Pelapisan Masyarakat: Dinamika Kehidupan Sosial Keagamaan
Oleh:
Untung Suhardi
Pelapisan masyarakat
Pelapisan masyarakat (social
stratification) Pitirin A. Sorokin (dalam Soekanto, 1990)
menyatakan bahwa social stratification
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas tinggi dan kelas
yang lebih rendah. Gejala
tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara
vertikal. Aristoteles[1]
(Yunani) pernah mengatakan bahwa di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, yang miskin, dan yang berada di tengah-tengahnya.
Ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa di zaman itu, orang telah
mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat
(Horton, 1993).
Pitirin A. Sorokin (dalam Soekanto, 1990), mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barangsiapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Diantara lapisan atasan dan yang rendah itu, ada lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak mempelajari sistem lapisan masyarakat.
Pitirin A. Sorokin (dalam Soekanto, 1990), mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barangsiapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Diantara lapisan atasan dan yang rendah itu, ada lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri oleh mereka yang hendak mempelajari sistem lapisan masyarakat.
Biasanya golongan yang berada dalam lapisan atasan tidak
hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai masyarakat, tetapi
kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Mereka yang memiliki uang
banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga
kehormatan, sedang mereka yang mempunyai kekuasaan besar, mudah menjadi kaya
dan mengusahakan ilmu pengetahuan.
0 Response to "Pelapisan Sosial: Dinamika Kehidupan Sosial Keagamaan"
Post a Comment