Empat Macam Penyembah Tuhan
Oleh : Untung Suhardi, S.Pd.H
Om Swastyastu
Ditengah era globalisasi menuntut untuk setiap insan harusmeningkatkan
kemampuan secara nyata dalam segi kehidupan, untuk meningkatkan kemampuan
inilah selalu dibarengi dengan akal dan nurani agar tidak melanggar norma-norma
kemanusiaan. Akan tetapi melihat fakta sekarang ini sungguh sangat miris,
ketika individu yang dalam memenuhi kebutuhan ini mereka terdorong sifat
serakah baik itu pada harta atau jabatan dan mementingkan sendiri serta
kelompoknya.
Kemudian
ada yang mengejar ilmu pengtehauan dengan mengutamakan titel tanpa ada
pengamalan dalam kehidupan, ada lagi seseorang yang mendekatkan diri kepada
Tuhan ketika mendapat kesenangan namun ketika mendapatkan kesenangan dia lupa
dengan Tuhan. Dari golongan itu ada juga seseorang yang mengutamakan
kebijaksanaan dalam kehiduan ini yaitu yang bersifat tidak merasa sedih ketika
dihina, tidak meloncat kegirangan ketika mendapatkan kesenangan, merasa
samaantara pujian dan cacian. Orang seperti inilah sebagai bhakta yang berbudi luhur.
Keadaan ini tertuang didalam
bhagavadgita.VII.16 disebutkan sebagai berikut :
catur-vidhā
bhajante mām
janāh
sukrtino ‘rjuna,
ārto
jijñāsur arthārthī
jñānī
ca bharatarsabha
Terjemahan :
Ada
empat macam orang yang baik hati memuja pada-Ku, wahai Arjuna, yaitu mereka
yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar harta, dan yang berbudi, wahai
arjuna.
(Gede
Puja, 2005:193)
Keempat macam penyembah
Tuhan itu dapat dijabarkan berdasarkan kualitas rohaninya. Ada yang kualitasnya
masih sangat awal, ada yang sudah lebih maju dan ada juga pemuja Tuhan (bhanjate) yang sudah berkualitas tinggi. Bertolak dari uraian tersebut bahwa dalam kesempatan ini
ada hal penting yang akan saya sampaikan yaitu empat
macam penyembah Tuhan itu yang
dijelaskan sebagai beikut :
1.
Artah
artinya pemuja Tuhan saat ia mengalami penderitaan, seperti sakit, sakit hati
karena dihina, ditimpa nasib malang atau sebab-sebab lain. Saat keadaan senang,
ia tidak ingat memuja Tuhan. Akan tetapi kalau bernasib buruk, baru ingat pada
Tuhan. Setelah opname di rumah sakit berbulan-bulan, barulah rajin sembahyang.
Dimana saja, ada pelinggih dihaturkan sesaji dengan permohonan agar lekas
sembuh. Kaul pun dihumbar dengan beribu janji kalau sudah sembuh. Namun saat
berlimpah harta, hidup berfoya-foya lupa sembahyang. Kemana-mana mengumbar
nafsu, begitu jatuh miskin, ia dililit utang dimana-mana. Ketika itu barulah
ingat dan memuja Tuhan, penuh pamrih agar diberikan mujizat rezeki mendadak. Jadi dalam hal ini
menganggap Tuhan sebagai tempat untuk mencurahkan hati (curhat) tentang
kesedihan dan penderitaan kita kemudian sebagai tempat untuk menampung segala
keluh kesah kita. Padahal segala kesengsaran atau kebahagiaan yang kita alami
merpangkal pada diri kita sendiri. Karena didalam Hindu mengenal adanya hukum
sebab akibat (hukum karmaphala) yang
harus diterima oleh setiap insan, jika dia menanam kebaikan maka kebahagiaan
yang diperoleh namun jika dia menanam keburukan maka kesengsaraan yang diperoleh.
2.
