Konsep Manusia
Hindu: Dalam Pandangan
Vedanta
Oleh:
Sukirno Hadi Raharjo
Untung Suhardi
Manusia dalam Perspektif
Hindu
Dalam konsep
Hindu, manusia pertama disebut Swayambhu
Manu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya
sendiri. Secara etimilogi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya
pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut
konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman)
menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia
(yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya) yang sering disebut mikrocosmos
(bhuana alit) yang merupakan perwujudan dari makrocosmos (bhuana agung).
Manusia juga dikatakan makhluk Tri Pramana karena memiliki kemampuan utama yaitu berpikir, berkata
dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan
kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan
perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan
baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri,
mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia
di mana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.
Konsep Hindu, bahwa manusia terdiri dari dua
unsur, yaitu jasmani dan rohani. Di mana jasmani adalah badan, tubuh manusia
sedangkan rohani merupakan hakikat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan
atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari dari Stula Sarira, Suksma Sarira,
dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam
konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca
Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses
terjadinya Bhuana Agung atau alam
semesta.
Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang
terdiri 3 unsur yang disebut Tri
Antakarana terdiri dari manas atau alam pikiran, budhi atau kesadaran
termasuk di dalamnya
intuisi
dan ahamkara atau keakuan (ego).
Dalam Suksma Sarira terdapat unsur
halus dari Panca Maha Bhuta yang
disebut Panca Tan Matra yaitu; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra (Panca Budhindria dan Panca
Karmendria). Sedangkan Anta Karana
Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama
seperti Paratman, kekal abadi.
Manusia secara harafiah,
berasal dari kata manu yang artinya
makhluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan makhluk yang telah dibekali salah
satu kelebihan dibandingkan makhluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda, Idep. Tumbuhan
hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh,
sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga
untuk tumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki
ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang dibekali
sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik
dan buruk. Pikiran digunakan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan.
Dengan pikirannya, manusia diharapkan mengetahui
asal, tujuan, tugas, serta kewajabannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola
hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap
tindakannya sehingga tetep berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan
ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia
juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir
begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan
dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui
dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang
sejati.
Manusia
Makhluk Yang Berpikir
Dalam ajaran agama Hindu dinyatakan bahwa antara makhluk
ciptaan Sang Hyang Widhi, manusia merupakan makhluk yang paling lengkap.
Dikatakan demikian karena dalam diri manusia terdapat tiga unsur tersebut
meliputi;
1) Idep, yaitu
unsur akal budhi yang memberinya kemampuan untuk berpikir, idep juga disebut
juga manah
2) Sabda, yaitu
unsur suara yang memberinya kemampuan untuk berbicara atau berkata-kata, Sabda
juga disebut wak atau waca.
3) Bayu, yaitu
unsur tenaga yang memberinya kemampuan untuk berbuat sesuatu atau bekerja. Bayu
biasanya disamakan dengan kaya, yang artinya badan karena geraknya bayu
ditunjukkan oleh geraknya anggota badan.
Ketiga kemampuan ini disebut Tri Pramana. Dari ketiga kemampuan itu Idep atau manah dikatakan
sebagai sumber yang menggerakan wak dan kaya, seperti dinyatakan dalam
terjemahan Sarasamuccaya.79, dalam bahasa Jawa Kuno, seperti;
Adapun kesimpulannya, pikiranlah yang merupakan unsur yang
paling menentukan, jika penentuan perasaan hati telah terjadi maka mulailah
orang berkata atau melakukan prbuatan. Oleh karena itu, pikiranlah menjadi
pokok sumbernya.
Dengan demikian, jelas bahwa manusia
adalah makhluk berpikir yang membedakan dengan binatang yang hanya mampu
bergerak dan bersuara, sedangkan tumbuh-tumbuhan hanya mampu tumbuh tidak bisa
berpindah-pindah. Dengan kemampuan berpikirnya manusia dapat mengolah isi alam menciptakan
berbagai peralatan untuk menopang kebutuhan hidupnya, guna memperingan dirinya
dari berbagai beban kerja. Pikiran manusia
melahirkan keinginan dan cita-cita dan dengan mengembangkan keinginan dan
cita-citanya itu serta dituntut oleh akal dan pikirannya manusia menjadi
berbudaya, melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memang
pikiran manusia tidak pernah diam dan berhenti, selalu gelisah ingin berkembang
dan berbuat, selalu mempunyai keinginan untuk maju, seperti yang dinyatakan
dalam terjemahan Sarasamuccaya.81, sebagi berikut;
Demikianlah hakekatnya pikiran itu, tidak menentu jalannya,
banyak yang dicita-citakan, terkadang berkeinginan, terkadang penuh
keragu-raguan. Demikianlah kenyataannya, jika ada orang yang dapat
mengendalikan pikiran, pasti orang itu memperoleh kebahagiaan baik sekarang
maupun nanti.
