Pura Penataran Agung Kertha Bumi Taman Mini Indonesia Indah
(Tinjauan Makna Bangunan Padmasana)
A. Pendahuluan
Dalam
aspek pemujaaan sebagaimana dalam Bhagavadgita Krsna menyatakan bahwa memuja
Tuhan dalam wujud yang mutlakdan yang tanpa pribadi tidaklah mudah, maka ia
dipuja sebagai Ista Dewata, yaitu dewata yang dimohon kehadirannya pada saat
umat melaksanakan pemujaan. Pokok-pokok ajaran agama Hindu terutama ajaran yang
menguraikan tentang konsepsi ketuhanan biasanya diwujudkan dalam bentuk
bangunan Pura yang dipergunakan untuk bermacam kegiatan keagamaan. Dalam
bangunan dan ornament dan yang menghiasi Pura itulah ajaran dan filsafat
keagamaanbisa dilukiskan. Hal ini terjadi pula dalam bangunan Pura Penatanaran
Agung Kertha Bumi yang terletak di wilayah Jakarta Timur.
Yang
menarik perhatian kami, untuk meneliti dan menulis tentang Pura Penataran Agung
Kertha Bumi dibandingkan dengan pura-pura yang ada disejabodetabek. Pura
memiliki dua Meru dan sekaligus Padmasana yang merupakan tempat umatmelakukan
pemujaan. Sudah umum dipahami bahwa Padmasana adalah tempat pemujaan. Dan
ketiga bangunan inimerupakan bangunan yang utama. Kemudian adanya dua pelinggih
Anglurah, padahal kalau dilihat dari struktur bangunannya memiliki bentuk yang sama.
Kemudian adanya Patung Pendeta sebagai ganti pelinggih di Beji padahal kalau
kita lihat di pura-pura lain biasanya di Beji ini terdapat bangunan Pelinggih.
Terdapat Patung Dewata Nava Sanga ditengah-tengah madya mandala yang tidak
dapat ditemukan pada pura disejabodetabek. Yang terakhir pada sekeliling
Penyengker terdapat relief yang sangat indah dan menarik memberikan ketakjuban
bagi para pengunjung.
Padmasana
berkedudukan ditengah-tengah dasar Badawang Nala yang terdiri dari lima tingkat
pepalihan dengan relief Garuda dan Angsa mengepakkan ayap pada bagian belakang
bangunan. Padmasana merupakan tempat pemujaan Siwa atau Sada Siwa.
Kata Padmasana berasal dari kata padma dan asana. Kata padma adalah nama sejenis kembang yang tumbuh di air, dalam bahasa sehari –hari disebut bunga teratai, sehingga berarti sikap duduk atau tempat duduk. Padmasana berarti sikap duduk tegak seperti bunga teratai merupakan simbol dari tempat duduk atau tempat berdiri dewa-dewa. (Cudamani, tanpa tahun : 7).
Kata Padmasana berasal dari kata padma dan asana. Kata padma adalah nama sejenis kembang yang tumbuh di air, dalam bahasa sehari –hari disebut bunga teratai, sehingga berarti sikap duduk atau tempat duduk. Padmasana berarti sikap duduk tegak seperti bunga teratai merupakan simbol dari tempat duduk atau tempat berdiri dewa-dewa. (Cudamani, tanpa tahun : 7).
Dalam
yoga asana cara untuk mencapai siddhi dan moksa padmasana merupakan salah satu
sikap latihan yaitu sikap duduk punggung tegak kedua kaki dilipat sehingga
telapak kaki kiri di atas paha kanan dan
telapak kaki kanan di atas paha kiri.
Mata setengah terpejam dengan pandangan lurus kedepan, pungung tegak dan kedua
lengan kedepan bawah bawah sehingga telapak tangan kiri di atas lutut kiri dan
telapak kanan di atas lutut kanan, sikap ini adalah sikap persiapan untuk
melaksanakan meditasi yaitu pemusatan pikiran dalam upaya mencapai Samadhi
(Jaya,2000 : 129).
Dihubungkan
dengan Pura sebagai tempat pemujaan maka paqdmasana merupakan suatu bangunan
sebagai lambang makro kosmos / alam semesta yang merupakan stana dan tempat
memuja sang Hyang Widhi Wasa Siwa Aditya) (Himpunan Keputusan Seminar, Kesatuan
Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu, 1996 : 7).
