NYEPI MEWUJUDKAN DUNIA DAMAI DAN BAHAGIA
Oleh:
Untung Suhardi
Pendahuluan
Kehidupan dewasa ini memberikan tantangan sekaligus peluang dalam upaya mempertahankan eksistensi keberlanjutan hidup dalam segala bidang. Keadaan inilah yang kemudian memaksa seseorang untuk keluar dari zona nyaman agar dapat melewati seleksi alam yang terjadi. Bentuk seleksi alam inilah yang saat ini dialami bangsa Indonesia yaitu pandemi COVID-19 tanah longsor, gempa bumi, banjir dan bencana lainnya. Banyak orang yang mengalami kedukaan lantaran ada ada di dalam bencana tersebut yang menyebabkan dia putus asa dan kehilangan semangat untuk hidup.
Agama Hindu terdapat ajaran mulat sarira atau intropeksi diri yang salah satunya dilakukan dalam rangkaian hari raya nyepi yang sebentar lagi dibulan maret akan kita rayakan. Serangkaian hari raya nyepi ini bukanlah sebuah eforia saja melainkan ada upaya spiritual yang membawa arah kebahagiaan dan kedamian untuk diri, keluarga lingkungan, Negara, dan dunia. Sebentar lagi di Bulan Maret tahun 2021 kita akan bertemu kembali dengan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943, tentu dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka yang penuh dengan anugerah serta Kesucian haruslah kita mempersiapkan diri baik secara fisik, mental serta spritual dalam pelaksanaannya nanti agar kita benar-benar siap melaksanakan pedoman serta tuntunan pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943.
Tentu Pelaksanaan Hari Suci Nyepi di tahun ini sangatlah berbeda dengan pelaksanaan ditahun tahun sebelumnya oleh karena hampir setahun kita musibah, bencana serta hidup bersama dengan situasi Pandemi Covid-19 yang telah banyak memakan korban penderita maupun korban jiwa, sampai kita rasakan bersama, yang awalnya adalah masalah kesehatan, bergeser menjadi masalah ekonomi dan sosial serta mempengaruhi tata Laksana Keberagamaan kita semua. Jika kita cermati, topik ini sangat sesuai dengan waktu serta situasi yang terjadi, kita alami serta kita mimpikan bersama yaitu Hidup yang Damai dan Bahagia. Momentum Hari Suci Nyepi membuat kita lebih bersemangat dalam mempersiapkan diri agar kita mencapai Kedamaian dan Kebahagiaan di dunia walau dalam situasi sulit dan memprihatinkan. Apa itu DAMAI? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Damai/da-mai/tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, rukun, tenteram terus. Konsep Damai membawa konotasi yang positif, hampir tidak ada yang menentang perdamaian, Perdamaian dunia merupakan Tujuan utama dari Kemanusiaan. Perdamaian dunia akan bisa terwujud apabila seluruh komponen dunia khususnya manusia sebagai subyek dominan menyadari bahwa Kedamaian itu harus diperjuangkan untuk merasakan kebahagiaan. Sebelum kita ingin mencapai Kedamaian Dunia. Bahagia atau Kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan atau Kegembiraan intens (dalam KBBI). Bahagia itu Sederhana, Membangun pikiran positif, mensyukuri hidup, tidak lupa mensyukuri kesuksesan. Selalu mengikuti kata hati, bukan mengikuti pikiran yang berdasarkan atas nilai catur purusartha (dharma, artha, kama, dan moksa). Situasi inilah yang perlu untuk diangkat dalam bentuk pembahasan mimbar agama Hindu dengan topik Nyepi dan Kedamaian dunia.
