Dinamika Hindu Etnis Tionghoa (Sebuah Pengantar)
Oleh:
Kadek Hemamalini
Untung Suhardi
Berintegrasinya masyarakat Cikung Bio yang meyakini Tao sebagai ajaran leluhurnya dan
secara legal formal beragama Buddha menjadi Hindu, menunjukkan bahwa keyakinan yang
sudah mengakar dengan dijiwai oleh budaya dan tradisi yang sudah turun
temurun akan sangat sulit untuk dilepaskan. Terlebih lagi bahwa keyakinan itu
bukan hanya sebagai ‘tempelan’ semata atau simbol identitas hanya untuk
mendapat pengakuan yang legitimate, tetapi merupakan way of life bagi masyarakat tersebut.
Filsafat Ketuhanan Tao dapat dikatakan sebagai suatu
cara pandang tentang “aturan dan jalan menuju kebajikan”, dengan konsep
keyakinannya yaitu “dari isi kembali isi dan dari kosong kembali kosong” yang disebut
dengan Wu Wei, pada intinya
mengajarkan hakikat kekuatan hidup yang mendasar
melalui penerimaan
tanpa pamrihdengan memberi tanpa ingin meninggalkan bekas dan tidak mengharapkan balasan, tidak mementingkan diri sendiri serta berserah diri. Dalam
aplikasinya sesuai dengan sifat pragmatisme
masyarakat etnis Tionghoa, Tuhan yang imanenlah
yang lebih banyak atau mendapatkan fokus pemujaan ataupun permohonan, Tuhan
yang transenden hanyalah bersifat
kebaktian murni tanpa pengharapan imbalan, sehingga terkesan masyarakat ini
lebih mengutamakan hal-hal duniawi daripada hal-hal rohani.
Bahwa Filsafat Ketuhanan dalam Tao memiliki keterkaitan yang
erat bahkan sangat mirip dengan Filsafat
Ketuhanan dalam Hindu, baik dari segi konsep Ketuhanan dan kosmologinya,
hal ini dapat dijadikan sebagai alasan utama dalam pengintegrasian oleh masyarakat
tersebut.. Secara aplikatif, kemiripan kembali ditemukan dalam tataran praksis kehidupan sehari-hari
masyarakat tersebut dalam bentuk upacara dan ritual persembahyangannya, namun
apabila dilihat secara sepintas, tidak
dapat menemukan unsur Hindu yang familier, doa-doa yang tetap menggunakan
bahasa asli mereka tanpa menggunakan doa seperti Tri Sandhya ataupun Kramaning
Sembah.Hal ini membuktikan bahwa secara praktis konsep Suddhiwadani pada masyarakat tersebut
belum teraplikasi masuk secara menyeluruh kedalam kehidupan keseharian
masyarakat tersebut.
Dengan bergabungnya masyarakat Tionghoa Cikung Bio ke dalam keluarga besar
Hindu melalui proses Suddhiwadani tidak berarti mereka dapat melebur dengan
mudah. Proses asimilasi dan akulturasi tidak terjadi dalam kasus ini, melainkan
munculnya resistensi terhadap budaya Hindu khususnya Bali terhadap
masyarakat ini. Budaya masyarakat Tionghoa tetap melekat dengan kuat dan
membentuk dan menunjukkan suatu bentuk identitas baru yaitu sebagai Masyarakat
Tionghoa Hindu.
0 Response to "Hindu Etnis Tionghoa"
Post a Comment