B. Bentuk
dan Lokasi / Kedudukan Padmasana
Sebagai tempat
memuja Sang Hyang Widhi Wasa memiliki bangunan-bangunan suci yang disebut
palinggih tempat berstananya kekuatan-kekuatan suci, pada saat pemujaan
dilaksanaakan. Diantara palinggih itu ada berbentuk Padmasana, ada pula yang
berbentuk meru, seperti yang kita jumpai di Pura Penataran Agung Kerta Bhumi.
Di sini palinggih-palinggih yang menonjol bangunan padmasana dan dua meru
tumpang sebelas.
Menilik bentuk
bangunannya, padmasana ini merupakan versi baru dalam bangunan pemujaan karena
pura yag tergolong tua tidak dikenal bangunan Padmasana seperti bentuk sekarang
ini. Diperkirakan penggunaan bangunan Padmasana untuk pemujaan mulai berkembang
sejak kedatangan Dang Hyang Nirartha ke Bali. Beliaulah yang diperkirakan
pertama kali memperkenalkan bentuk bangunan Padmasana. (Wiana, 1989/1990 : 9)
Berdasarkan
ruang dan pepalihannya bentuk Padmasana dapat dibedakan menjadi:
1. Padmasana anglayang
bentuknya beruang tiga memakai BedawangNala dengan Palih Tujuh
2. Padma Agung
bentuknya beruang dua memakai Bedawang Nala dengan Palih Lima
3. Padmasana
bentuknya beruang satu memakai badawang Nala dengan Palih Lima.
4. padmasari
bentuknya beruang satu dengan Palih Tiga yaitu Palih Taman (bawah) Palih Sancah (tengah) dan Palih sari (atas) tidak memakai Badawang Nala.
5. Padmacapah bentuknya
beruang satu dengan dua Palih yaitu Palinh
taman (bawah) dan palih capah
(atas) tidak memakai Badawang Nala. (Parisadha
Hindu Dharma Pusat 1985-1986 :12 – 13).
Orang awam
banyak yang tidak dapat membedakan sehingga semua bentuk seperti itu disebut
padmasana,padahal ada perbedaan yang khas yaitu padmasana semua bangunannya
memakai bedawang Nala sebagai dasar, sedangkan Padmasari dan padma capah tidak
memakai Badawang nNala sebagai dasar, sedangkan Padmasari dan Padma capah tidak
memakai Badawang Nala .
Berdasarkan
lokasi sesuai pangider-ider Padmasana dapat dibedakan menjadi :
1. Padma
Kencana bertempat di Timur menghadap ke barat.
2. Padmasana
bertempat di Selatan menghadap ke Utara.
3. Padmasana
sari bertempat di Barat menghadap ke Timur
4. Padmasana
Lingga bertempatdi Utara menghadap ke Selatan
5. Padmasana
Lingga bertempat di Utara menghadap barat Laut
6. Padma
Asta Sedana bertempat di Tenggara menghadap ke Timur laut
7. Padma
Karo bertempat di Barat Laut menghadap ke Tenggara.
8. Padma
Saji bertempat di Timur Laut menghadap ke Barat Daya.
9. Padma
Kurung di tengah-tengah merong tiga menghadap ke lawangan .
Padmasana yang
ada di Pura Penataran Agung Kerta Bhumi letaknya di tengah-tengah-tengah
menghadap ke Selatan Kelawangan Kori Agung, tetapi tidak beruang tiga, jadi
bukan padma Kurung. Menilik dari pepalihan dan ruangannya bangunan ini adalah
Padmasana yang menempati kedudukan Padma Kurung karena letaknya ditengah-tengah
dikelilingi bangunan lainnya yang ada di dalam Pura.
Memperhatikan
pura-pura yang ada di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya hanya Pura Mustika
Dharma di Cijantung yang kedudukan Padmasana
tidak hanya Pura Mustika Dharma di Cijantung yang kedudukan Padmasana
tidak ditengah-tengah melainkan agak ke timur laut tetapi tidak menghadap ke
barat daya melainkan lurus menghadap ke selatan. Dilihat dari
kenyataan-kenyataan itu mungkin
kemungkinan penempatan palinggih khususnya Padmasana pada bangunan Pura di
wilayah Jakarta dan sekitarnya merupakan suatu bentuk baru yang sedang
berkembang.