Nyepi dan Pengendalian Diri
Pada tahun 78
masehi seseorang dari dinasti Kusana yang bernama raja Kaniska naik tahta
kerajaan. Raja ini sangat bijaksana, bahkan pada hari minggu tanggal 21 Maret
79 saat itu bulan purnama Vaisaka setahun masa pmerintahannya kebetulan pada
hari itu gerhana bulan, sang raja menetapkan Panchanga atau kalender sistem
saka untuk mengenang kejayaan serta hari penobatannya. Kemudian saat itulah
tahun baru saka menjadi tahun nasional kerajaan. Diresmikannya tahn baru saka
ini oleh raja Kaniska I ini merupakan tonggak sejarah yang menutup permusuhan
antara suku bangsa di India sebelumnya. Sejak saat itulah muncul toleransi
antar agama yang dibuktikan dengan adanya perhatian oleh maharaja Kaniska I
yang beragama Hindu , yang memperhatikan perkembangan agama Budha.
Tahun baru nasional di India rupannya membawa inspirasi kepada pemuka-pemuka umat Hindu di Indonesia terbukti dengan adanya langkah nyata para tokoh umat Hindu baik dari kalangna muda atau tua untuk menicarakan penataan kehidupan umat Hindu di Indonesia. Kemudian pada tanggal 19 Januari 1983 presiden Suharto mengeluarkan keppres no. 3 Tahun 1983 yang menyatakan bahwa hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional. Adapun rangkaian hari raya nyepi adalah:
1)
Melasti merupakan Rangkaian hari raya Nyepi dimulai
dengan acara melasti yang mempunyai makna untuk menyucikan pratima, arca, niasa
dan pralinga sebagai wujud atau stana –Nya. Pada waktu melasti semua pratika
diusung kelaut atau mata air yang dianggap suci. Dalam lontar Sang Hyang Aji
Swamandala : Angayutaken laraning jagat,
paklesa letuhing bhawana (Untuk melenyapkan penderitaan masyarakat dan
kotoran dunia) sedangkan dalam lontar sundarigama : Amet sarining amrta kamandalu ritelenging samudra (Untuk memperoleh
air suci kehidupan ditengah-tengah samudra.
2)
Tawur Agung dilaksanakan sehari sebelum Nyepi tepatnya
pada hari tilem kesanga dilangsungkannya upacara bhuta yajna yang bertujuan
untuk membina hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, keharmonisan
antara manusia dengan alam dan antara manusia dengan manusia. Dalam hal ini
yang diformulasikan dengan Tri Hita
Karana (Devahita, bhutahita dan manusahita). Dalam Agastya Parwa tentang
Bhuta Yajna bahwa bhuta yajna adalah tawur untuk kesejahteraan semua makhluk.
Melalui pelaksanaan tawur ini diharapkan bahwa semua bhuta kala yang bersifat perusak akan kembali somya (Seimbang) sehingga kehidupan manusia dan makhluk lainnya
menjadi seimbang.
3)
Hari Raya Nyepi. Umat Hindu merayakan tahun baru saka
dengan tanpa aktivitas dengan melaukan catur brata penyepian : Amati geni (tidak menyalakan Api, simbol
untuk pengendalian hawa nafsu), Amati
karya tidak beraktifitas sebagai simbol pengendalian segala macam pikiran, amati lelungan simbol menendalikan
langkah-langkah yang tidak perlu dan amati
lelenguan Tidak berpesta simbol pengendalian keinginan. Hal ini diibaratkan
dengan bayi dalam kandungan, ulat dalam kepongpong yang selalu dalam suasana sunyi.
Didalam Nirartha prakrta VII.2 disuratkan makna sepi adalah : ”ketika pikiran
itu telah hening menjadi amat kecil dan sunyi, tercapailah pemikiran yang bebas
pikiran semacam itu melingkup seluruh alam semestabagi orang tersebut bagaikan
tidak didunia. Orang yang demikian itu senanarnya telah dapat mewujudkan
kebenaran serta telah mencapai tingkat rohani yang tinggi.
4)
Ngembak
Geni (Dharma Shanti) sehari setelah melaksanakan puasa, mak
harus diakhiri dengan memakan hdangan yang telah disediakan dan melakukan
kunjungan kerumah saudara untuk melakukan ”UpaKsama”
Saling memaafkan. Ngembak geni sebagai ucapan Abhivandhana yang berarti syukur
atas keberhasilan dalam melaksanakan brata penyepian.
