Catur Purusartha: Tujuan Kehidupan Manusia


Catur Purusartha sebagai Landasan Etis Kehidupan
Oleh:
Sukirno Hadi Raharjo
Untung Suhardi


Pendahuluan
Sering kali kita bertanya dalam diri kita sendiri prihal kehidupan ini, seperti: apa tujuan hidup ini?, Untuk apa hidup ini? kemana kita pergi setelah kehidupan ini? Dan sebagainya. Dalam agama Hindu yang menjadi tujuan hidup utama manusia di dunia ini tertuang dalam ajaran Catur Purusa Artha yaitu empat tujuan untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat diantaranya : dharma, artha, kama dan moksa.

 Kehidupan manusia di dunia tidak akan lepas dari keinginan dan kebutuhan untuk mencapai kebahagiaan. Namun kerap tidak kita sadari bahwa banyak diantara kita yang tidak mengerti makna kebahagiaan itu sendiri, sehingga banyak manusia yang tidak pernah bersyukur atas kenikmatan yang mereka dapatkan selama ini sebagaimana yang tertulis dalam Bhagwadgita.III.12;

iṣṭan bhogān hi vo devā
dāsyante yajña bhāvitā
tair dattān apradāyaibhyo
yo bhuńkte stena eva sa
Terjemahan:  
Sesungguhnya keinginan untuk mendapatkan kesenangan telah diberikan kepadamu oleh para dewa karena yajnamu, sedangka ia yang telah memperoleh kesenangan tanpa memberi yajna sesungguhnya adalah pencuri.

Berdasarkan sloka tersebut bahwa pencapaian kebahagiaan manusia pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan rohani. Untuk mencapai hal tersebut agama Hindu memberikan sebuah konsep tentang pencapaian tersebut yang kita kenal dengan Catur Purusa Artha. Catur Purusa Artha berasal dari akar kata Catur yang berarti empat, Purusa yang berarti jiwa, dan Artha yang berarti tujuan hidup. Jadi Catur Purusa Artha adalah empat tujuan hidup manusia. Catur Purusa Artha memiliki kaitan erat dengan Catur Asrama yang berarti empat tingkatan atau jenjang kehidupan manusia yang terjalin erat satu dengan yang lainnya. Uraian mengenai keterkaitan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama, dapat kita temui dalam susastra Hindu yang telah ditulis berabad-abad lamanya. Misalnya dalam kitab Mahabharata atau Asta Dasa Parva. Karena kesusastraan Hindu banyak diterjemahkan kedalam bahasa jawa kuno (kawi), maka uraian tentang Catur Purusa Artha juga ditemui dalam susastra jawa kuno lainnya, seperti kekawin Ramayana, Sarasmuscaya (versi kekawin), dan sebagainya.


Catur Purusartha sebagai landasan etis bermasyarakat
Kitab-kitab tersebut merupakan kitab yang banyak dibaca dan digemari sampai saat ini, maka ajaran Catur Purusa Artha merupakan ajaran yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman. Di dalam kitab Brahma Purana, dapat kita jumpai kutipan mengenai Catur Purusa Artha, seperti disebutkan di bawah ini. dharmarthakamamoksanam sariram sadhanamArtinya: Tubuh adalah alat untuk mendapatkan dharma, artha, kama, dan moksa
Kutipan di atas menjelaskan bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya, apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimilikinya. Semuanya tak lain adalah Catur Purusa Artha itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari Catur Purusa Artha:
1.     Dharma
Kata dharma berasal dari kata dhr yang berarti menjinjing, memelihara, memangku, mengatur. Jadi, dharma dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta semua makhluk. Menurut Santi Parva (109.11) bahwa semua yang ada di dunia ini telah memiliki dharma dan diatur oleh dharma. Sebagai contoh, manusia yang telah memelihara dan mengatur hidupnya untuk mencapai moksa adalah orang-orang yang telah melaksanakan dharma. Sebagaimana yang ditulis dalam kitab Sarasamuscaya bahwa jika artha dan kama yang dituntut, maka seharusnya lakukanlah dharma terlebih dahulu, pasti akan diperoleh artha atau kama itu nanti, tidak akan ada artinya jika memperoleh artha dan kama tetapi memyimpang dari dharma.
Keberadaan dharma dalam pembahasan yang mendalam dijelaskan dengan “dharma su satyam utamam”, yang artinya lakukanlah segala sesuatu berdasarkan dharma. Artinya, jika kita hendak melakukan sesuatu, lakuanlah hal tersebut berdasarkan dharma, jangan pernah menyimpang dari dharma. Sebab, dengan melakukan dharma terlebih dahulu, baik kama atau artha akan mengikuti. Sesungguhnya, kebenaran tertinggi adalah Brahman itu sendiri. Dharma itu seperti layaknya sebuah perahu. Perahu mengantarkan nelayan menyeberangi lautan, sedangka dharma adalah jalan untuk mencapai Tuhan (Brahman).

