Identifikasi Masalah Social Agama Hindu


Identifikasi Masalah Social Agama Hindu dan  Gagasan Pemecahan Masalah
Oleh:
Untung Suhardi


Lembaga social hindu yang berkembang saat ini masih dalam orientasi yang menunjukan sifat kedaerahan belum berlabel nasional, artinya dalam tahapan implementasinya masih menitikberatkan pada suatu daerah tertentu yang mendominasi dalam pelaksanaan kehidupan social keagamaan. Sehingga program yang seharusnya berjalan dengan baik terhambat oleh kepentingan budaya yang dibawa oleh mayoritas pengurus dari lembaga social tersebut. Misalnya dalam hal pelayanan kematian, perkawinan dan ritual lainya, sehingga tidak bisa diserap oleh sebagian umat Hindu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Jika mengacu pada masalah diatas tentu ada transformasi yang harus dilakukan seperti adanya pembekalan untuk wawasan bagi pengurus  agar berpikir dalam skup yang luas yang bisa mewakili komponen umat Hindu yang berlatar belakang budaya yang berbeda. Misalnya pada perlombaan UDG yang diadakan secara nasional, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih didominasi oleh suatu suku tertentu. 

 Padahal jika kita mengacu secara nasional standar yang digunakan adalah menggunakan standar yang bisa diterima oleh semua komponen  masyarakat Hindu yang berada di Indonesia. Untuk itulah dalam upaya untuk bersaing dengan lembaga social agama lain maka diperlukan sumber daya umat Hindu yang berkualitas sehingga mampu untuk menjawab semua tantangan dan mampu bersaing dengan lembaga social lainnya. Untuk itulah, ada beberapa hal yang menjadi kritik dalam pelaksanaan kehidupan keagamaan Hindu pada khususnya:
  
Pertama adanya lembaga social tempek, jika dia bukan anggota tempek tersebut maka yang terjadi adalah mendeskriditkan umat tersebut. Tapi jika mengacu pada ajaran Hindu maka semua manusia adalah saudara (wasudaiva kuntumbhakam). Dengan demikian label tampek harus dihilangkan pada diri orang tersebut sehingga hal yang mendeskriminasikan tentang kegiatan yang bernafaskan hindu dapat dihilangkan. Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan adalah dengan cara menyadari tentang hakikat diri kita sebagai manusia yang individu dan makhluk sosial yang harus membantu orang lain dalam kehidupan ini.

Kedua adalah Pemahaman yang keliru  tentang Kasta. Masalah ini muncul karena pengetahuan dan pemahaman yang dangkal tentang ajaran Agama Hindu dan Kitab Suci Weda yang merupakan pedoman yang  paling ampuh bagi umat Hindu agar  menjadi manusia yang beradab yaitu memiliki kemampuan bergerak (bayu), bersuara (sabda) dan berpikir (idep) dan berbudaya yaitu menghormati sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tanpa membedakan asal usul keturunan, status sosial, dan ekonomi. Pemahaman tentang adanya kasta ini merupakan penyimpangan dari ajaran catur warna yang didasarkan pada keturunan (wangsa) bukan berdasarkan pada profesi yaitu adanya Brahmana (orang yang ahli dalam beragama atau cendikiawan) Ksatria (orang  yang mempunyai profesi untuk membela negara), Waisya (pedagang yang menghidupi perekonimimian rakyat) dan sudra (orang yang melayani keempat warna tersebut) (Wiana, 2000).  Oleh karena itu untuk meluruskan pemahaman tersebut maka perlu adanya pemahaman dari  masing-masing individu untuk memahami ajaran veda dengan benar, dan  janganlah membaca suatu kitab suci secara sepotong-sepotong akan tetapi harus dibaca secara keseluruhan. Selain itu adanya pembinaan oleh penyuluh-penyuluh agama Hindu secara berkala serta adanya kesadaran bahwa sistem warna ini berdasarkan atas profesi bukanlah berdasarkan atas keturunan (wangsa). Sehingga sistem warna ini bukanlah pelapisan masyarakat secara vertikal akan tetapi hal ini merupakan sebuah tatanan masyarakat berdasarkan swadharmanya yaitu menurut keahlian dan profesinya. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Identifikasi Masalah Social Agama Hindu"

Post a Comment