Seluruh
rangkaian hari raya Nyepi dari melasti sampai denga Dharma santi merupakan
implemetasi dari ajaran Tri Hita Karana. Melasti sebagai proses penyucian diri
baik lahir maupun batin, tawur agung sebagai proses harmonisasi hubungan
manusia dengan alam, Nyepi sebagai proses hubungan harmonis antara manusia
dengan Tuhan dan Dharma Santi merupakan proses harmonisasi antara manusia
dengan manusia.Hari
Suci Nyepi dan Tahun Baru Saka 1943 yang sebentar lagi kita laksanakan, perjalanan
waktu terus berulang dari bulan ke bulan dari tahun ke tahun, kita selalu
bertemu dengan Waktu, perilaku dan untuk sesuatu, waktu yang berulang ini pada
dasarnya wahana untuk evaluasi, introspeksi dan motivasi diri untuk tujuan yang
lebih baik menuju ke sifat asli manusia yaitu mendapatkan Kedamaian dan
kebahagiaan. Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943 yang sebentar lagi kita
tapaki ada 2 aspek penting yang kita harus kita alami sebagai pengalaman,
perasaan bathin yang mewakili jiwa sebagai Kesucian hati dan jiwa kita setelah
setahun ternodai, tercemar, terselubung kekotoran bathin dan ego sehingga saat
yang tepat Hari Suci Nyepi Tahun 2021 sebagai Hari Suci.
Sedangkan Sebagai Tahun Baru Saka 1943, sangat Tepat kita jadikan Hari yang penuh Kebahagiaan jiwa, untuk memulai dan sepanjang Kehidupan dengan kebahagiaan jiwa. Beberpa tahapan Hari Suci sebagai rangkaian memasuki Hari Suci Nyepi dan Tahun Baru Saka adalah rangkaian untuk memurnikan jiwa, pikiran dan tata Laksana manusia sebagai mikrokosmos dan memurnikan Bumi semesta alam beserta isinya sebagai mikrokosmos untuk menuju ke keseimbangan seluruh semesta alam beserta seluruh ciptaan NYA " Semestha Lokha Sukhino Bhavanthu". Pemurniaan Jiwa dan Pengendalian Pikiran dan India kita serta beberapa sifat yang merugikan seperti, Sad Ripu dan Sapta Timira, serta pengelolaan unsur pembentuk kehidupan manusia dan pelestarian alam perlu diberikan perenungan yang mendalam sebagai bagian dari " Mulat Sarira" Introspeksi diri untuk mewujudkan dan memupuk sifat-sifat baik layakmya Sebagai Manusia.
Nyepi dan Kontemplasi Diri
Hakekat
dari Pengendalian diri pada saat yang tepat ketika saat Pelaksanaan Hari Suci
Nyepi Menyambut Tahun Baru 1943, Dengan Melakukan Catur Brata Penyepian. Seperti,
kita ketahui bahwa Pengendalian diri sebagai Upaya memurnikan diri disaat Hari
Suci dikenal dengan Catur Brata Penyepian:
1. Amati Geni.
2. Amati Karya.
3. Amati Lelunganan.
4. Amati Lelangunan.
Keempat
Anjuran ini, adalah suatu Upaya yang sangat serius, perlu kerja keras untuk
melaksanakan, Upaya ini tidak hanya dipandang sebagai upaya material, fisik,
formalitas, ritualitas tetapi upaya Pergulatan Jiwa yang merobek, membuka
selimut Ego menuju kekemurnian jiwa. Setiap ajaran agama selalu menekankan
tentang adanya kerukunan dan tidak ada satu ajaran agama yang mengajarkan
tentang kekerasan dan kebencian terhadap pemeluk agama lain. Dalam hal ini
selalu mengutamakan agar selalu berpikir, berkata dan berbuat yang benar.
Untuk mendapatkan kebahagiaan baik
secara jasmani maupun rohani.