Demikianlah manusia sebagai makhluk Tri Pramana selalu mengembangkan
kemampuan berpikirnya, sebagai makhluk utama yang membedakan dengan makhluk
lainnya. Keberadaan inilah yang menjadikan bahwa manusia adalah
sesosok makhluk yang sangat istimewa
karena dibekali dengan kemampuan yang sangat luar biasa oleh Tuhan untuk dapat
mengembangkan dirinya dan dapat bermanfaat untuk lingkungannya. Menyadari hal
inilah manusia dibekali dengan kesadaran yang dapat melampaui para dewa
sekalipun dengna jalan menekuni kehidupan spiritualnya. Namun demikian, banyak
sekali dari manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memihak
keberadaan orang lain bahkan lingkungannya karena terbelenggu oleh kegelapan
(avidya). Olah karena itulah, kita sebagai manusia mulai saat ini harus
mengembangkan kesadaran mulia ini untuk mengangkat drajat kita dan menolong
kepada siapapun tanpa pamrih.
Manusia Mampu
Menolong Dirinya Sendiri
Dalam kehidupan
sehari-hari kita lebih sering mendengar keluhan dan pada ungkapan kegembiraan.
Rupanya di dunia ini tidak ada orang yang tidak pernah mengeluh, mungkin karena
kecewa atau sedih. Orang miskin mengeluh menghadapi kehidupan yang berat,
sebaliknya orang kaya juga mengeluh karena kesulitan menentukan pilihan, inilah
irama kehidupan.
Dalam kitab Katha Upanisad, ada suatu
pengandaian di mana manusia diibaratkan sebuah kereta. Atman pemilik kereta
(penumpang), badan adalah kereta itu sendiri. Budhi atau kebijaksanaan adalah
kusir kereta, pikiran adalah tali kekang kuda kereta, indria adalah kudanya,
sedang jalan yang dilalui kereta adalah sasaran indria. Kalau orang yang tidak
memiliki kesadaran, pikiran menjadi tak terkendali, indria pun tidak dapat
diawasi ibarat kuda binal yang dapat menjeremuskan kereta. Tetapi kalau
kesadaran budhi dapat mengendalikan pikiran, pikiran mengendalikan indria,
semuanya laksana kuda yang bagus bagi kusir dan perjalanan pun akan selamat
Seperti telah diuraikan dalam pustaka
Sarasamuccaya menuntun untuk tidak bersedih walaupun hidupnya tidak makmur,
sebaliknya agar berbesar hati karena telah mendapat kesempatan lahir sebagai
manusia. Jadi dalam hidup ini kita harus optimis karena dengan lahir sebagai
manusia kesempatan berbuat baik untuk menolong diri sendiri terbuka lebar.
Sebagai dalam terjemahan Sarasamuccaya 4 berikut ini;
Menjelma menjadi manusia ini adalah sungguh-sungguh utama
sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya sendiri dan keadaan sengsara
(lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik, demikianlah
keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Jadi, jelas cara untuk menolong diri sendiri
adalah berbuat baik atau karma dan inilah salah satu penekanan ajaran agama
Hindu kalau dalam hidup kita tidak mau berbuat baik sampai kapan pun kita tidak
akan mendapat kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan dalam terjemahan
Sarasamuccaya.5, berikut ini;
Orang yang sama sekali tidak mau melakukan perbuatan baik,
orang semacam itu dianggap sebagai penyakit yang menjadi obat alam neraka,
apabila ia mati maka ia sebagai orang yang sakit ke suatu tempat, di mana tida
ada obat, kenyataannya ia selalu tidak mendapat kesenangan dalam perbuatannya.
Orang bijak mengatakan bahwa kelahiran menjadi
manusia ini singkat dan cepat tidak ubahnya dengan kerlapan kilat sering tidak
disadari keadaannya itu dan amat sukar pula didapat, oleh karenanya gunakanlah
kesempatan menjadi manusia ini dengan sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan ini
maupun diakhirat kelak akan didapat.
Peranan pikiran dalam Wrhaspati Tatwa, 16: sebagai rajanya indria amat menentukan nasib
manusia
“ pikiranlah yang
menyebabkan sang pribadi menikmati sorga, pikiranlah yang menyebabkan sang
pribadi jatuh ke neraka, pikiranlah yang menyebabkan sang pribadi jatuh jadi
binatang, pikiranlah yang menyebabkan sang pribadi menjelma menjadi manusia, pikiranlah
menyebabkan seseorang mendapatkan pelepasan dan menyatu dengan Brahman
Berdasarkan keseluruhan uraian-uraian ini dapat disimpulkan keutamaan manusia karena
memiliki unsur manah, wak, dan kaya yang membuatnya mampu untuk berbuat baik, ia mampu menolong
dirinya sendiri. Hal
inilah yang membedakan dengan makhluk yang lainnya di dunia ini. Pikiran dalam diri manusia adalah unsur yang
demikian penting perannya sebagai tali kekang (tali kendali dari indria-indria)
untuk menentukan jalannya kehidupan didunia ini. Agar kehidupan kita bisa
berjalan dengan baik sesuai dengan norma-norma agama, maka pikiranlah hendaknya
dikuasai dengan baik. Pikiran itulah yang menentukan geraknya indria pada jalan
dharma. Akan tetapi kalau pikiran mengarahkan indria pada jalan adharma maka
indria akan bergerak pada jalan adharma.
0 Response to "Konsep Manusia Dalam Pandangan Vedanta"
Post a Comment