PANDANGAN
HINDU TERHADAP AIDS
Oleh:
Untung Suhardi
Pendahuluan
Dalam pandangan Hindu, kehidupan
di dunia ini tidak dapat terlepas dari kesenangan/
kebahagiaan, kesedihan/penderitaan, sakit, dan kematian (suka, dukha, lara, dan pati).
Keempat hal tersebut sudah menjadi kodrat bagi yang tidak dapat dihindari oleh
manusia. Kenyataan menunjukkan, bahwa beberapa
orang dapat mengenyam kebahagiaan dalam hidupnya, namun di pihak lain tidak
sedikit orang yang mengalami penderitaan, termasuk orang yang menderita karena penyakit AIDS.
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan
bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa atau hal yang terjadi di jagad
raya ini terbebas dari hukum sebab akibat (Karmaphala).
Setiap peristiwa yang terjadi sesungguhnya merupakan “akibat” yang jelas ditimbulkan
oleh suatu “sebab”. Demikian sebaliknya, suatu “sebab” baik dikehendaki atau tidak,
niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tidak dapat dihindari karena setiap
ciptaan tidak dapat melepaskan dirinya dari hukum suci Tuhan yang disebut Rtam. Dalam kitab Sarasamuccaya, sloka
7 disebutkan:
Karmabhumiriya bhahman, phalabhumirasau mata,
iha yat kurute karma tat, paratropabhujyate
Artinya :
Tuhan menetapkan bahwa segala perbuatan (karma) di
dunia ini adalah sebab,
yang niscaya akan menghasilkan akibat sebagai
pahalanya;
ketika telah mati maka tidak ada lagi yang dapat
dilakukan;
oleh karena
itu, sekarang juga karma harus dilakukan sebagaimana mestinya.
Sloka tersebut selanjutnya
dijelaskan ke dalam bahasa Kawi sebagai berikut:
Sebab kelahiran sebagai manusia
sekarang ini adalah kesempatan untuk melakukan perbuatan/karma (baik atau buruk),
karma itu juga yang akhirnya dinikmati sebagai buah perbuatan itu. Maksudnya,
baik buruk perbuatan sekarang ini akhirnya akan terbukti hasilnya; usai
menikmatinya maka menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat dari karmaphala itu. Wasana berarti bekas, sisa-sisa yang tertinggal
dari bau sesuatu yang mengikutinya; seperti kelahiran dari surga (swarga cyuta) maupun kelahiran dari neraka (naraka cyuta); demikianlah, baik buruk perbuatan (di alam surga dan
neraka), itu tidak berpahala. Oleh karena itu, sekarang juga diusahakan untuk
memilah perbuatan baik dan buruk itu. Selanjutnya, perlu kita
cermati petunjuk kitab Sarasamuccaya, sloka 30 yang berbunyi:
Pura cari ramantako, bhinakti rogasarathih,
Prasahya jiwita ksaye, subham mahat samaharet
Artinya :
Sebab
yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya, yang
menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut,
karena itu jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu
ke asal mulamu.
Berdasarkan sloka tersebut,
jelaslah bahwa fenomena yang terjadi di dunia ini tidaklah terlepas dari hukum
sebab-akibat. Bahkan segala macam penyakit, seperti HIV/AIDS diadakan oleh Sang Pencipta untuk maksud
tertentu dan juga diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab tersebut
pada hakikatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri, terutama oleh kelalaian
atau pelanggaran atas hukum alam kehidupan (Rtam)
yang telah ditentukan oleh Tuhan. Hal tersebut justru dimaksudkan untuk
memberikan peringatan, bahkan ganjaran terhadap
perilaku manusia yang melanggar norma kehidupan di jagad raya.
Kemungkinan adanya pelanggaran
norma memang dapat saja terjadi, mengingat manusia diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh
Tuhan untuk berpikir dan mengembangkan akal budinya guna mencapai tujuan
hidupnya. Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi, yang
bahkan tergolong perbuatan asubhakarma atau yang dalam hidup
keseharian disebut dengan penyimpangan hidup. Kemungkinan timbulnya
penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh Sang Pencipta dengan
memberikan konsekwensi berupa “penyakit”.
Dengan kondisi seperti itu,
diharapkan akan timbul rasa takut pada diri manusia untuk melanggar norma-norma
kehidupan yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang terlanjur melakukan perbuatan
keliru, diikuti dengan ancaman berupa penyakit seperti HIV/AIDS, diharapkan yang
bersangkutan dapat menjadi jera atau kapok. Walaupun sampai saat ini penyakit
AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh menyerah begitu saja, paling
tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha menyelamatkan tubuh ini
sebagai anugrah Tuhan yang paling berharga untuk mencapai tujuan hidup. Weda
menyatakan ”Dharmartha kama moksanam
sariram sadhanam”, yang artinya: tubuh itu adalah sadhana atau alat
untuk meraih tujuan berupa dharma, artha, kama dan moksa.