Akan tetapi
apa yang terjadi sekarang? Dengan melihat bangsa Indonesia sekarang ini, kita
merasa sangat prihatin, yaitu tentang adanya kejadian-kejadian yang akhir ini
menerpa bangsa ini yang meliputi segala aspek kehidupan. Sehingga dalam
menjalani hidup ini selalu dihantui dengan keresahan, kegelisahan serta suasana
yang tidak menentu. Dari kenyataan ini apakah penyebanya ? semua ini
penyebabnya adalah adanya keinginan (nafsu) yang tidak terbatas, kemarahan,
serakah, kebingungan, kemabukan dan irihati yang selalu menyelimuti dalam diri
kita. Hal ini seperti dijelaskan dalam Kakawin Ramayana 1 menyatakan bahwa :
Ragadi musuh mapara
Rihati ya tonggwanya tan madoh ringawak
Yeka tan hana ri
sira
Prawira wikihian sireng niti
Artinya :
Hawa hafsu dan
sebagainya (sad ripu) musuh yang dekat didalam hati tempatnya tidak jauh dari
kita, yang seperti itu tidak ada padanya, pemberani dan sangat mengetahui
tentang ilmu pemerintahan (Tim Penyusun, 2007 : 53).
Jadi, nafsu inilah yang menjadi musuh utama
manusia, hal ini tidak berada diluar diri kita
tetapi berada dalam diri kita masing-masing yang harus kita perangi
untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri. Nafsu tidak selamanya dipandang
buruk, akan tetapi nafsu itulah yang seharusnya dapat dikendalikan dan
diarahkan karena kita berada di alam material, maka nafsu itu pasti ada. Untuk
itulah hal yang paling penting pada dasarnya jika diri kita sudah harmonis pada
tataran individu maka, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini
akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian, keharmonisan ini yang
menjadi tujuan kita bersama dapat dicapai jika dari masing-masing individu
sudah menumbuhkembangkan sifat cinta kasih dan kasih sayang dalam kehidupan ini
sehingga, akan mampu untuk melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban bersama
baik dharma agama maupun dharma negara.
Pelaksanaan
Upacara, Ritual, Seremonial dan simbolisasi menjelang memasuki Hari Suci Nyepi
Tahun Baru Saka perlu dimaknai sebagai sebuah Perjuangan, peperangan,
penderitaan fisik menuju kekemenangan jiwa yang suci, menjadi manusia yang
mencintai Kehidupan, Sehat, Kuat, penuh semangat Kegembiraan, Ketenangan,
Kedamaian dan kebahagiaan. Topik Pengendalian diri Nyepi Mewujudkan dunia yang
damai dan bahagia sungguh sangat tepat dan strategis karena dapat menjadi
Penerang, pembuka jalan dalam kegelisahan, kekhawatiran bahkan ketakutan dalam
menghadapi Pandemi Covid-19 ini, Bagaimana tidak? Pandemi Covid-19 sudah
setahun kita jalani, bum diketahui kapan puncak kasusnya, sedangkan angka
kesakitan dan kematian terus meningkat, disatu pihak warga masih ada yang tidak
patuh dengan Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan pemutus rantai
penularan Covid-19. Prigram Vaksinasi oleh pemerintah sedang dilaksanakan
semoga ini memberi high Immunity pada masyarakat Indonesia. Selain, upaya pencegahan Nyepi sebagai
Upaya pengendalian diri sangat sesuai dan berkait erat dengan Upaya Pencegahan,
sebagai Protokol Kesehatan 5 M :
1.
Memakai
Masker yang Benar, saat Hari Suci Nyepi kita Tidak Ramai, ribut, banyak bicara,
justru kita lebih banyak melakukan meditasi dan japa.
2.
Mencuci
Tangan dengan Sabun pada air mengalir, tentu Pelaksanaan Hari Suci kita dahulu
dengan Bersih, Sehat dan Suci.
1.
Menjaga
jarak, saat Pelaksanaan Catur Brata Penyepian lebih mudah dilakukan
2.
Menghindari
Kerumunan, sesuai dengan Catur Brata Penyepian, yaitu Tidak berkumpul dan
keramaian.
3.
Membatasi
Mobilisasi dan Interaksi, ini sangat sesuai dengan Stay at home, Amati Lelunganan, Amati Lelangunan dan Amati Karya.
