2013
|
|
Oleh:
Untung Suhardi
Dipersembahkan kepada :
I K Suwetha
Pinandita
|
Surya sevana
|
Pemujaan Kepada Brahman Dalam Manifestasi Sebagai Wujud
Penghormatan Kepada Alam Semesta
|
Surya Sewana, Memuja Tuhan, Menghormati Alam
Om Radityasya Paramjyotih, Rakta Teja Namo
Stute,
Sweta Pangkaja Madyaste, Baskara ya Namo Stute,
Demikian lantunan bait mantra yang sering berkumandang tatkala sang Sulinggih/Pendeta melakukan pemujaan pada pagi hari menjelang matahari terbit.Salah satu rutinitas pokok dari "pedande" atau pendeta Hindu khususnya di Bali adalah "Nyurya Sewana", yakni melakukan pemujaan dengan mengagungkan nama suci Tuhan dalam menyambut matahari terbit.
Kehidupan ritual dan spiritual di Bali amat sarat dengan makna dan simbol. Dimana semuanya itu adalah bertujuan HANYA satu. Yakni, sradha bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi. Hindu di Bali memiliki perbedaan implementatid dengan pelaksaan Hindu di tempat lain(khususnya di India). Hindu Bali dijalankan dengan mennyerap nilai-nilai budaya lokal(local genius) yang berkembang di Bali. Sebelum pengaruh Hindu(Weda) berkembang dan masuk, Di Bali sudah ada kepercayaan kuno yang sering disebut animisme(percaya dengan adanya benda, hal gaib), dsbya. Ini dibuktikan dengan adanya penemuan benda-benda prasejarah seperti Nekara perunggu di daerah Pejeng, dan bahkan baru-baru ini, di daerah Buleleng, Bali utara, ditemukan sarkopagus yang diperkirakan berumur ribuan tahun.
Berangkat dari hal diatas, maka perbedaan tatalaksana ritual kehidupan agama Hindu baik di Bali ataupun ditempat lain, bukanlah menjadi penghalang bagi umat untuk menuju-NYa. Bahkan dalam Bagavadgita disebutkan, "Dengan jalan apapun kau(umat) menuju kerah-Ku, aku(Tuhan) terima". Hindu sangat fleksible dengan perbedaan dan sangat universal. Hindu tidak mengenal penyeragaman, yang cenderung akan mematikan kreatifitas cipta, rasa dan karsa umatnya.
Terkait dengan judul diatas, Ritual Surya Sewana, dilakukan oleh para Dwijati(orang yang lahir dua kali;pertama lahir dari rahim seorang Ibu, kedua lahir dari rahim ajaran kitab suci Weda), semata-mata dilakukan demi kerahayuan jagat/baik alam mikro maupun alam semesta. Sangat mulia tugas para sulinggih ini. Tiap pagi mereka mendoakan alam semesta beserta isinya agar senatiasa damai, sentosa. Diyakini, doa-doa yang berkumandang setiap hari di Bali, mampu memberikan vibrasi/getaran positif bagi alam Bali. Seorang teman saya, yang berasal dari Jawa(agama lain),kebetulan memiliki daya linuwih menuturkan bahwa, saat perjalanannya dari jawa ke Bali, ada sebuah perbedaan yang sangat significant. Saat dia masih di daratan jawa mengendarai mobil menuju Bali, secara gaib ia melihat mahluk-mahluk gaib(roh gentayangan, dedemit, dsb), berseliweran dengan tidak ramah, ada yang dibawah jembatan, sering menganggu manusia yang lewat, dan mereka beringas. Nah sedangkan pada saat dia mulai memasuki wilayah Bali, begitu masuk daerah Gilimanuk, ada aura lain, mahluk-mahluk gaib memang banyak katanya, namun mereka sangat santun, ramah, dan anteng. Apa penyebabnya? Saya jawab, karena di Bali setiap saat kita melakukan persembahan sesaji, dan doa-doa di tempat-tempat suci/disucikan. Itukan menyembah mahluk gaib bukan Tuhan?? Nah itu pemahaman yang salah. Orang Bali melakukan ritual mebanten, memberi sesaji, dan lain-lain, secara universal memang ditujukan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa, namun di beberapa tempat tertentu ditujukan kepada alam lain, sebagai bentuk penghormatan. Bahwa kita(manusia) menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan alam tidak nyata, jadi kita harus saling menghormati.
