RENUNGAN KEHIDUPAN
OLEH : Untung Suhardi, S.Pd.H
Kehidupan ini sangatlah keras sehingga banyak orang beranggapan dunia ini tempatnya penderitaan. tetapi sebenarnya dunia ini adalah sebuah kesempatan untuk manusia agar dalam kehidupan ini memperbaikinya sehingga, pada kehidupan mendatang menjadi orang yang lebih baik lagi. Disisilain ada seorang yang dengan penuh keputusasaannya ingin bunuh diri karena tidak kuat dengan tantangan didunia ini namun pada akhirnya pria ini menyadari bahwa dunia ini adalah tempat kita untuk belajar dan menimba ilmu untuk menempuh kehidupan ini dengan sangat baik. Berikut kisahnya :
Seorang
pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh
betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan
selalu berantakan. Saya ingin mati." Sang
Master tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Master, saya tidak
sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin
mati."
Banyak
sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari
kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini
berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan
status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya
kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, Penolakan kita
untuk ikut mengalir bersama
kehidupan membuat kita sakit.
Yang
namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,
bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak
selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup
ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu
keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
"Penyakitmu
itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti
petunjukku." demikian sang Master.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang saya sudah bosan hidup."
"Baik,
besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam
ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan
mati dengan tenang."
Giliran
dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya
untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan
menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia
menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan
setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan,
ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya
dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu. "Karena malam
itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun
tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi
menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.
Pulang
kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih Tertidur. Tanpa
membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya,
satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin
meninggalkan kenangan manis!
Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."
Di
kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun
bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun
langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba,
segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran,bahkan
apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi
indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri
tercinta menungguinya di beranda depan.
Kali
ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali
lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu."
Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama
ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."
Tiba-tiba,
sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia
mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol
yang sudah ia minum, sore sebelumnya. Ia
mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung
mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air
biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup
dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan
menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu.
Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau
tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia
kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."
Pria itu mengucapkan terima kasih dan
menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam
sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam
kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu hidup...
0 Response to "Intropeksi Diri"
Post a Comment