Jika upaya-upaya ini dimaknai sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 serta yang lebih penting kita harus capai adalah Kehidupan yang sehat, penuh ketenangan, Kedamaian dan Kebahagiaan yang harus dinikmati oleh semua insan kehidupan didunia ini tentu tetap berpegang kepada Dharma dan Karma. Manfaat yang didapatkan adalah dengan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang ada dalam diri seseorang. Kebahagiaan setiap umat manusia berharap setiap apa yg dilakukan menghasilkan kebahagiaan, kebahagiaan yang tertinggi dihasilkan dari olah, latihan rohani sebagai hasilnya. Kebahagiaan bukan sesuatu yang baru dan sulit digapaidan dicapai karena kebahagiaan itu melekat pada diri kita sendiri, hanya saja kita sering lupa dan belum mampu menghayati ya karena tertupi oleh Ego. Ego ini berperan sebagai tabir yang menyelubungi kebahagiaan tertinggi dan menyembunyikannya dari pandangan kita, kita harus merobek-robek tabir/selumbung hingga hancur, maka akan muncullah sifat asli kita yaitu Ananda (Kebahagiaan).
Kedamaian Bathin kita harus alami, dengan berusaha sedapat mungkin mengurangi serta melenyapkan keinginan, hawa nafsu serta kebencian, berusahalah mengembangkan dan meningkatkan Kebenaran, Kebajikan, Kasih, Kesabaran dan Ketahanan menderita, bersamaan dengan itu praktek alah melakukan sadhana yang sistematis dan terus menerus. Apabila telah melakukan perilaku Keutamaan tersebut, tidak akan ada orang yang merebut atau menyerobot secara egois, kepentingan orang lain pastilah akan saling dihormati dan Kedamaian dunia akan terpelihara. Sebaliknya apabila jika kita tidak memiliki kedamaian Bathin pada diri kita sendiri, Bagaima bisa kita mewujudkan kedamaian Dunia. Jadi kedamaian Dunia dapat terwujud pertama Tama harus belajar menghayati dan menikmati kedamaian itu dalam diri kita sendiri, barulah kemudian. Kita dapat menyebarkan kedamaian tersebut kepada lingkungan sekitarnya dan mengembangkannya.
Untuk mendapatkan kedamaian
Kesadaran yang dibawa dalam Doa, anjuran ke akan diwudkan dalam perkataan
untukemgembangkan kedamaian, akan tetapi yang paling penting adalah Doa harus
digabung dengan Pelaksanaannya dalam Kehidupan sehari-hari, inilah cara untuk mewujudkan Kedamaian, Kedamaian Dunia
harus diawali dengan Kedamaian Bathin. Seperti dijelaskan dalam Bhagavad-Gita
12:13 bahwa :
Advesta sarva bhutanam, maitrah karuna eva ca
Nirmamo nirahamkara, sama dukha-sukha ksami
Terjemahan :
Dia
yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat dan cinta kasih, Bebas dari keakuanan dan
keangkuhan, sama dalam suka dan duka, pemberi maaf.
Dalam hal ini Swami Vivekananda menyatakan bahwa “Cinta kasih adalah daya penggerak, karena cinta kasih selalu menempatkan dirinya sebagai pemberi bukan sebagai penerima dan dengan penuh kesadaran cinta dan kasih kepada Tuhan, maka kemahakuasaan Tuhan akan datang karena daya cinta kasih-Nya”. Dengan demikian cinta kasih adalah perasaan yang dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan. Dan kasih sayang merupakan perasaan yang lahir dari cinta kasih yang diberikan tanpa keterikatan. Sehingga seseorang yang telah mengapliksikan cinta kasih dan kasih sayang ini, maka akan menyayangi semua makhluk dan terbebas dari ego.