Sweta Pangkaja Madyaste, Baskara ya Namo Stute,
Demikian lantunan bait mantra yang sering berkumandang tatkala sang Sulinggih/Pendeta melakukan pemujaan pada pagi hari menjelang matahari terbit.Salah satu rutinitas pokok dari "pedande" atau pendeta Hindu khususnya di Bali adalah "Nyurya Sewana", yakni melakukan pemujaan dengan mengagungkan nama suci Tuhan dalam menyambut matahari terbit.
Kehidupan ritual dan spiritual di Bali amat sarat dengan makna dan simbol. Dimana semuanya itu adalah bertujuan HANYA satu. Yakni, sradha bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi. Hindu di Bali memiliki perbedaan implementatid dengan pelaksaan Hindu di tempat lain(khususnya di India). Hindu Bali dijalankan dengan mennyerap nilai-nilai budaya lokal(local genius) yang berkembang di Bali. Sebelum pengaruh Hindu(Weda) berkembang dan masuk, Di Bali sudah ada kepercayaan kuno yang sering disebut animisme(percaya dengan adanya benda, hal gaib), dsbya. Ini dibuktikan dengan adanya penemuan benda-benda prasejarah seperti Nekara perunggu di daerah Pejeng, dan bahkan baru-baru ini, di daerah Buleleng, Bali utara, ditemukan sarkopagus yang diperkirakan berumur ribuan tahun.
Berangkat dari hal diatas, maka perbedaan tatalaksana ritual kehidupan agama Hindu baik di Bali ataupun ditempat lain, bukanlah menjadi penghalang bagi umat untuk menuju-NYa. Bahkan dalam Bagavadgita disebutkan, "Dengan jalan apapun kau(umat) menuju kerah-Ku, aku(Tuhan) terima". Hindu sangat fleksible dengan perbedaan dan sangat universal. Hindu tidak mengenal penyeragaman, yang cenderung akan mematikan kreatifitas cipta, rasa dan karsa umatnya.
Terkait dengan judul diatas, Ritual Surya Sewana, dilakukan oleh para Dwijati(orang yang lahir dua kali;pertama lahir dari rahim seorang Ibu, kedua lahir dari rahim ajaran kitab suci Weda), semata-mata dilakukan demi kerahayuan jagat/baik alam mikro maupun alam semesta. Sangat mulia tugas para sulinggih ini. Tiap pagi mereka mendoakan alam semesta beserta isinya agar senatiasa damai, sentosa. Diyakini, doa-doa yang berkumandang setiap hari di Bali, mampu memberikan vibrasi/getaran positif bagi alam Bali. Seorang teman saya, yang berasal dari Jawa(agama lain),kebetulan memiliki daya linuwih menuturkan bahwa, saat perjalanannya dari jawa ke Bali, ada sebuah perbedaan yang sangat significant. Saat dia masih di daratan jawa mengendarai mobil menuju Bali, secara gaib ia melihat mahluk-mahluk gaib(roh gentayangan, dedemit, dsb), berseliweran dengan tidak ramah, ada yang dibawah jembatan, sering menganggu manusia yang lewat, dan mereka beringas. Nah sedangkan pada saat dia mulai memasuki wilayah Bali, begitu masuk daerah Gilimanuk, ada aura lain, mahluk-mahluk gaib memang banyak katanya, namun mereka sangat santun, ramah, dan anteng. Apa penyebabnya? Saya jawab, karena di Bali setiap saat kita melakukan persembahan sesaji, dan doa-doa di tempat-tempat suci/disucikan. Itukan menyembah mahluk gaib bukan Tuhan?? Nah itu pemahaman yang salah. Orang Bali melakukan ritual mebanten, memberi sesaji, dan lain-lain, secara universal memang ditujukan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa, namun di beberapa tempat tertentu ditujukan kepada alam lain, sebagai bentuk penghormatan. Bahwa kita(manusia) menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan alam tidak nyata, jadi kita harus saling menghormati.
