A. Pendahuluan
Om
Swastyastu, Om Avighnam astu, Om Anu badrah kratavo yantu wis watah.
Dalam kehidupan
globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang terus berkembang dengan pesatnya. Mampu melahirkan
dampak yang positif dan juga dampak yang negatif yang akan berpengaruh pada
pola pikir dan tatanan kehidupan manusia baik secara individu maupun dalam
kehidupan sosial masyarakat. Dan ketika kita tidak mampu membuat filter dalam
diri masing-masing maka, akan terjerumus dalam hal-hal yang negatif. Hal ini tidak hanya dialami oleh bangsa indonesia saja akan tetapi, dialami oleh
seluruh bangsa-bangsa di dunia. Dalam kehidupan sekarang ini banyak terjadi,
peperangan atas nama agama atau golongan tertentu, adanya tindakan diskriminasi, bencana alam serta adanya
kejadian-kejadian lainnya yang selalu menghiasi media cetak dan media
elektronik sekarang ini.
Kondisi ini tentunya
sangat berbeda dengan zaman dahulu yang masih bersifat tradisional yang selalu
mengutamakan nilai-nilai etika dan kebersamaan. Akan tetapi, seiring dengan
perjalanan waktu yang terus berubah dan menurut ajaran Hindu zaman ini adalah zaman Kaliyuga yang selalu diidentikan
dengan harta dan kekuasaan yang didapatkan dengan segala cara yang sering
menyimpang dari ajaran dharma, sehingga hal yang nampak adalah seseorang yang
mempunyai kecerdasan Intelegensi yang tinggi akan tetapi, kurangnya kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia sekarang ini.
Dari kenyataan inilah hal-hal yang menjadi
tujuan kita mencapai keharmonisan dan kedamaian sangatlah sulit untuk
diwujudkan karena kita tidak pernah menyadari bahwa semua didunia ini berasal
dari Brahman dan akan kembali kepada Brahman. Dan kehidupan manusia ini harus
disadari bahwa inilah sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri, seperti yang
dijelaskan dalam Sarasamuccaya 4 menyatakan bahwa :
Apan iking dadi
wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng
sangsara, makasadanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika
Artinya : menjelma menjadi manusia itu adalah
sungguh-sungguh sangat uttama, sebab demikian, ia dapat menolong dirinya dari
keadaan sangsara(lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik,
demikian keuntungan dapat menjelma menjadi manusia (Nyoman Kajeng, 1999 : 9).
Dari permasalahan
inilah maka, pada dharma wacana ini saya
mengambil judul “Menumbuhkan Cinta Kasih
Dan Kasih Sayang Untuk Mencapai Kehidupan Yang Harmonis”. Ada beberapa hal yang akan saya sampaikan antara lain :
1. Bagaimanakah
konsep Hindu tentang Cinta kasih dan kasih sayang dalam hidup ini ?
2. Bagainamakah
implementasi cinta kasih dann kasih sayang dalam kehidupan untuk mencapai
keharmonisan ?
B.
Konsep
Hindu tentang Cinta kasih Dan kasih Sayang Dalam Kehidupan
Kata cinta berarti perasaan pada
kesenangan, kesetiaan, kepuasan terhadap suatu objek, sedangkan kasih berarti
perasaan cinta yang tulus ihklas (Lascarya)
terhadap suatu objek. Hal ini akan lebih menarik apabila seseorang baru
mengenal baru sebatas cinta, yang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan
segalanya hanya karena cinta, lalu apa
yang menjadi kebutuhan lebih tinggi dari cinta ? tentu jawabanya adalah kasih,
yaitu suatu perasaan yang timbul tanpa
adanya rasa yang mengikat.
Dalam bahasa Sansekerta cinta berasal dari akar kata Snih yang berarti yang patut dipelihara. Dalam hal ini Swami
Vivekananda menyatakan bahwa “Cinta kasih adalah daya penggerak, karena cinta
kasih selalu menempatkan dirinya sebagai pemberi bukan sebagai penerima dan
dengan penuh kesadaran cinta dan kasih kepada Tuhan, maka kemahakuasaan Tuhan
akan datang karena daya cinta kasih-Nya”. Dengan demikian cinta kasih adalah
perasaan yang dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan. Dan kasih sayang
merupakan perasaan yang lahir dari cinta kasih yang diberikan tanpa
keterikatan.
Cinta
kasih dan kasih sayang ini timbul karena pada dasarnya ada 5 aspek kepribadian
manusia yaitu 1) Intelek (Kecerdasan) untuk memilah dan memilih yang benar atau
salah 2) fisik terkait dengan jasmani yang berhubungan dengan tindakan baik 3)
emosi sesuatu hasrat yang harus dikendalikan untuk mencapai kebahagiaan 4)
kejiwaan, kepribadian manusia untuk perduli kepada orang lain dan makhluk
sekitar 5) Spiritual, dasar untuk
menyadari kemahakuasaan Tuhan. Dari kelima aspek dasar inilah cinta kasih dan
kasih sayang sudah mulai timbul.