Pengendalian Diri dan Kedamaian
Dengan menyadari bahwa sifat dasar kita berasal dari sumber
yang sama, yaitu Brahman dengan demikian jiwa-jiwa yang ada pada setiap makhluk
adalah bagian dari Brahman, maka hendaklah kita selalu menerapkan sifat-sifat
itu dalam kehidupan ini karena kita mempunyai hubungan langsung dengan
unsur-unsur di alam semesta ini ; tanah, air, api, udara dan angkasa. Dalam
ajaran Hindu mengenal adanya Tat Twam Asi
yang mengandung pengertian bahwa aku adalah engkau dan engkau adalah aku, dan
menyakiti makhluk hidup lain pada dasarnya adalah menyakiti diri sendiri dan
juga sebaliknya.
Dari kesadaran inilah akan mencapai
kebahagiaan dan keharmonisan karena, mengetahui bahwa sesungguhnya diri kita,
orang lain serta makhluk hidup lainnya adalah bersaudara (Vasudaiva Kutumbhakam). Karena sebenarnya kita saling membutuhkan
satu dengan yang lainnya, bagaikan satu rumah dengan satu atap dengan sifat dan
tempramen yang berbeda, tetapi satu. Hal ini juga dijelaskan dalam Atharwa Veda
III. 30. 1 yang dijelaskan bahwa:
Sahrdayam
sam manasyam avidvesam krnomi vah,
Anyo anyam
abhi haryata vatsam jatam ivagh-nya
Terjemahan :
Wahai umat manusia, Aku
memberimu sifat ketulus ikhlasan, mentalitas yang sama, persahabatan tanpa
kebencian, seperti halnya induk sapi mencintai anaknya yang baru lahir, begitu
seharusnya kamu mencintai sesamamu.
Kehidupan
dalam bingkai kerukunan yang ada dalam agama Hindu jelas dalam tatanan yang berbhineka tunggal ika. Konsep yang ada tat twam asi, vasudaidewa kutumbhakam, tri hita karana dan serangkaian konsep
yang lain hanya sebatas konsep dengan deretan kata-kata indah, namun harus dijalankan dalam kehidupan. Penerapan
nilai-nilai kerukunan yang ada dalam kehidupan ini harus segera dipupuk sejak
dini bahwa indonesia adalah negara pancasila. Didalam Padma Purana dijelaskan
bahwa ada 8,4 juta jenis kehidupan dan 400 ribu adalah jenis manusia yang mempunyai
kesadaran kuncup, mekar dan mekar sempurna, sehingga kesadaran manusia
inimempunyai potensi yang sama untuk mengembangkannya sampai dengan tidak
terbatas untuk mengetahui kebenaran pengetahuan kerohanian. Itulah sebabnya
bentuk kehidupan manusia adalah berntuk tertinggi untuk mengenal kehidupan
materi dan spiritual. Di sinilah pentingnya Fungsi Keluarga sebagai
tempatnya terjadinya Transformasi nilai luhur yaitu Kasih sayang (Prema), dalam keluarga akan lebih mudah
disemai kasih dan sayang oleh karena ada jalinan kasih hubungan secara emosional
dan jasmani. Suksesnya di keluarga baru akan dapat mempengaruhi sebagai vibrasi
positif ke lingkungan yang lebih luas diluar keluarga.
Pelaksanaan di
kampus/sekolah dalam hal adalah memberikan kesempatan kepada rekan-rekan
mahasiswa agar terbiasa untuk mematuhi guru wisesa dengan melaksanakan protocol
kesehatan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengamalan dari yajna untuk
melindungi dari dan orang lain dari penyebaran COVID-19. Hal lain adalah dengan
dilakukannya pembelajaran jarak jauh dengan media online, hal lain sevanam
berupa kepatuhan kepada catur guru
terutama guru pengajian yang telah memberikan bimbingan kepada para siswanya.
Hal ini dilakukan sebagai wujud menerapkan kebahagiaan dalam lingkup masyarakat
dengen menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dan toleransi.