1. Kegiatan Pendahuluan, Tata Lungguh :
a. Pembersihan diri ( Sikap tangan dewa pratistha).
1) Duduk bersila : Om Padmasana ya namah swaha.
2) Mencuci tangan : Om Hrah Phat Astra ya namah swaha.
3) Berkumur : Om Hrah Um Phat Astra ya namah swaha.
4) Pranayama : Om Ang namah (menarik nafas/puraka)
Om Ung namah (Menahan nafas/kumbaka)
Om Mang Namah (Mengeluarkan nafas/recaka)
Atma Tattwatma sudhaman swaha
Om Ksama sampurna ya namah swaha
5) Ngastiti mantra : Om SA BA TA A I NA MA SI WA YA
AM UM MAM
6) Mantra sarira : Om Prasada sthiti sarira siwa suci nirmala
ya namah swaha.
7) Penyucian angga sarira.
Om Siwa Sadasiwa Paramasiwa ring bayu, Sabda, idep suddha nirmala yan namah
8) Peketis/pengening kayun :
Om Siddhi rastu ya namah swaha
Om sah sapariyoga ya namah swaha.
b. Persiapan-pesiapan nunas tirtha pembersihan dan penglukatan.
1) Kembang
Mantra : Om puspa danta Ya namah swaha
2) Dupa
Mantra : Om Ang Dupa Astra ya namah
3). Nunas penugrahan ring Bhatara Siwa ( pakai kembang putih
dengan sikap tangan dewapratistha ).
Mantra :
Om Ang Ung Mang Siwa Sadasiwa Paramasiwa ring bayu sabda idep suddhanta nirwignam ya namah. Om Siddhi swaha ya namah.
Idep Dewa Siwa malingga ring baunta tengen, Dewa Sadasiwa malingga ring baunta kiwa, Dewa Paramasiwa malingga ring siwadwaranta, pada nyuksma ring raga sariranta kabeh, tunggal sira apupui kabeh, amungguh ring tungtunging papusuh.(sekar sumpangang ring lelata mwah ubun ubun, miwah ungkur destar)
4).Nunas penugrahan ring Bhatara Hyang Guru ( pakai kalpika dengan sikap tangan dewapratistha )
Mantra :
Pakulun Sanghyang Guru Reka Tanaya, Sanghyang Kawiswara, Sanghyang Saraswati suksma, Ginalina sung nugraha, solah hulun ing kawenang lampah tanwigna paripurna ya namah swaha. Om Ang Ung Mang. (Kalpina seletang ring ungkur destar)
5). Nunas penugrahan ring Bhatara Tiga Sakti ( pakai kalpika dengan sikap tangan dewapratistha )
Mantra :
Pakulun Paduka Bhatara Durga, paduka Bhatara Guru, paduka Bhatara Brahma, anyusup ring adnyaning hening, Bhatara Durga malingga ring bongkol lidah hulun, Bhatara Guru malingga ring madyaning lidah hulun Bhatara Brahma malingga ring pucuking lidah hulun. Om Tri Lingga jumeneng Haneng. Om Ang Ung, Ang Ung, Ang Ung, Ang Ah. (Kalpika seletang ring hulu hati)
c.. Astiti akena Sanghyang Ongkara Mantra
1) Utpeti
Mantra: Om I, Ba, Sa, Ta, A, Om Ya, Na, ma, Si, Wa, Om Mang Ung Ang
2) Satiti Mantra:
Om Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya.
Ong Ang Ung Mang
3) Mantra mawisesa maka pangraksa jiwanta.
