Manusia dan Alam



BERKACA PADA ALAM

Oleh:
Untung Suhardi


M
anusia dalam perkembangannya memulai dari rasa keingintahuannya pada alam sekitarnya. Rasa penasaran akan hakekat alam menjadi bagian yang selalu mendorong untuk  menjadi diri pribadi yang lebih baik dan peduli dengan alam sekitarnya. Manusia dalam pandangan filsafat Yunani sebagian homo socius yang selalu mengusung bahwa dirinya dan alam adalah satu. Hal ini juga yang menjadikan bahwa alam dan manusia adalah tubuh yang tidak pernah terlepas dan bahkan saling melengkapinya (Anwar, 2001: 9). Keadaan inila yang menjadikan bahwa manusia pada era tradisional selalu menganggap alam adalah Tuhan karena telah memberikan kebutuhan yang ada di dunia ini baik oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan (Mas, 2013: 12). Pemahaman ini jelas menunjukan bahwa manusia selalu bergantung dengan alam dan alam pun bergantung dengan manusia. Dinamika keadaan ini diandaikan seperti Hutan dan Harimau (Darmayasa, 2001: 45), jika hutan ditebang maka  Harimaupun tidak ada tempat tinggal, dan jika Harimau di tangkap maka hutan tidak ada yang menjaganya.

Kontestasi dan pembaharuan pemikiran manusia tidak selamanya berfokus pada kepentingan manusia dan alam itu sendiri lantaran dorongan ego dan pemenuhan keinginan (Putri, 2013: 23). Akibat dari semuanya ini adalah manusia hanya menjadikan alam sebagai budaknya dan pemenuhan akan kepentingan diri, akan tetapi imbal balik untuk alam tidak ada, sehingga alam rusak dan menjadi malapetaka bagi manusia dan ekosistem alam tersebut. Melihat fenomena yang terjadi saat ini bahwa alam sebenarnya sudah menunjukan kesabaran yang sangat luar biasa bagaikan ibu pertiwi yang menyangga kehidupan di bumi (Donder, 2011: 150). Munculnya bencana yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa manusia harus selalu berkaca dan bersahabat dengan alam. Hal ini harus dilakukan karena manusia pada dasarnya adalah bagian dari alam, kita ada dan akan kembali kepada alam (Pandit, 2006: 127). Oleh karena itulah, sudah saatnya bahwa manusia tidak hanya mengambil kekayaan alam hanya untuk kesenangan dirinya akan tetapi kita harus melestarikan alam sebagai bagian dari manusia itu sendiri.

Ajaran leluhur sudah memberikan petuah kepada para penerusnya bahwa manusia harus berupaya untuk menyeimbangkan secara vertical dan horizontal. Alam adalah cerminan manusia ketika alam rusak pada dapat dipastikan manusia tinggal menunggu kehancurannya. Para penutur kebijaksanaan memberikan pemahaman kepada kita sebagai generasi yang hidup di era postmodern saat ini seyogyanya memberikan kontribusi yang nyata untuk merawat dan menjaga alam selayaknya menjadi diri kita sendiri (Suhardi, 2014: 9). Hal ini dikarenakan manusia, alam, dan Tuhan sebagai bagian yang tidak pernah terpisahkan untuk selalu berupaya dalam menjaga eksistensi alam. Kehidupan manusia yang saat ini banyak diracuni oleh kebutuhan pribadi akan kemewahan, kesenangan dan bahkan menggunakan segala cara untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran (Wiana, 2007: 58). Hal ini yang berujung pada sikap manusia yang tidak pernah puas atas segala yang sudah didapatkan. Berdasarkan pada keadaan ini seharusnya manusia harus menyadari  bahwa yang menjadi keabadiannya adalah peninggalan yang dapat dimanfaatkan untuk penerus dan keturunannya agar dapat hidup pada masa yang akan datang dengan lebih baik lagi. Hal ini karena manusia ada dan hidup adalah untuk melayani manusia lain, dan seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini.

Jakarta, 8 Maret 2020

Daftar Bacaan
Anwar, S. (2001). FILSAFAT ILMU AL-GAZALI: Analisis Tentang Dimensi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Era Peripatetik. Yogyakarta.
Darmayasa, I. M. (2001). Nitisastra. Denpasar: Manikgeni.
Donder, I. K. dan I. K. W. (2011). Teologi Sosial Persoalan Agama dan Kemanusiaan (I). Surabaya: Paramita.
Mas, A. A. R. (2013). Upaya Mengeliminasi Kehidupan Dehumanisasi Manusia Menuju Kehidupan bahagia Paripurna Di Era Globalisasi (Pendekatan Filsafat Manusia Dalam Ajaran Hindu). Denpasar.
Pandit, B. (2006). Pemikiran Hindu (Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu Dan Filsafat). (I. D. Paramita, Ed.) (I). Surabaya: Paramita.
Putri, L. S. (2013). Dimensi Ontologis Relasi Manusia dan Alam (suatu pendekatan fenomenologis lingkungan terhadap problem disekuilibrium) (I). Depok: UI Press.
Suhardi, U. (2014). Tujuan Kehidupan Manusia: Tinjauan Filsafat Kebahagiaan Menurut Epikuros Dan Catur Purusartha. PASUPATI Jurnal Ilmiah Kajian Hindu Dan Humaniora, 5(6).
Wiana, K. (2007). Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya: Paramita.







Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Manusia dan Alam"

Post a Comment