Arta Arthii
adalah penyembah Tuhan dengan tujuan memperoleh kekayaan. Saat ia ingin uang,
barulah memuja Tuhan dengan berbagai kaul, akan menghaturkan pelinggih, atau
sesaji tertentu disuatu tempat suci atau yang dianggap keramat. Banyak yang makemit
beberapa malam untuk memohon agar tendernya menang. Dagang menghaturkan sesaji
saat berjualan, sopir angkutan umum, saat mencari penumpang menghaturkan sesaji
di beberapa tempat yang dianggap keramat dan diyakini akan member rezeki.
Pemuja Tuhan seperti ini tidak salah. Ia juga termasuk orang beragama, hanya
dalam kualitas yang masih sedang. Baktinya kepada Tuhan masih tergolong aparabhakti, yaitu baktinya yang masih
tingkat awal seperti baktinya seorang anak kecil kepada orangtuanya. Anak kecil
bentuk baktinya kepada orangtuanya dengan jalan meminta berbagai keperluan yang
dia butuhkan. Anak kecil itu meminta-minta kepada orangtuanya bukan karena
pamrih, namun karena cinta dan hormat kepada orangtua. Seandainya saat ia minta
sesuatu kepada orangtuanya, lalu yang memberi
bukan orangtuanya, kemungkinan besar anak kecil itu tidak mau menerima. Karena
dengan orang lain itu tidak ada hubungan cinta-kasih. Bakti seperti ini
tidaklah salah sepanjang yang diminta itu hal-hal yang wajar. Akan tetapi hal yang harus diingat adalah segala
kekayaan yang kita miliki bersifat sementara, seperti dijelaskan dalam adagium jawa
bahwa bandha bakal lunga lan pangkat bakal minggat. Artinya kekayaan dan
pangkat yang kita miliki suatu saat akan sirna bersama sang waktu.
3.
Jijnyasuh
artinya yang sedang mengejar ilmu atau jabatan. Kelompok ketiga ini adalah
mereka memuja Tuhan untuk mencari kepandaian tertentu atau mengidam-idamkan
jabatan tertentu, misalnya menjelang pemilu ada orang-orang tertentu memohon ke
berbagai tempat suci agar daftar calegnya mendapat nomor topi. Atau kalau ada
lowongan jabatan menggiurkan, ada yang sampai mencari paranormal agar dapat
mencapai jabatan tersebut. Menyembah Tuhan seperti itu tidaklah salah, daripada
tidak ingat Tuhan sama sekali.
Demikianlah,
ada orang memuja Tuhan untuk mencari ilmu pengetahuan tertentu untuk tujuan
yang mulia. Adapula yang mencari jabatan untuk dapat mengabdikan segala
kemampuan untuk kepentingan orang banyak. Inilah termasuk permohonan yang
mulia. Sepanjang tujuan mencari ilmu dan jabatan itu untuk tujuan mulia
tidaklah salah mohon kepada Tuhan melalui pemujaan. Namun pemujaan seperti itu
belumlah termasuk memuja Tuhan sebagaimana idelanya. Pendeknya
manusia didunia ini tergila-gila
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sri Ramakrsna mengatakan bahwa : ”Dunia
ini adalah rumah sakit gila terbesar, didalam rumah sakit gila itu ada orang
yang mengejar kemasyuran, ada orang yang mengejar pangkat, ada orang yang
tergila-gila dengan sex. Dan kita disinipun gila juga, aka tetapi kita adalah
gila yang terbaik yaitu tergila-gila kepada Tuhan”. Kita
disini selalu merindukan kehadiran Tuhan dihati kita dengan cara memuji nama-Nya dengan setulus hati, karena
dizaman ini sangatlah cocok untuk melakukan pujian kepada Tuhan dengan cara
mengulang-ulang nama-Nya (Japa mantra) sesuai denga Istadewata masing-masing
pemuja.
4.
Jnani yaitu
memuja Tuhan untuk mencapai kebijaksanaan suci mencapai pencerahan rohani untuk
mewujudkan bersatunya Atman dengan Parama Atma. Inilah tujuan yang ideal dari
pemujaan pada Tuhan. Memuja Tuhan tanpa ada tujuan-tujuan duniawi sama sekali.