Menyadari peranan tubuh
yang demikian penting, maka bagi mereka yang belum sakit, haruslah waspada agar
tidak mengalaminya. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, hendaknya
menerima dengan jiwa besar selalu berupaya
mengatasinya dengan menghayati dan mengamalkan ajaran Veda yang berisi berbagai
pengetahuan (vidya) baik yang bersifat empirik maupun kerokhanian/spiritual.
Pencegahan HIV/AIDS
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan
bahwa sesungguhnya semua yang ada (peristiwa/hal yang terjadi) di dunia ini
tidak terlepas dari hukum sebab-akibat (karmaphala). Suatu peristiwa yang terjadi jelas
disebabkan oleh suatu akibat, sebaliknya sebab (dikehendaki atau tidak) niscaya
akan ada akibatnya. Semua ini tidak dapat dihindari.
Berkaitan dengan tersebarnya
berbagai penyakit termasuk HIV/AIDS, tidak terlepas dari karma manusia itu
sendiri, karena manusia kurang mampu mengendalikan diri dari perilaku seks
bebas. Mereka tidak mampu mengendalikan kama
atau raga (keinginan/nafsu) yang
merupakan salah satu dari enam musuh yang ada dalam diri manusia. Apabila nafsu
seks dilakukan tanpa mengindahkan etika maka perilaku tersebut akan
mengakibatkan tersebarnya berbagai penyakit, seperti infeksi menular seksual
(IMS) dan HIV/AIDS. Padahal sesungguhnya, tujuan hidup ke dunia ini adalah
untuk memutar roda kehidupan (evam pravartitam
cakram), tidak hanyut mengikuti hawa nafsu (aghayur indriya ramo), dan berupaya memperbaiki karma buruk menjadi
karma baik (asubhakarma menjadi subhakarma), dengan mengikuti petunjuk
susastra Veda (yah sastravidhi utsrijva).
Perbuatan baik harus dilakukan
sejak usia muda karena masa muda mempunyai kesempatan lebih banyak untuk
berbuat baik, termasuk bagaimana melakukan hubungan seks agar terhindar dari
penyakit ini. Kesalahan di masa lalu dengan perilaku hanya memenuhi kama hendaknya diubah dengan melakukan
sadhana, seperti rajin beryajnya, melakukan tapa-brata yoga dan
meditasi/samadhi sampai sang jiwa menjadi tenteram dan damai. Hal ini seperti dijelaskan dalam Bhagavadgita II. 65 bahwa:
Prasade
sarva duhkhanam, hanir asyopajayate,
prasanna cetaso hy asu, buddhih paryava tisthate.
Terjemahan:
di dalam jiwa yang tenang, segala penderitaan akan
sirna,
karena pikiran orang yang bijaksana dan tenang itu
akan menjadi teguh dalam keseimbangan.
Demikianlah manusia yang tekun
melakukan sadhana, mengamalkan yajnya
dan melakukan meditasi yoga, akan mampu menjauhkan diri dari perilaku
menyimpang. Akhirnya secara bertahap sikap mental mereka akan berubah karena
menyadari bahwa keberadaan hidupnya di dunia fana ini bukan hanya untuk
menyenangkan badan, melainkan untuk menyehatkannya. Mereka menyadari bahwa
hakikat keberadaan hidup adalah untuk memenuhi tuntutan sang jiwa di dalam,
yang selalu ingin bebas, sejahtera, damai, dan merasakan kebahagiaan sejati.
Kesimpulan
AIDS (Acquired Immunodefeciency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
berarti virus pemusnah kekebalan tubuh. Cara penularan HIV/AIDS melalui
hubungan seksual, transfusi darah, melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya,
dan dari ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya. HIV/AIDS dapat
dicegah dengan cara menghindari kontak dengan darah yang terinfeksi HIV, berhati-hati terhadap
penggunaan jarum suntik dan peralatan bedah obat infus, menggunakan kondom
bila berhubungan sek, dan menghindari pergaulan sek bebas.
Hindu memandang bahwa adanya HIV/AIDS
di dunia ini dimaksudkan sebagai pengendali perilaku manusia terutama yang
cenderung menyimpang dari kebajikan/moralitas dharma. atau Demikian pula perbuatan yang tidak
baik yang bertentangan dengan agama (adharma) hendaknya dihindari dengan
cara membiasakan diri melakukan sadhana, mengamalkan yajnya dan melakukan
meditasi yoga sampai menemukan kesadaran diri sebagai manusia seutuhnya serta
mencapai tujuan hidup Catur Purusa Artha berupa dharma, artha, kama, dan moksa.
0 Response to "AIDS dalam Pandangan Hindu"
Post a Comment