2.     Artha
Artha dapat diartikan sebagai tujuan hidup ataupun kepentingan orang lain. Namun dalam hal ini, artha lebih difokuskan pada kekayaan atau harta. Agama Hindu sangatlah memperhatikan kedudukan dan fungsi artha dalam kehidupan. Mencari harta atau kekayaan, bukanlah sesuatu yang dilarang, justru itu merupakan hal yang dianjurkan asalkan semua itu diperoleh berdasarkan dharma dan digunakan untuk kepentingan dharma pula. Dalam agama Hindu, sebenarnya artha bukanlah merupakan tujuan hidup, melainkan moksalah yang menjadi tujuan tertinggi umat Hindu. Artha hanyalah merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Di dalam kitab Sarasamuscaya dijelaskan bahwa jika harta diperoleh dengan jalan dharma, maka bahagialah orang yang memperolehnya, tetapi jika harta tersebut diperoleh dengan cara adharma, maka noda dan dosalah yang ia dapatkan. Harta yang diperoleh seseorang harus dapat dibagi tiga, yakni:
1)        Sadhana ri kasiddhan in dharma, dipakai untuk memenuhi dharma. contohnya untuk melakukan kewajiban-kewajiban dharma, seperti pelaksanaan yadnya
2)        Sadhana ri kasiddhan in kama. Dipakai untuk memenuhi kama, contohnya untuk kesenia, olah raga, rekreasi, menyalurkan hobby yang positip.
3)        Sadhana ri kasiddhan in arta, dipakai untuk mendapatkan harta kembali, contohnya untuk memproduksi sesuatu, berjalan, dan lain sebagainya.

Dalam ajaran agama Hindu, telah ditekankan bahwa harta tidak akan dibawa mati. Yang akan menentukan pahala kita adalah karma (perbuatan) baik dan buruk itu sendiri. Oleh karena itu, harta kekayaan hendaknya disedekahkan, dipakai, dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya dengan cara demikianlah harta tersebut memiliki nilai yang utama.

3.     Kama
Kama dalam ajaran agama Hindu berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kenikmatan tersebut merupakan salah satu tujuan hidup utama manusia karena manusia memiliki 10  indria (dasaindria) yaitu:
1)        Strotendriya               : keinginan untuk mendengar
2)        Tvakindriya                : keinginan untuk merasakan sentuhan
3)        Caksvindriya: keinginan untuk melihat
4)        Jihvendriya  : keinginan untuk mengecap
5)        Ghranendrya: keinginan untuk mencium
6)        Wagindriya : keinginan untuk berkata
7)        Panindriya  : keinginan untuk memegang
8)        Padendriya  : keinginn untuk bergerak atau berjalan
9)        Payvindriya : keinginan untuk membuang kotoran
10)     Upasthendriya: keinginan untuk kenikmatan seks
Kesepuluh indriya tersebut menyebabkan manusia berbuat sesuatu, perasaan ingin tahu. Kita harus dapat mengontrol indria tersebut agar tidak terjerumus kepada hal-hal negatif karena sering sekali indiya menjerumuskan manusia ke arah yang negatif. Kama atau nafsu tidak ada artinya jika dperoleh dengan cara yang menyimpang dari dharma. Dalam kekawin Ramayana, dikatakan bahwa, kenikmatan (kama) hendaknya terletak dalam kemungkinan yang diberikan kepada orang lain untuk juga merasakan kenikmatan. Jadi pekerjaan yang bersifat ingin menguntungkan diri sendiri memperoleh harta dan kenikmatan tidak dilaksanakan.

