers hendaknya digunakan untuk yang positif dan kepentingan anak didik/masyarakat dan bukan untuk pribadi. Kita sampaikan bahwa umat Hindu akan mematuhi segala peraturan pemerintah selama pemerintah melaksanakan Undang-Undang.

B.     Penutup
Berangkat dari uraian pesan dharma wacana ini bahwa manusia dalam Hindu mempunyai kedudukan yang istimewa karena dilengkapi dengan pikiran untuk dapat membedakan antara baik dan yang buruk. Upaya pemahaman inilah yang dikembangkan dalam bentuk pembiasaan yang dilakukan oleh keluarga dengan hal yang positif mulai dari bersembahyang bersama, memberikan dana punia dan penanaman nilai kebiasaan yang baik dalam keluarga. Kemudian di sekolah diberikan penanaman nilai luhur yang ada dalam kehidupan seperti guru memberikan pembiasaan tentang karakter yang baik serta nilai-nilai luhur yang ditanamkan disekolah. Hal yang sama juga dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat tentang penanaman nilai tentang rasa kepedulian saling menghormati. Bentuk nyata yang dilakukan dalam hal inilah yang terkadang kita seraing terabaikan yang kemudian menghasilkan generasi yang rapuh.  Akan tetapi dengan melaksanakan tentang penanaman nilai moral yang baik dalam lingkup sekolah, keluarga dan masyarakat akan menjadikan indvidu yang mampu untuk menghadapi tantangan jaman yang tidak hanya mampu mengangkat derajat dirinya namun dapat mengangkat derajat bangsa dan negaranya.


Ajakan :
Mulai saat ini kita harus belajar dari sinar matahari yang selalu menerangi jagadraya dan memberikan energi untuk semua makhluk. Sinar surya selalu memberikan sinar kehidupannya tanpa memandang makhluk, hal ini sama juga kita terapkan kehidupan ini untuk mnejadikan diri kita berkualitas dan mengajarkannya kepada setiap insan untuk terhindar dari ketidaktahuan.

Demikianlah pesan dharma ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om.

TUGAS KELAS X SEMESTER I:
1. TUGAS TIDAK IKUT UAS
2. PERSIAPAN UJIAN PRAKTIK SEMESTER 2




                                                                                                                     Jakarta,    Oktober 2018 
                     Penulis

Daftar Referensi :

Bhaktivedanta, A.C. (1972). Bhagavad-gita As-It-Is. Singapore: Bhaktivedanta Book Trust.
Mustika, Made. (2002). Disfungsi pendidikan Hindu. Majalah Hindu Raditya. No 61 Agustus 2002.
Oka, Gedong. (1992). Menyelaraskan pola pendidikan tradisional Hindu dengan dinamika pembangunan. Surabaya : Team Pembina Kerohanian Hindu ITS
Poerbatjaraka, RMNg. 1983. Nitisastra Kakawin. Denpasar, Bali: Pemerintah Daerah           Tingkat I Bali.
Puja G, Sudharta Tjokordha Rai.2005. Manavadharmasastra (Veda Smerti). Surabaya: Penerbit Paramita.  

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Insan Unggul"

Post a Comment