Om Om Ang Ang Ghorieng bhio ya namah
Om Mang Namah
Om Siwa sradha ya namah swaha.
4) Ambil kembang kemudian glarane astra mantra.
Asepi sekar ring dupa.
Om Puspa dantha ya namah swaha
Astra mantra :
Om Atma tattwatma sudhamam swaha
Om Om Ksama sampurna ya namah swaha
Om Sri Pasupati Ung Phat
Om Sriyambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnambawantu ya namah.
5) Ambil kembang untuk penyucian tangan (Karo Sodhana )
Ong Kara sodhamam swaha
Ong Kara hati sodhamam swaha
6) Kemudian tangan dianggat diatas ubun-ubun (Siwa dwara ) sikap tangan menyembah.
Ong Hrang Hring sah parama siwa raditye ya namah.
d. Arcana Dewa ring Sanggar (Menstanakan Sanghyang Widhi Wasa)
1) Astra mantra :
Om Hrah Phat astra ya nama swaha
Om Atma Tattwatma sudhamam swaha
Om Om Ksama sampurna ya namah swaha
Om Sri Pasupataya Ung Phat
Om Sriyam bhawantu, Sukham bhawantu, Purnam bhawantu.
2) Apadeku :
Om Anantasana ya namah
Om Padmasana ya namah
Om Om Dewa Prathista ya namah
Om Hrang Hring sah parama siwa aditya ya namah.
3) Utpati :
Om I, Ba, Sa, Ta, A, Om Ya, Na, Ma, Si, Wa
Om Mang, Ang Ung.
4) Sthiti :
Om Sa, Ba, Ta, A, I, Om Na, Ma, Si, Wa, Ya
Om Ang Ung Mang
5) Astiti Bhatara di Sanggar.
Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang
Om Ang Ung Mang namah swaha
Om Mang Ung Ang
Om Sri Guru bhio namah
6) Menyembah bhatara di Sanggar.
Om Adityasia paramjyotih
Rakta teja namustute
Siwageni teja mayanca
Siwa Dewa wisiantakam
Om Padma lingganca pratista
Hastadewa prakirtitam
Siwagraha sangyuktam
Ganaksaram sada siwam
Om Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya
Ang Ung Mang
7) Dilanjutkan puja pranamia pada bhatara.
Om Pranamia sang linggam
Dewa linggam maheswara
Sarwa dewati dewanam
Tasme linggaya we namah
8) Menghaturkan asep pada bhatara.
Om Ang Bhrama sandhya namo namah
Om Ung Wisnu sandhya namo namah
Om Mang Iswara sandhya namo namah.
e. Nunas Tirtha pebersihan.
1) Membersihkan sangku/tempat tirtha, dengan terlebih dahulu asepi pada dupa.
Om Ghring wosat ksama karanaya namah swaha.
2) Sangku/tempat tirtha kemudian diangkat sampai diatas ubun-ubun.
Om Hrang Hring sah paramasiwa gangga amrta ya namah swaha.
( tempat Thirta diturunkan ditaruh di pasuwagan )
3) Kemudian melakukan pranayama.
Om Ang namah - Recaka (ngasukakena prana)
Om Ung namah - Kumbaka (pegeng pranata sakawasanta,
anungkalaken Ring Bhatara)
Om Mang namah-Puraka (wetwang pranata)
4) Ambil kembang ucapkan puja mantra :
Om Siwa amrta ya namah, Sadasiwa amrta ya namah, Paramasiwa amrta ya namah (kembang kemudian dimasukkan kedalam sangku)
5) Pasupati Sanghyang Tirtha maka uriping amertha, uriping bayu, mantra :
Om Wisnu dewam Wisnu mantra, Wisnu kretam Wisnu sidhi, Siwa Doyam, Siwa doham, Siwa kretam, Siwa sidhi ya namah swaha.
6. Ambil sirat, ucapkan mantram :
Om Hrung kawaca ya namah swaha.