Fungsi
Padmasana
Mengenai fungsi
dari Padmasana adalah tempat berstananya Bhatara sada Siwa sebagaimana
penjelasan dalam Wrhaspati Tattwa 11.13. :
Sawya parah bhatara Sada Siwa, hana
Padmasana
Pinaka palungguha nira, apanan ikang
padmasana
Ngaranya saktinira,saktinganya,Wibhu
sakti,
Prabu sakti, Jnana sakti,krya
sakti,nahan
Sang Cadusakti.
Artinya :
Sada Siwa aktif, berguna, bersinar,
terdiri dari unsur kesadaran, mempunyai kedudukan da sifat-sifat, ia memenuhi
segalanya. Ia dipuja karena tanpa bentuk.
Ia maha pencipta, pelebur,
pengasih, bersinar abadi, maha tahu, dan ada dimana-mana. Bagi orang yang tak
punya tempat berlindung, Ia merupakan saudara, Ibu dan Ayah. Ia merupakan
manusia dari ikatan tumimbal lahir.
Sarwayaparah, demikian Sang Hyang Sada
Siwa.
Ia duduk di atas Padmasana.apakah
Padmasana itu?
Beliau memiliki empat kekuatan :
Kekuatan meresap (Wibhu sakti) Prabhu
sakti
Kekuatan ilmu pengetahuan (Jnana sakti)
dan
Kekuatan perbuatan (Krya sakti) empat
kekuatan itulah yang beliau miliki
: Putra dan Sadia, 1988 : 11 – 12)
Dari
keterangan dalam Wrhaspati Tattwa ini jelaslah bagi kita bahwa Padmasana adalah
tempat berstananya Sang Hyang Sada Siwa. Dalam ajaran Agama Hindu Sang Hyang
Sada Siwa yang dihubungkan dengan berbagai sifatnya. Menurut uraian dalam
Nasadya Sukta, Tuhan tidak berpribadi (impersonal)ia
luput dari sifat-sifat sehingga ia adalah bukan ini dan bukan itu.
Tetapi sepanjang nama dan sifat
dilekatkan padaNya maka ia personal, artinya berpribadi.dengan demikian maka
nama-nama Varuna, Mitra,Indra dalam Weda,Brahma,Wisnu, Siwa dalam Purana
merupakan Tuhan yang personal. Dalam wujud dan nama inilah ia dipuja sebagai
ista Dewata,yaitu dewata yang dimohon kehadirannya pada waktu pemuja memujaNya.
(Sura dan Sindhu, 1992 : 68).
Tentang
nama-nama Indra, Mitra, Waruna, Agni,
Yama, dan Matarisman
Yang disebutkan dalam Reg. weda I.
164.46 dinyatakan sebagai cara orang- orang bijaksana untuk memberi nama atau
menyebut maha Esa itu. Nama-nama itu juga sesungguhnya tiada lain untuk memberi
nama pada yang Tunggal seperti ditegaskan dalam Yajur Weda XXXII,1 yang menyatakan Agnihanyalah itu Aditya hanyalah itu, Wayu hanyalah itu, Candra adalah
itu, Cahaya adalah itu, Brahma adalah itu, Apah adalah itu, Prajapati adalah
Dia.(Titib, 1987 : 7).
Dengan demikian jelaslah bahwa
nama-nama yang banyak adalah nama yang ditujukan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Padmasana dalam
fungsi utamanya dilegkapi dengan badawang
nala, garuda dan angsa serta sesuai dengan pepalihannya. Bedawang nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung
Padmasana dibelit oleh seekor atau dua ekor naga.
Garuda dan angsa dipahatkan
dibagian belakang Padmasana dalam posisi terbang.
Badawang Nala, garuda, naga, dan
angsa merupakan simbol-simbol dari mitologi yang menggambarkan fungsi Padmasana
sebagai pemujaan Siwa, Tuhan Yang Esa (Gelebet dkk, 1986 : 158).
Dari segi arti
kata Padmasana artinya bunga teratai sebagai tempat duduk.
