INTERAKSI DALAM PERSPEKTIF HINDU
Oleh:
Untung Suhardi
Pendahuluan
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat
berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan
individu. Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap
namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses
penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut
disebut juga dengan interpretative process.
Bentuk
interaksi sosial yang berkaitan dengan proses Asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama adalah usaha antar
individu, antar kelompok, ataupun individu dengan kelompok dalam mencapai
tujuan bersama. Sedangkan akomodasi dapat di artikan sebagai suatu keadaan. Dan
asimilasi merupakan suatu proses di mana
pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Interaksi Sosial Dalam Kehidupan
Bentuk interaksi yang berkaitan
dengan proses Disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi,
dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu
atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan. Bentuk
kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara
persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses
sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Secara
kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis.
Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai makhluk
sosial yang selalu bermasyarakat (Soewandi, 2004: 19).
Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri
atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisahkan. Jiwa
dan raga inilah yang membentuk individu.Manusia juga diberi kemampuan (akal,
pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab
atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha
mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya
(dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya).
Perkembangan Interaksi dalam Veda
Perkembangan peristiwa tutur atau yang dalam perkembangan
modern menjadi interaksi atau komunikasi menjadi cabang ilmu yang menarik untuk
dikaji secara aspek keilmuan apalagi kaitkan dengan permasalahan agama dan
budaya. Secara aspek sejarah bahwa di negara Yunani dikenal sebagai negara yang
telah mengembangkan seni retorika yang dipelopori oleh Georgias (480-370 SM)
yang dianggap sebagai guru retorika pertama bagi sejarah umat manusia (Soyomukti,
2012:13).
Berkembang kemudian di Romawi ada seorang tokoh yang bernama Marcus
Tulius Cicero (106-43 SM) yang dikenal sebagai tokoh orator
pada susunan pidatonya Cicero menggunakan sistematika pendahuluan, pemaparan,
peneguhan, pertimbangan dan penutup. Pada isi pidato ini kemudian dikembangkan
lagi oleh kaisar Romawi yang bernama Julius Caesar (100-44 SM) yang dikemas
dalam bentuk pengumuman yang dimaksudkan agar seluruh berita dan kegiatan
politik diketahui oleh rakyatnya. Perkembangan yang menakjubkan lainnya ketika
pada 105 M diketemukannya kertas oleh bangsa Cina untuk menuliskan
berbagai berita yang kemudian digunakan sampai sekarang (Soyomukti,
2012:17).
Pada
ilmu komunikasi, dalam penyampaian pesan diperlukan sebuah media, karena
media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampikan pesan dari
komunikator kepada khalayak (Cangara, 2012: 137).
Berdasarkan hal tersebut kitab suci adalah sebagai media dalam memahami
keberadaan Tuhan dan pencapaian tujuan tertinggi dari Agama Hindu, yaitu Moksatam Jagadhita ya ca iti dharma.
Bagi umat Hindu keberadaan kitab suci Weda, banyak yang belum memahami secara
eksoteriknya, karena selama ini Weda bagi masyarakat Hindu khususnya di
Indonesia sangatlah banyak. hal ini lah yang menyebabkan banyak dari umat Hindu
yang tidak mengenal ajaran kitab sucinya, namun dengan adanya pembahasan bahasa
kawi dari Weda berlahan-lahan umat Hindu mulai memahami ajaran yang diwahyukan
oleh Tuhan. Selain itu kitab suci Weda yang telah dibahasa jawa kawi tersebut
dibuat di atas daun lontar dan itu menjadi salah satu pegangan bagi umat Hindu,
khususnya di Indonesia.
Secara
historis bahwa penyebaran ajaran Veda yang sudah sangat berlangsung lama telah
menggunakan pola komunikasi yang menggunakan verbal. Seperti halnya dengan
adanya transfer ilmi pengetahuan dari seorang rsi kepada para muridnya, juga
melalui verbal. Hal yang sama juga dilakukan oleh para maharsi nntuk menerima
wahyu Veda sejak jaman dahulu dimulai dari tapa dan meditasi orang suci untuk
mendapatkan wahyu Veda tersebut. Pola
interkasi antara guru dan murid, pemimpin dan rakyatnya, orang tua dan muridnya
merupakan wujud komunikasi yang dilakukan secara konvensional. Perjalanan
komunikasi ini memberikan pemahaman kepada penulis bahwa awal yang digunakan
untuk melakukan media komunikasi adalah diri manusia itu sendiri.
