PENGORBANAN DAN KETULUSAN
Oleh:
Untung Suhardi
Permasalahan yang muncul dalam diri manusia selalu
membawa dampak dan perubahan baik dirinya dan lingkungannya. Manusia secara
kodrati adalah makhluk yang tidak pernah puas dengan segala yang didapatkannya,
dia akan terus merasa kurang dan kurang. Dalam langkah dan gerak yang
dilakukannya membawa perubahan yang berdampak pada diri sendiri dan
lingkungannya. Dampak yang positif akan sangat diharapkan oleh lingkungan
dimana berada dan hal yang paling mengerikan adalah ketika dampak yang di bahwa
adalah negative yang membawa kerusakan pada sekitarnya. Selain dampak yang negative
dan yang positif inilah manusia selalu menginginkan adanya keuntungan yang
sangat cepat dan rasa keinginan yang selalu terpenuhinya. Perjalanan yang
dilakukan oleh manusia yang ada di dunia
ini adalah bagian yang selalu beririsan dengan kepentingan individu, lingkungan
dan aspek dirinya sebagai warga Negara (Ibrahim, 2010, p. 9). Hal inilah yang menjadikan bahwa manusia sebagai bagian yang selalu mengusahakan bahwa
keinginan dan kebutuhan menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan untuk
kepentingan diri dan lingkungan.
Pemikiran Goffman menunjukan bahwa manusia selalu
dihadapkan pada panggung depan dan panggung belakang dalam memerankan dirinya
pada kehidupan (Mulyana, 2010, p. 123). Hal ini dimaksudkan bahwa manusia mempunyai sisi depan sebagai sesuatu
yang nampak dan sisi belakang sebagai
bagian dari kepribadian yang tidak pernah kelihatan oleh khalayak umum. Manusia
nampak dari khalayak umum ketika dalam kehidupanya selalu terlihat orang dan
serangkaian interaksi dalam kehidupannya. Namun ketika berbicara tentang sisi
belakang adalah ketika manusia terkadang mempunyai sisi yang tidak pernah orang
lihat atau dibayangkan oleh orang lain. Hal ini ketika dia menolong orang lain
bahwa yang dia lakukan adalah hanya untuk kepentingan orang banyak dan
kewajiban untuk menolong tampa mengharapkan pamrih (Prabhupada, 2006). Orang seperti ini tidak pernah berpikir keuntungan apa yang didapatkan
ketika menolong orang lain karena bagi dirinya adalah menolong orang yang membutuhkan adalah kewajiban
sebagai manusia secara social dan tanggungjawabnya secara luas dalam kehidupan.
Tutut hadir
dalam membangun keseimbangan diri dan lingkungan adalah motif orang yang
sudah mengembangkan kewajiban tanpa
pamrih. Sisi depan dan sisi belakang manusia dalam kehidupan ini berbeda sesuai
dengan latar belakang social, pendidikan, keadaan ekonomi dan pergaulannya. Oleh
karena itulah sisi terbaik manusia adalah dapat menjadikan dirinya tulus dalam
setiap hal yang dilakukannya karena kehidupan ini adalah ladang untuk menolong berbagi
dan ikut perperan aktif dalam keseimbangan alam itu sendiri (Wiana, 2007). Hal terkecil seseorang yang dilakukan dalam kehidupan ini untuk alam
adalah bagian dari pengorbanan dalam kehidupannya. Jika kita tidak mempunyai
harta berikanlah sumbangan pemikiran dan tenaga untuk kehidupan, jika tidak
mampu memberikan berupa harta, tenaga, dan pikiran minimal tidak merugikan diri
sendiri, lingkungan dan masyarakat luas.
Nilai pengorbanan tidak terpaku pada wujud yang mahal
dan mewah, akan tetapi pada ketulusan seseorang untuk melakukan semuanya dan
menjadikan diri kita sebagai bagian dari kehidupan yang harus berbagi dengan
alam dan lingkungan karena begitu banyak kenikmatan yang telah kita rasakan
selama ini dari alam. Hal inilah yang menjadi titiktolak bahwa manusia dan alam
mempunyai kesamaan jiwa universal yang ada dalam kehidupan ini yaitu jiwa
yang mahakuasa (Radhakrisnan, 1953). Pergerakan kiat baik itu nafas, gerak, ucapan, tingkahlaku, buah
pikiran bersumber dari kekuatan yang utama
yaitu kekuatan illahi. Kekuatan inilah yang ada kalanya kita harus
merefleksikannya dalam keheningan untuk menyadari bahwa kekuatan alam itu ada
dan dikendalikan oleh kekuatan yang maha dahsyat dan suatu saat nanti kita akan kembali kepada-Nya.
Daftar Bacaan
Ibrahim. (2010). Agama, Negara dan Ruang Publik Menurut Habermas. Jurnal
Badati, II(3), 1–10.
Mulyana, D. (2010). Komunikasi Antar Budaya (I).
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Prabhupada, S. S. A. B. S. (2006). Bhagavadgita Menurut
Aslinya. Jakarta: The Bhakti Vedanta Book Trust.
Radhakrisnan. (1953). The Principal Upanisad (I).
London: George Allen & Unwin LTD Ruskin House.
Wiana, K. (2007). Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu.
Surabaya: Paramita.
0 Response to "Kemanunggalan Manusia dan Jiwa Semesta"
Post a Comment