Di dalam ikonografi dewa-dewa Hindu
dilukiskan sebagai arca duduk di atas bunga teratai. Dalam pengertian ini
Padmasana adalah suatu bangunan palinggih lambang stana Sang Hyang Widhi Wasa
(Wiana,1989/1990 : 9).
Padmasana Pura Penataran Agung
Kerta Bhumi pada bagian dasar berbentuk kembang teratai,diatasnya baru bedawang
nala yang dililit oleh dua ekor naga, sedangkan pada bagian belakang agak ke
atas relief burung garuda, diatasnya angsa yang menggambarkan posisi terbang,
di atas pada ruang berbentuk kursi di apit kanan kiri oleh patung naga.
Badawang nala dengan dua naga yaitu
Naga Ananta Bhoga dan Naga Basuki menggambarkan alam bawah (bhur loka), alam
tengah (bwah loka) digambarkan oleh badan padmasana termasuk Singhasana yang
menyerupai kursi yang melambangkan atmosfer bumi,sedangkan alam atas (swah
loka) tidak dilukiskan dalam wujud bangunan, hanya dalam pedagingan dalam
bentuk padma.
Selain itu juga didalam puja
dilukiskan dengan : “om Padmasana ya namah dan Om Dewa Pratistha ya namah”
(Cudamani, tt : 24)
Tentang burung
garuda yang ada di belakang padmasana dapat dihubungkan dengan cerita Garuda
dalam Adiparwa yaitu putra dari sang winata yang berusaha membebaskan ibunya
dari perbudakan karena kalah bertaruh melawan sang kadru dalam menebak warna
bulu kuda mochaiswara yang keluar pada waktu lautan susu diaduk oleh para naga
putra-putra sang kadru. Dengan segala perjuangan yang gigih sang Garuda
akhirnya dapat membebaskan ibunya dari perbudakan oleh sang kadru (Cudamani, tt
: 25 – 29).
Mengenai angsa
yang mengepak-ngepakkan sayapnya pada bagian belakang padmasana di atas garuda
diantaranya terdapat keterangan Upanisad yang menyebutkan atma yang ingin
bersatu dengan Brahman itu seperti burung angsa yang mengepak-ngepakkan sayap.
Jadi lukisan burung garuda adalah gambaran manusia yang mencari kebebasan
melalui pelepasan terhadap ikatan duniawi,dan gambar angsa adalah simbol
manusia yang ingin kembali menyatu dengan Sang Hyang Widhi yaitu upaya mencapai
moksa yang juga disebut “Umoring Aditya”
(Cudamani, tt : 31).
Mengenai dua
naga yang digambarkan mengapit singhasana di puncak Padmasana adalah Naga
Taksasa yang didalam Taksasa stawa digambarkan dua ada kemungkinan demi
kepentingan seni agar singhasana itu tampak indah dan serasi antara tepi kanan
kiri. (cudamani, tt : 24)
Dari
uraian-uraian tersebut dapatlah disimak bahwa Sang Hyang Widhi sebagai Sada
Siwa dikenal dengan banyak sifat yang banyak nama, dipuja sebagai Ista Dewata
distanakan di Padmasana pada saat pemujaan oleh PemujaNya. Oleh karena
nama-nama itu pada hakekatnya adalah sebutan terhadap Yang Maha Esa, maka
Padmasana pada hakekatnya adalah tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa.
a) Candi
Kurung atau Kuri Kurung
b) Pelinggih Ratu Penyarikan
Sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai pencatat segala sesuatu yang terjadi di pura tersebut
c) Pelinggih Ratu Ngerurah
Sebuah
bangunan yang berfungsi sebagai penjaga keamanan pura
d) Gedong
Penyimpenan
Sebuah bangunan sebagai
tempat untuk menyimpan benda-benda sacral contohnya, catur veda
e) Meru
Hitam
Meru tumpang sebelas dengan
warna bangunan hitam dan hiasan dari kain yang berwarna hitam pada saat upacara
sebagai tempat pemujaan Bhatara Wisnu
f) Meru
Merah
Sebagai tempat pemujaan
Bhatara Brahma
0 Response to "Keunikan Pura Penataran Agung Kertha Bumi Taman Mini Indonesia Indah "
Post a Comment