Dengan menyadari bahwa sifat dasar kita berasal dari sumber
yang sama, yaitu Brahman dengan demikian jiwa-jiwa yang ada pada setiap makhluk
adalah bagian dari Brahman, maka hendaklah kita selalu menerapkan sifat-sifat
itu dalam kehidupan ini karena kita mempunyai hubungan langsung dengan
unsur-unsur di alam semesta ini ; tanah, air, api, udara dan angkasa. Dalam
ajaran Hindu mengenal adanya Tat Twam Asi
hal ini mengandung pengertian aku adalah engkau dan engkau adalah aku. Mengandung
makna bahwa menyakiti mereka sama dengan menyakiti diri kita sendiri dan
menolong orang lain pada dasarnya menolong orang lain. Sehingga kita selalu
berempati dengan keadaan orang lain.
Dari kesadaran inilah akan mencapai
kebahagiaan dan keharmonisan karena, mengetahui bahwa sesungguhnya diri kita,
orang lain serta makhluk hidup lainnya adalah bersaudara (Vasudaiva Kutumbhakam). Kita
bersaudara dengan alam, sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh
karena itu, dari semua inilah akan melahirkan cinnta kasih dan kasih sayang.
C.
Implementasi
Cinta kasih Dan kasih Sayang Dalam kehidupan ini Untuk Mencapai keharmonisan
Setiap
ajaran agama selalu menekankan tentang adanya cinta kasih dan tidak ada satu ajaran
agama yang mengajarkan tentang kekerasan dan kebencian terhadap pemeluk agama
lain. Dalam hal ini selalu mengutamakan agar selalu berpikir, berkata dan
berbuat yang benar. Untuk mendapatkan
kebahagiaan baik secara jasmani maupun rohani.
Akan
tetapi apa yang terjadi sekarang? Dengan melihat bangsa Indonesia sekarang ini,
kita merasa sangat prihatin, yaitu tentang adanya kejadian-kejadian yang akhir
ini menerpa bangsa ini yang meliputi segala aspek kehidupan. Sehingga dalam
menjalani hidup ini selalu dihantui dengan keresahan, kegelisahan serta suasana
yang tidak menentu.
Dari
kenyataan ini apakah penyebanya ? semua ini penyebabnya adalah adanya keinginan
(nafsu) yang tidak terbatas, kemarahan, serakah, kebingungan, kemabukan dan
irihati yang selalu menyelimuti dalam diri kita. Hal ini seperti dijelaskan
dalam Kakawin Ramayana 1 menyatakan bahwa :
Ragadi musuh mapara
Rihati ya tonggwanya tan madoh ringawak
Yeka tan hana
ri sira
Prawira wikihian sireng niti
Artinya :
Hawa
hafsu dan sebagainya (sad ripu) musuh yang dekat didalam hati tempatnya tidak
jauh dari kita, yang seperti itu tidak ada padanya, pemberani dan sangat
mengetahui tentang ilmu pemerintahan (Tim Penyusun, 2007 : 53).
Jadi, musuh inilah yang menjadi musuh utama
manusia, hal ini tidak berada diluar diri kita
tetapi berada dalam diri kita masing-masing yang harus kita perangi
untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri. Karena pada dasarnya jika diri
kita sudah harmonis pada tataran individu maka, kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara ini akan mencapai kedamaian dan kebahagiaan.
Dengan
demikian, keharmonisan ini yang menjadi tujuan kita bersama dapat dicapai jika
dari masing-masing individu sudah menumbuhkembangkan sifat cinta kasih dan
kasih sayang dalam kehidupan ini sehingga, akan mampu untuk melaksanakan tugas
yang menjadi kewajiban bersama baik dharma agama maupun dharma negara.
D.
Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas, bahwa
cinta kasih dan kasih sayang mempunyai makna yang universal, yaitu tidak hanya dilakukan kepada sesama manusia,
tetapi kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian untuk menumbuhkan
cinta kasih dan kasih sayang dimulai dari individu masing-masing dengan cara
menaklukan nafsu, amarah, serakah, irihati, kebingungan dan kemabukan. Oleh
karena itu marilah kita coba merenung sejenak, bertanya kepada diri sendiri,
mengapa aku benci kepadanya, mengapa aku selalu dendam kepadanya, mengapa aku
musuhi dia, kenapa aku dengki kepadanya, mengapa aku iri kepadanya, sambil
merenung kita harus sadar bahwa diantara kita adalah saudara (vasudaiva kutumbhakam) dan diri kita
dengan seluruh makhluk hidup lain adalah sama bahwa aku adalah engkau (Tat Twam Asi). Maka, Setiap timbul
dalam pikiran kita benih-benih permusuhan selalu ingat yaitu Satya (kebenaran),
Santy (kedamaian), Dharma (kebijakan), Ahimsa (tanpa kekerasan).
Untuk itulah marilah kita
bersama-sama menumbuhkan cinta kasih dan kasih sayang pada diri kita
masing-masing, karena saya yakin jika semua orang mempunyai perasaan cinta
kasih dan kasih sayang kepada seluruh ciptaan Tuhan maka, bangsa dan seluruh
dunia ini akan terasa indah dan damai. Oleh karena itu, marilah kita mencontoh
dari ilmu pohon yang selalu
memberikan keteduhan dan kenyamanan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan suku,
asal, pangkat atau golongan, tua, muda, kaya atau miskin.
Demikianlah dharma wacana yang dapat
saya sampaikan mudah-mudahan dapat menjadi wacana kita bersama dalam mengarungi
kehidupan yang penuh dengan dinamika ini.
Om
Santi, Santi, Santi;
Jakarta, Juli
2012
Untung Suhardi
0 Response to "Cinta Kasih dan Kasih Sayang"
Post a Comment