Memuja Tuhan seprti inilah pemujaan yang paling ideal sebagai pemujaan yang bersifat para bhakti atau bhakti yang tertinggi mereka memuja karena sebagai
suatu sadhana yang harus mereka
lakukan dan menjadikan Tuhan sebagai tujuan tertinggi. Dikatakan oleh Sri RamaKrsna bahwa kegiatan yang
dilakukan didunia ini hanyalah angka nol belaka yang tidak memiliki nilai
apapun, akan tetapi jika didepan angka nol itu diberi angka 1 maka, deretan
angka nol itu mempuyai arti, apalagi jika deretan angka nol itu ditambah terus
maka akan membentuk nilai yangsangat luar biasa. Hal ini berarti bahwa jika
kita bekerja didasari dengan kesadaran atman (disimbolkan dengan angka 1) maka
kerja kita sangat berarti dan mengangkat kesadaran manusia itu menuju kesadaran
yang tinggi, tetapi jika tidak didasari dengan kesadaran atman maka kerja kita
hanya sebuah kesia-siaan belaka.
Kesimpulan :
Dengan
adanya empat macam pemuja Tuhan itu, maka dapat diambil kesimpulan sejauh mana
dan diposisi mana diantara ke empat macam pemujaan kepada Tuhan kita berada,
jawabannya hati nurani yang paling dalam yang mengetahui itu. Yang jelas jangan
ada dusta diantara penyembah Tuhan itu.
Bentuk
pengamalan ajaran agama bukanlah hanya berbentuk upacara untuk memuja Tuhan.
Disamping berbakti kepada Tuhan, yang harus dilakukan adalah berbuat kebajikan
kepada sesame manusia dan alam lingkungan. Hidup manusia akan dapat meningkat
apa bila melakukan prema dan bakti, prema
dengan menggalang cinta kasih sesame dan makhluk lainnya. Bakti adalah pemujaan
kepada Tuhan dengan penuh keikhlasan dan penyerahan diri. Karena padadasarnya bahwa seseorang yang telah
mempersembahkan dirinya kepada Tuhan adalah orang yang berbudi luhur, artinya
bukan anggota badan kita dipotong-potong dan dipersembahkan kepada Tuhan,
tetapi tetapi mempersembahkan buah pikiran kita
untuk orang lain, menggunakan tangan, kaki dan anggota badan lain untuk
hal-hal kebaikan.
Melakukan
kebaktian dan kebajikan dalam Sarascamuscaya
disebut ista dan purta. Ista adalah kebaktian yang ditujukan kepada Tuhan dan purta adalah kebajikan berbentuk
perbuatan amal nyata untuk membantu orang lain mendapatkan kebahagiaan.
Ajakan : melalui dharma
wacana ini saya mengajak umat sedharma untuk memiliki 3 sifat yaitu :
·
janganlah
kita ingin dihormati oleh orang lain, tetapi hormatilah rnag lain, karena jika
kita mneghormati orang lain sesungguhnya kita menghormati diri kita sendiri.
·
Jadikanlah
perilaku kita lebih rendah dari rumput, harusnya kita rendah hati, tidak
sombong dan selalu mawas diri.
·
Jadilah
sifat seperti pohon. Merupakan lambang keuniversalan sehingga kita tidak perlu
untuk membeda-bedakan satu dengan yang lain, sehingga akan terwujud cinta
kasih.
Demikianlah pesan dharma yang saya sampaikan
mudah-mudahan menjadi wacana kita dalam mengarungi kehidupan ini.
Om Santih,
Santih, Santih Om
Daftar pustaka
Prabupada, Swami. 2000. Bhagavad-Gita Menurut Aslinya. Hanuman
Sakti : Jakarta.
Tim Penyusun. 2007. Widhya Dharma. Paramitha : Surabaya.
Tim Penyusun. 2007. Pedoman Kerukunan Umat Beragama Hindu. Mitra Abadi Press: Jakarta.
0 Response to "Bhakti Kepada Tuhan : Empat Macam Penyembah Tuhan"
Post a Comment