Pelaksanaan di masyarakat, bangsa dan Negara bahkan sebagai warga global. Hal ini dilakukan dengan memberikan keteladanan kepada orang lain dengan melakukan perbuatan baik dan mematuhi aturan serta norma yang berlaku (Purnandina, 2020). Pelaksanaan sevanam dalam hal ini adalah dengan melakukan penghormatan kepada semua orang tanpa dibatasi oleh agama, ras, adat, atau golongan tertentu. Hal ini mengacu pada landasan bangsa Indonesia yaitu keanekaragaman bangsa yang harus di pupuk dan di lestarikan serta dikenalkan kepada generasi muda agar tetap mempertahankan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan ini.
Melihat ke Dalam Diri
Kita seharusnya mempersiapkan diri, agar bisa terjalin
sesuai Hubungan kasih sayang, yang tidak memiliki hubungan tali jasmani, inilah
yang disebut sebagai Cinta Tanpa Syarat.
ini tercermin apabila kita mampu melihat Atma kita dan dapat merasakan Atma di
orang lain, maka cinta kasih akan muncul, disinilah Yadnya Sevanam dapat
Membangun Rasa Bersaudara yang kita harapkan di masa Pandemi Covid-19 ini. Merujuk maka yang menjadi harapan
kita agar ikutilah perubahan karena perubahan adalah inti dari kehidupan, tentunya perubahan kearah kebaikan yang mampu
menjadikan diri kita dan masyarakat luas lebih harmonis. Harus disadari bahwa
sebanyak apapun teman kita, harta kita, tingginya pendidikan, jabatan yang akan
meneruskan perjalanan selanjutnya adalah sang roh yang ada dalam badan kasar
ini (Sivananda, 2003). Kita tidak
boleh terlalu bangga dengan kedudukan kita sekarang, dalam falsafat jawa
dikatakan pangkat wenang minggat lan
banda bakal lungo (harta dan kekayaan pasti akan pergi), akan tetapi
gunakanlah kehidupan ini sebaik mungkin karena dilahirkan menjadi makhluk
berbadan manusia adalah sesuatu yang sangat sulit dalam Sarasamuccaya
diibarakan seperti kilat yang ada di langit. Hal ini berarti keberadaannya
sangat sulit dan harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Kehidupan manusia di era globalisasi saat ini penuh dengan tantangan yang sangat luar biasa. Corak kehidupan pada abad ke-21 ini terdiri dari berkomunikasi, berkolaborasi, kreatif dan berpikir kritis, sehingga dituntut kita sebagai individu harus saling pengertian dan memahami keberadaan orang lain. Umat Hindu mulai saat ini harus mempererat tali persaudaraan dengan intern jangan sampai permasalahan kelompok tertentu berimbas pada persatuan umat Hindu dengan tetap menjalankan moderasi beragama dalam kehidupan ini. Keberadaan Hindu saat ini yang dibutuhkan adalah kemajuan sumber daya manusia terutama dengan meningkatkan kemampuannya dalam segala bidang. Mengingat bahwa bangsa yang besar dalam peradaban manusia baik di Asia dan Eropa hal yang utama dilakukan adalah mengembangkan sumber daya manusianya. Hal ini seperti halnya negara Cina yang mempunyai peradaban besar dengan memiliki tembok besar cina, yang pada abad pertengahan terjadi berbagai macam pemberontakan, karena adanya mental sumber daya manusia yang lemah masih menerima suap, korupsi, kolusi dan lain sebagainya. Indonesia sebenarnya jauh lebih maju dalam peradaban manusianya terbukti dengan banyaknya peninggalan sejarah sebagai wujud keagungan nenek moyang kita jaman dulu.
Hal yang harus dilakukan adalah membentengi diri kita dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melakukan trisandhya, berjapa, dan mengusahakan perbuatan baik. Pada kehidupan ini pula kita tidak dapat memisahkan antara hal yang material kemudian kita melupakan spiritual namun keduanya harus seiring. Oleh karena itulah, ini kewajiban kita sebagai manusia harus mampu mengenal diri kita sendiri karena upaya mengenal diri kita sendiri itulah hal yang sangat sulit. Namun disisi lain kesempatan menjadi manusia adalah suatu hal yang sangat istimewa karena dibekali dengan pikiran yang mampu membawa manusia kearah kesadaran yang sempurna.
0 Response to "Berdamai dengan Diri"
Post a Comment