Kedudukan Kakawin Arjunawiwāha : Menelusuri Aspek Sejarah
Oleh:
Untung Suhardi
Kitab Arjunawiwāha sebagai sastra pertama dalam perjalanan sastra yang ada di
Jawa Timur yang ditulis pada abad ke 11 pada masa raja Airlangga (Zoetmulder, 2005: 302). Perjalanan sastra ini
menjadi pioner dalam penulisan karya sastra yang ada pada jamannya. Pandangan
beberapa ahli yang mengadakan kritik terhadap teks sastra seperti Kern,
Luxemburg, Zoetmulder dan tokoh sastra yang lainnya memberikan pandangan dan
pujian yang argumentatif tentang
keberadaan kakawin Arjunawiwāha. Zoetmulder sendiri dalam tulisannnya dalam
buku Kalangwan (2005) memberikan
penjelasan bahwa dari sudut pandang komposisi teks pada umunya, gaya bahasa
yang dalam tataran puisi kakawin sangatlah mendekati kesempurnaan (Zoetmulder,
2005: 302). Buah karya mpu Kanwa ini menjadi pembicaraan yang sangat menarik
ketika dihadapkan pada kritik sastra yang pernah diperkenalkan oleh Culler
(1977: viii) bahwa ketika mengkritik sastra adalah usaha menangkap makna dan
memberi makna kepada teks karya sastra tersebut (Pradopo, 2012: 141). Pada saat yang sama merupakan perwujudan
bhakti kepada agama, sehingga tujuan estetik dan religius dapat disatukan,
untuk itulah pujangga melakukan praktis “yoga
sastra”
dengan melakukan meditasi pada pengalaman estetik. Pada uraian di atas, menunjukan bahwa para penyair kakawin telah
menunjukan fungsi utama kakawin, yaitu religius, alegorikal (perumpamaan), dan
estetik (Creese, 2012: 13).
Keberadaan sastra sangatlah erat kaitannya dengan kebudayaan
yang ada pada saat teks itu ditulis. Hal yang sama ketika Arjunawiwāha karya Mpu Kanwa yang ditulis dalam bahasa Kawi pada zaman
Airlangga Raja Medang Kamulan. Kakawin ini ditulis
sekitar tahun 941-964 Saka atau 1019-1042 Masehi. Dalam Arjunawiwāha ini,
sosok Arjuna diibaratkan sebagai Airlangga. Karena populernya, cerita ini
berkali-kali ditulis ulang dengan berbagai judul berbeda, misalnya Mintaraga
atau Bagawan Ciptaning. Kitab Arjunawiwāha karya Mpu Kanwa merupakan karya sastra dalam bentuk kakawin yang diciptakan pada abad
11 (1019-1042) atau menurut Zoetmulder antara tahun 1028-1035. Karya monumental
ini diciptakan pada masa pemerintahan Prabu Airlangga di Kerajaan Kahuripan. (Linus Suryadi AG, 1995:
88). Arjunawiwāha merupakan tonggak pertama yang mengawali sastra puitis
Jawa Timur. Tidak ada satu kakawin pun yang tidak bertanggal, yang ditulis
sebelum Arjunawiwāha. (P. J. Zoetmulder, 1974: 302).
Dalam kakawin Arjunawiwāha,
Mpu
Kanwa menuliskan Airlangga sedang melakukan ‘pertempuran, operasi
militer, perang’. Ada indikasi kalau Mpu Kanwa menulis kakawin tersebut ketika
Airlangga sedang melakukan perang, mengalahkan Raja Wengker dan para sekutunya,
antara tahun 1028-1035. Airlangga hidup di sebuah pertapaan selama beberapa
tahun dan ia telah mencapai kemanunggalan dengan mahadewa. Ia ditugasi untuk
kembali ke dunia dan membaktikan diri dengan tugas yang berat. Rupanya Mpu
Kanwa ingin mengisyaratkan bahwa kemenangan Arjuna (Arjunawiwāha: Pernikahan
Arjuna) sama dengan kemenangan Airlangga. Berg dalam P. J. Zoetmulder
(1974: 311) berpendapat bahwa kakawin Arjunawiwāha merupakan riwayat
hidup Airlangga dan perkawinannya. Hal ini bertentangan dengan pernyataan sebelumnya,yaitu
‘pertempuran, operasi militer, atau perang’. Tafsiran ini dipersoalkan karena
‘ekspedisi militer’ yang dimaksud adalah suatu kiasan hubungan antara suami
istri dalam mahligai rumah tangga. Dalam cerita Arjunawiwāha terdapat suatu
bagian yang diambil dari kisah tentang para Pandawa seperti yang diceritakan
dalam Mahabharata, yaitu waktu mereka selama 12 tahun hidup dalam pembuangan di
hutan. Apabila dibandingkan dengan epos Mahabharata, maka kemiripan hanya pada
saat terjadi pertemuan antara Arjuna dan Siwa. Kemiripan yang bertemakan “umum
biasa” hanya pada saat penyamaran Indra sebagai brahmin, Arjuna yang tinggal di
surga dan perlawanannya dengan para raksasa. Akan tetapi, konteksnya berbeda
satu sama lain dan seluk beluknya memperlihatkan perbedaan yang jelas.
Akan Ada Tulisan yang berlanjut:,,,,
0 Response to "Kedudukan Kakawin Arjunawiwāha"
Post a Comment