Makna Yajna Naciketa



Makna filosofis dari yajna Naciketa !
Didalam kitab upanisad tepatnya Katha Upanisad,  terjadi suatu perselisihan antara anak dan ayah tentang pelaksanaan upacara yajna. Dalam perselisihan itu dilatarbelakangi oleh yajna yang dipersembahkan oleh seorang Brahmana miskin yang bernama Vajasravasa, beliau melaksanakan yajna dengan mempersembahkan sapi yang sudah tua dan linglung untuk diberikan kepada para pendeta.
Pelaksanaan yajna tersebut sangat tidak disetujui oleh anak Brahmana itu yang bernama Naciketa karena dia merasa tidak puas sebab pelaksanaan yajna itu tidak sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat didalam kitab suci, yaitu Veda. Dengan melihat keadaan ini Naciketa mengusulkan diri untuk menjadi korban sebagai ganti sapi-sapi yang tidak layak sebagai persembahan yajna. Karena permintaan itu sang Brahmana itu marah besar dan mengutuk Naciketa untuk diberikan kepada Dewa Yama (dewa kematian). Dengan tulus ikhlas Naciketa terus pergi kekediaman Dewa Yama, akan tetapi, beliau tidak ada ditempat untuk itu Naciketa menunggu raja kematian itu selama 3 hari 3 malam. Setelah Dewa Yama pulang beliau sangat kaget ada seorang tamu yang telah menunggunya selama 3 hari tidak makan. Untuk itulah Dewa Yama menjanjikan 3 permintaan kepada Naciketa, yaitu :
·         Supaya bisa hidup kembali, bertemu orang tuanya dan kemarahan ayahnya sirna.
·         Supaya perbuatan baiknya tidak habis
·         Dewa Yama dimintai untuk menceritakan bagaimana mengatasi kematian.
Dari cerita ini dapat kita maknai bahwa didalam pelaksanan upacara  yajna harus dilakukan dengan cinta kasih yang tulus dan jangan dilihat dari bentuk luarnya saja. Akan tetapi, harus difahami tentang makna dari pelaksanaan upacara yajna itu. Dari kenyataan itu bahwa Naciketa walaupun sebagai anak kecil dia merasa khawatir mengenai sifat dari persembahan itu. Dia merasa kurangnya pelaksanaan yajna ituyang bersifat lahiriah  tanpa disertai dengan pemaknaan secara rohani dari yajna tersebut. Karena pemujaan dan yajna merupakan penyerahan diri secara total dan bertujuan untuk menbawa pikiran dan keinginan manusia untuk menuju kedamaian alam semesta.
Setelah Dewa Yama sampai dikediamannya beliau melihat Naciketa yang telah menunggu selama 3 hari 3 malam tidak makan. Kemudian dewa Yama memberikan 3 permintaan kepada Naciketa, permintaan Naciketa ialah : agar kemarahan ayah Naciketa sirna dan dapat bertemu dengan orang tuanya, permintaan Naciketa kedua ialah menanyakan kepada Dewa yama bagaimana penghuni surga memperoleh kekekalan, bahwa denga api sebagai jalan untuk mencapai dunia yang tidak terbatas, sehingga mereka memperoleh kekekalan. Api yang dimaksud ialah Tapa, jnana dan punia. Dalam pelaksanaan mereka lakukan dengan tulus ikhlas yang berdasarkan atas kesadaran atman yaitu kekuatan pokok dari jagat raya ini yang bersemayam ditempat yang paling rahasia yaitu dijantung. Permintaan Naciketa yang ketiga ialah cara seseorang mengatasi kematian. Hal ini merupakan pertanyaan besar bagi Dewa Yama karena telah menjadi rahasia dari para Dewata, bagi Naciketa umur panjang, emas, binatang ternak, tanah yang luas, kekayaan gadis para bangsawan. Semuanya ini telah ditawarkan oleh Dewa Yama hanyalah janji-janji kenikmatan semu (Hanya yang bersifat maya). Akan tetapi pengetahuan Brahman memberikan berkah yang berupa kekekalan. Selain itu kekayaan, umur panjang dan hal-hal yang bersifat duniawi tidak memiliki arti selama kematian masih mengintai kehidupan manusia. Oleh karena itulah Naciketa meminta pengetahuan yang berada duluar kematian, yaitu pengetahuan tentang atman (atmanvijnanam).
Dengan adanya permintaan Naciketa yang ketiga kepada dewa Yama, karena untuk kalangan para dewatapun masih ragu-ragu mengenai keadaan pembebasan. Kemudian naciketa mendesak dewa kematian itu. Akhirnya beliau memberikan ilmu pengetahuan tentang pembebasan itu. Dewa Yama menjelasskan kepada Naciketa bahwa dengan kebajikan orang akan mencapai kebenaran sedangkan mereka yang memilih kenikmatan dengan alasan kesenangan duniawi, maka dia akan menuju kelembah kehancuran. Karena dia yang dipenuhi dengan nafsu, mementingkan diri sendiri dan tertarik kepada kenikmatan duniawi maka dia akan terus dipengaruhi oleh hukum karma yang terus memberikan imbalan berupa kelahiran dan kematian, sehingga dia berada dalam kekuasaan kematian.
Seseorang yang mempunyai tingkat kearifan akan mempunyai nilai lebih tinggi dari pada kenikmatan akan keduniawian. Hal ini disadari karena keberadan kekayaan atau harta benda hanyalah sementara. Tetapi dengan api yajna itu maka dengan ketidakkekalan akan menuju pada kekekalan atau kehidupan yang abadi. Sehingga keberadaan dunia ini hanyalah maya, tetapi nyata jika diwujudkan sebagai kesadaran Atman. Dalam kehidupan dunia ini kita harus menggunakan jalan dari duni empiris untuk menyeberangi fenomena dunia ini. Sehingga akan mencapai keadaan transepiris yang berupa pembebasan dari kelahiran dan kematian.
Melalui yajna dan semadhi kepada yang maha tinggi yang berdasarkan atas kesadaran atman (Adiyatma-Yoga)seseornag itu  akan mencapai kebahagiaan yang kekal dengan cara melepaskan semua keinginan yang bersifat keduniawian. Seseorang sering sibuk dengan urusan duniawi dan selalu mempersembahkan yajna itu hanya untuk mencapai surga. Padahal keberadaan sorga itu hanyalah bersifat sementara. Akan tetapi, pengetahuan tentang yang nyata (Atman) itu bersifat abadi. Untuk mengungkap yang nyata itu, ada suatu kata gaib, yang mengerti suku kata ini akan dikabulkan segala keinginannya, kata itu adalah AUM atau OM karena merupakan suku kata dari Brahman yang mempunyai kekuatan tidak terbatas.
Dengan adanya penyerahan diri secara total kepada Brahman maka kesadaran atman akan muncul. Dan hal inilah yang menjadi jawaban pertanyaan Naciketa yang ke 3 tentang rahasia kematian. Bahwa atman itu adalah kekal Dia tidak terbunuh ketika tubuh terbunuh, dan kematian tidak akan mempengaruhinya ketika seseorang mengetahui jati diri yang sesungguhnya adalah Atman bukan badan yang mempunyai nama dan bentuk, sebenarnya telah menyadari sifatnya yang sesungguhnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makna Yajna Naciketa"

Post a Comment