7) Bila menggunakan Genta, ambil Genta kemudian perciki tirtha, asepi dupa, selanjutnya puja pangastawa Genta, mantra :
Om Kara sadasiwa stham, jagatnatha hitangkarah, abiwada wada niyam Ganta sabda prakasiate.
Om Ganta sabda maha sretam, ongkaram parikirtitam chandra nada windu nadakam, spulingga siwa tatwamca.
Om Gantayur pujyate dewa abawa bawa karmesu, warada labda sandeyah waram sidhi nirsangsayam
(setelah puja pangastawa palit Genta dipentil 3 kali, dengan mantra : Om,Om, Om.Ang Kang kasolkaya ya namah.( kemudian genta ditaruh)
8) Ngaksama (permohonan maaf) kepada Bhatara dengan menggunakan kembang, diiringi Genta.
Om Ksama swamam mahadewa, sarwa prani hitangkarah, mamoca sarwa papebhyah, palayaswa sada siwa.
Om Papoham papa karmaham, papatma papa sambawah, trahinam sarwa papabhyah, kenancit mama raksantu.
Om Ksantawya kayika dosah, ksantawya wacika mamah, ksantawya manasa dosah, tat pramadat ksama swamam.
9) Ngastawa Sanghyang Tirtha/Dewi Gangga dengan kembang, diiringi Genta.
Om Pranamya baskara dewam, sarwa klesa winasanam, pranamia ditya siwartham, bukti mukti warapradam.
Om Apsu dewa pawitrani, Gangga dewi namostute, sarwa klesa winasanam, toyanem parisuddhayate, sarwa papa winasini, sarwa roga wimosana, sarwa klesa winasanam sarwa bhogam awapnuyat.
Om Pancaksaram maha tirtham, pawitram papa nasanam, papa koti sahasranam, agadam bhawet sagaram.
Om Gangga saraswati sindhu, wipasa kausiki nadi, yamuna mahatisrestha, Sarayusca mahanadi.
Om Gangga dewi mahapunye, gangga salan-ca medini, gangga kalasa samyuktem, gangga dewi namo stute.
Om Sri gangga maha dewi, anuksmamrtam jiwani, om karaksara bhuwanam, padamrta manohara. Om Utpattika surasas-ca, uttpati ta wa go ras ca, uttpati sa-ba-i-ta-n-ca, uttpati wa sri wahinam.
Om Bhur Bhuwah Swah, maha gangga pawitrani ya namah swaha. (kembang dimasukkan kedalam sangku)
10) Memercikkan Tirtha pebersihan ke Siwa dwara sang Pemangku (Pinandita) memakai sirat dengan mantram :
Om Budha mahapawitra, Om Dharma mahapawitra, Om Sanghyang mahatoya ya namah swaha.
f. Nunas Tirtha Panglukatan.
1) Ambil kembang asepi dan dengan sikap tangan Dewa prastistha mengucapkan puja mantra :
Om Sang Bang Tang Ang Ing, Om Nang Mang Sing Wang Yang
Om Hrang Hring sah parama siwa Gangga amrta ya namah swaha.
(kembang dimasukkan kedalam periuk/tempat tirtha panglukatan)
2) Ambil padma, pegang dengan sikap tangan Dewa pratistha ucapkan mantra :
Om Sarwa balikam prthiwi, Brahma Wisnu Maheswara
Anaking dewa putra sarwada, sarwamastu ya namah swaha
Om Sam prajanam sarwada suddhamala, suddha roga, suddha dandapetaka, suddha wighnam, suddha sakala (wiraning) dasa mala, suddha upata.
Om Wayuputra tubyam namah swaha.
3) Ambil kembang asepi terlebih dahulu, selanjutnya pegang dengan sikap tangan Dewa pratistha, diiring genta
ucapkan puja mantram :
Om Gangga, sindhu, saraswati, suyamuna, godawari, narmada, kaweri, sarayu, mahendra, tanaya carmanwati wenuka, bhadra netrawati maha suranadi, khyata ca ya gandaki punya purna jalah
samudra sahitah kurwantu te manggalam.