Proses berkomunikasi ini sebagai wahana untuk menyampaikan pesan kepada orang lain agar antara komunikan dan komunikator dapat saling memahami dan membawa kedamaian. Hal ini dijelaskan dalam kitab Sarasamuccaya 118 bahwa :
Proses berkomunikasi ini sebagai wahana untuk menyampaikan pesan kepada orang lain agar antara komunikan dan komunikator dapat saling memahami dan membawa kedamaian. Hal ini dijelaskan dalam kitab Sarasamuccaya 118 bahwa :
samyagalpaṁ ca
vaktavyamaviksiptena cetasā
vākprabandho hi saṁrāgādvirāgāvā
bhaVedasan
Terjemahan
:
Hendaknya
yang patut dikatakan itu adalah sesuatu yang membawa kebaikan, hal itu
janganlah digembar-gemborkan, berkeinginan disebut pandai berbicara, sebab
kata-kata itu jika berkepanjangan, ada yang menyebabkan senang ada yang
menimbulkan kebencian, tak baik hal serupa itu (Kadjeng, 1997
: 99).
Berangkat dari sloka
tersebut menunjukan bahwa segala perkataan yang dilontarkan oleh seseorang
mempunyai efek yang besar terhadap kehidupan ini. Penutur bahasa dalam masyarakat
tertentu dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang tidak hanya benar
tetapi juga sesuai dengan konteks sosial budaya. Kemampuan ini melibatkan
pengetahuan bersama dari kode linguistik, aturan sosial budaya, norma dan nilai-nilai yang memandu perilaku dan
interpretasi berbicara dan saluran komunikasi lainnya dalam masyarakat.
Pemahaman tentang interkasi sosial ini
tertuang dalam konsep yang sudah diterapkan oleh para pendahulu sampai saat ini
yang sudah dilakukan oleh umat manusia secara universal. Interkasi sosial yang dibangun
dalam cara pandang Hindu adalah cinta kasih tanpa batas yang tertuang dalam Tat Twam Asi (aku adalah engkau), Vasudaiva Kutumbhakam (semuanya adalah
bersaudara, serta kandungan nilai interkasi yang berujung pada persaudaraan
tanpa memenadang suku, ras, agama, dan golongan yang ada dalam kitab Veda baik
sruti dan smrti.
Komunikasi
dari segi bentuk sistem dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni sistem terbuka
(open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah
sistem di mana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya,
sedangkan sistem yang tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari
pengaruh luar. Dalam penerapanya, sistem terbuka banyak ditemui pada
peristiwa-peristiwa sosial di mana suatu kegiatan banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar, misalnya agama (Cangara, 2012: 60).
Penutup
Pengaruh
dari kitab suci yang dijadikan pedoman dalam beragama dengan sistem terbuka
contohnya: dijadikan sebagai media dalam penyampaian ajaran Hindu, disamping itu
pesan dari komunikasi para dewa dijadikan panutan dan dianalisis, sehingga
mampu menjawab setiap permasalaahn yang dihadapi umat. Pengetahuan yang suci
dalam kitab suci khususnya mengenai filsafat ketuhanan mengantarkan umat
manusia menjadi lebih baik. Apalagi dengan adanya berbagai bentuk dari kitab suci
Hindu merupakan suatu hal yang patut dibanggakan, karena Tuahn telah mengetahui
bahwa manusia yang lahir ke dunia memiliki yoni
dan vasana yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, umat manusia dapat memilih wahyu Tuhan sesuai dengan kebutuhan
dalam hidupnya dan menjadi tuntunan dalam penyempurnaan sang diri.
Terlebih
saat ini kitab suci telah disalin dan diterjemahkan untuk memudahkan umat Hindu
memahami Tuhan. Laukika dan waidika sebagai epistemologi sabda pramana,
memberikan komunikasi yang kemudian menjadi media penyebaran agama, karena
sumber pengetahuan dapat disampikan dari orang yang terpercaya dan berdasarkan
kitab suci. Hal ini kemudian di implementasikan berdasarkan kehidupan modern,
sehingga ajaran agama Hindu dapat eksis sampai saat ini.
0 Response to "Interaksi Dalam Veda"
Post a Comment