Pemujaan Lingga di Pekalongan Jawa Tengah
Lingga Yoni dalam bentuk pelinggih atau bangunan candi
di Jawa jumlahnya ribuan. Khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta saja terdapat
72 situs candi dengan bangunan pelinggih Lingga Yoni. Satu kompleks candi saja
terdapat minimal 9 pelinggih “Lingga Yoni” seperti Lingga Yoni di candi Hijau,
candi Sambisari, candi Kedulan, candi Kranggan, candi Nogosaren
dan lain sebagainya. Bagian candi dengan Lingga yang terbesar saat ini adalah
candi Hijau, di kecamatan Brebah Yogyakarta dan masih banyak situs Lingga Yoni
yang menjadi tempat pemujaan peninggalan Mataram Hindu yang belum dieksavasi
oleh Dinas Purbakala sebagai cagar budaya. Sebagai aksara suci dalam bangunan
suci Lingga Yoni adalah Pranava aksara “OM” (AUM) yang dijelaskan dalam Lingga
Purana, ketika Brahman sedang menciptakan
alam semesta beserta isinya. Lingga yang dalam Atharwa Weda X.2.25 disebutkan bahwa. Brahman
menempatkan langit ini di atasnya. Brahman menempatkan wilayah tengah yang luas
ini di atas dan di jarak lintas (Griffith, R.T.H. 2006). Berdasarkan mantram ini bahwa bangunan
suci yang terdapat arca Lingga Yoni yang dipuja oleh umat Hindu
tidak ditemukan satu katapun, termasuk bila ditafsirlan dari segi Heurmenetika,
yang menyatakan Lingga Yoni sebagai simbol ketelanjangan, atau alat kelamin
laki-laki atau perempuan. (Penulis, Welaka, Mahasiswa S3 Ilmu Hukum di
Yogyakarta). Media Hindu edisi 59 – Januari 2009. Dengan demikian, simbol lingga yoni bukan
merupakan suatu wujud ketelanjangan seperti yang ada pada UU APP Oktober 2008
lalu. Jadi, simbol lingga yoni ini didalam Hindu merupakan suatu bentuk
pemujaan yang identik dengan paham sivaisme yang berkembang pada 400 masehi,
seperti yang berkembang di Kutai, Kalimantan Timur yang berbentuk yupa (
Bantas, 2000 : 6).
Selain peninggalan
lingga yang tersebar di India khususnya di daerah Mohenjodaro dan
Harappa, kemudian tersebar diwilayah kalimantan dan Jawa, keberadaannya ini ada
juga yang terdapat didaerah perbukitan, seperti yang ada didaerah Linggo Asri
Pekalongan, Jawa Tengah. Di Desa
Linggo Asri di Kecamatan Kajen dihuni oleh komunitas Hindu (25%).
Di tengah desa ada pura kecil dari lempengan batu yang disusun. Konon tumbuhnya
agama Hindu di tempat ini mulai sebelum kemerdekaan sampai tahun 1934.
Di dekat pura ada bangunan wantilan sebagai kelengkapan dari komplek pura. Di desa itu juga ditemui peninggalan sejarah lingga. Nama Desa Linggo Asri, menurut salah satu sesepuh Desa Linggo Asri, adalah adaptasi
dari batu lingga atau prasasti. Lingga berbentuk bulat panjang dan bersegi lima yang memang dimiliki desa tersebut. Lingga itu dijadikan simbol bahwa desa itu telah
berumur tua dan penuh dengan peninggalan sejarah (Majalah tempo
1987/8/8). Benda sejarah lain yang menyerupai pasangan lingga adalah yoni sehingga, keberadaan Lingga dan yoni itu diartikan
sebagai perwujudan simbol laki-laki dan perempuan. Dan ada lagi sebuah
pura di dalam objek wisata Linggo Asri, yang juga penuh dengan tafsir budaya. Akan tetapi keberadaan Yoni ini sampai sekarang belum diketahui secara
pasti tentang keberadaannya.
0 Response to "Pemujaan Lingga di Jawa"
Post a Comment