4.     Moksa
Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa memiliki arti, yakni pelepasan atau kebebasan. Maksud dari kebebasan disini adalah kebahagiaan di mana atma dapat terlepas dari pengaruh maya dan ikatan subha-asubha karma, serta bersatuya Sang Atman dengan Brahman (asalnya). Moksa juga daat diartikan sebagai mukti atau nirwana. Pada hakekatnya, manusia mengharapkan kebahagiaan yang tertinggi (sat cit ananda). Namun kebahagiaan seperti ini tidak dapat kita rasakan di kehidupan duniawi ini. Dalam ajaran Hindu, kebahagiaan yang kekal dan abadi hanya didapat dengan persatuan atman dengan Brahman.

Pengejawantahan ajaran Catur Purusa Artha
Berkaca pada gelombang samudra dan seperti layaknya kita menyebarangi samudera, tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, semua itu dapat diperoleh jika jalan yang kita tempuh untuk mencapai tujuan itu dengan jalan dharma. Karena Tuhan/Brahman itu adalah kebenaran itu sendiri. Tujuan umat Hindu sesungguhnya untuk mencapai dan melaksanakan dharma sebagai pengendali artha dan kama yang merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, yakni mencapai Sang Hyang Widhi (Moksa).

 Adapun kaitan Catur Purusa Artha dengan Catur Asrama. Seperti yang telah diuraikan sebelumnnya, bahwa Catur Asrama adalah empat tingkatan hidup manusia, mulai dari Brahmacari (masa menuntut ilmu), Grhasta (masa berumah tangga), Wanaprastha (mulai meninggalkan kehidupan materi), dan Biksuka/Sanyasin (melepaskan keterikatan duniawi). Keempat tingkatan ini hanya bersifat informal yang nantinya memiliki kaitan erat dengan Catur Purusa Artha, dengan kata lain, Catur Purusa Artha merupakan filsafat hidup dari Catur Asrama.

Penutup
Ajaran catur purusartha sebagai pijakan untuk kita semua bahwa Hindu mempunyai sumber ajaran yang sangat adiluhung sebagai pedoman dalam  mengarungi kehidupan kita. Namun demikian, apakah kita sudah menerapkan ajaran itu sesuai dengan yang tertera dalam kitab suci. Inilah yang menjadi pertanyaan retoris bagi kita semua bahwa terkadang kita sudah mengerti tentang ajaran yang ada dalam Hindu namun demikian sulit untuk menerapkannya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena sebagian besar dari kita tidak memahami dengan seutuhnya bahwa kebutuhan hidup manusia pada dasarnya selalu dipenuhi dengan keinginan (kama) yang menyebabkan pintu kesadaran kita tertutup. Namun, dengan usaha yang keras kita dapat melewati itu semua dan kita harus mempunyai keyakinan bahwa keinginan dan pemenuhan artha haruslah bersumber dari ajaran dharma baik cara mendapatkannya, menggunakannya dan bahkan kita harus selalu mengevaluasi diri kita sendiri bahwa selama keiginan ada dalam diri kita  maka, obyek Indria akan terus menjadi sasaran. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat dengan kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa bahwa kehidupan yang sementara ini harus kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Catur Purusartha: Tujuan Kehidupan Manusia"

Post a Comment