(boleh ditambah dengan anugraha dan ayuwerdhi, kemudian kembang dimasukkan kedalam periuk/tempat tirtha panglukatan )
2. Kegiatan Pokok.
Pemangku (Pinandita) melakukan persembahyangan yang diawali dengan puja Tri Sandhya, kemudian dilanjutkan dengan Kramaning Sembah.
a. Pelaksanaan puja Tri Sandhya dengan urut-urutan sebagai berikut :
1) Asana :Om Prasadha sthiti sarira Siwa suci nirmala ya namah swaha.
2) Pranayama : Mantra (dalam hati) Om Ang namah
Om Ung namah
Om Mang namah
3) Karo sodhana :
Tangan kanan : Om sudha mam swaha.
Tangan kiri : Om ati sudha mam swaha
4) Mantram Tri Sandhya :
Om Bhur Bhuwah swah
tat sawitur warenyam
bhargo dewasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
Om Narayana ewedam sarwam
yad bhutam yac ca bhawyam
niskalanko niranjano
nirwikalpo nirakhyatah
suddho dewa eko
narayano na dwitiyo
asti kascit
Om twam siwah twam mahadewah
Iswarah parameswarah
Brahma wisnusca rudrasca
Purusah parikirtitah
Om papo ham papakarmaham
papatma papasambhawah
trahimam pundarikaksa
sabahyabhyantarah sucih
Om ksamaswa mam mahadewa
sarwaprani hitankara
mam moca sarwa papebhyah
palayaswa sada siwa
Om ksantawyah kayiko dosah
ksantawyo waciko mama
ksantawyo manaso dosah
tat pramadat ksamaswa mam
Om santih, santih, santih Om
b. Kramaning sembah :
1). Tangan kosong/tanpa sarana :
Om atma tattwatma sudha mam swaha
2) Kehadapan Sanghyang Aditya, menggunakan kembang :
Om Adityasya param jyoti, rakta teja namo’stute
swetapankaja madhyastha, bhaskaraya namo’stute
3) Kehadapan Tuhan sebagai Ista Dewata, menggunakan kembang :
Om Nama dewa adhisthanaya, sarwa wyapi wai siwaya
padmasana ekapratisthaya, ardhanareswaryai namo namah
4) Kehadapan Tuhan sebagai pemberi anugrah, menggunakan kembang :
Om anugraha manohara, dewadatta nugrahaka
Arcanam sarwapujanam, namah sarwanugrahaka
Om Dewa Dewi mahasiddhi, yajnanga nirmalatmaka
Laksmi siddhisca dirghayuh, nirwighna sukha wrddhisca.
5) Tangan kosong/tanpa sarana :
Om Dewa suksma paramacintyaya nama swaha
Om santih, santih, santih, Om
C. Selanjutnya metirtha.
1). Maketis di siwadwara 3 kali, dengan mantram :
Om Buddha maha pawitra ya namah
Om Dharma maha tirtha ya namah
Om Sanghyang maha toya ya namah
2). Minum 3 kali, dengan mantram :
Om Brahma pawaka ya namah
Om Wisnu amrtha ya namah
Om Iswara jnana ya namah
3). Meraup 3 kali, dengan mantram :
Om Siwa sampurna ya namah
Om Sadasiwa paripurna ya namah
Om Paramasiwa suksma ya namah
c. Mesekar (menyuntingkan kembang ditelinga atau dicunduk), dengan mantram : Om Sri asmara ya namah
e. Mebija (ditelan tiga butir dan ditempelkan didahi) dengan mantram
Om Wija wijaya ya namah swaha
3. Kegiatan akhir.
a. Terakhir ditutup dengan puja parama santi
b. Dilanjutkan dengan puja pralina : Om Suksma suniya sangkanira, suksma paranira, suniya lebar ya namah swaha, palit Genta dipentil 3 kali dengan puja - Om, Om, Om.
0 Response to "Pemujaann Surya"
Post a Comment