MEMAKNAI KEHIDUPAN


MEMAKNAI KEHIDUPAN  
Oleh:
Untung Suhardi  


Pendahuluan
Kehidupan manusia pada dasarnya adalah serangkaian perjalan yang akan berhenti ketika kematian datang. Namun, apakah kita menyadari bahwa ketika kematian tiba ada yang melanjutkan perjalan ? dan  kemanakah perjalanan itu tertuju ?. Pertanyaan inilah yang terkadang kita sebagai manusia merasa perlu untuk melakukan perenungan dan upaya yang keras untuk memperbaikinya. Cobalah kita mengingat hal apakah yang kita lakukan dalam satu hari, apakah sudah bermanfaat untuk orang lain ? ataukah hanya diam atau hanya melakukan hal-hal iseng yang tidak ada manfaatnya ?.
Serangkaian pertanyaan inilah yang sering muncul dalam benak pikiran kita, apakah yang sudah dilakukan sampai dengan saat ini. Dan apakah yang sudah kita lakukan ini telah bermanfaat untuk orang lain atau bahkan merugikan orang lain. Hal inilah yang dapat kita maknai dalam kehidupan ini bahwa secara sengaja atau tidak sengaja kita sering membuat serangkaian baik pikiran, perkataan,atau perbuatan kita yang terkadang malah ingin mencelakakan orang lain karena faktor irihati, merasa lemah dihadapan orang lain atau bahkan dengan sengaja untuk mencelakakan orang lain dengan motif tertentu. Sifat-sifat inilah yang dalam menjalani kehidupan ini baik dalam dunia pekerjaan atau bahkan di rumah dalam satu  lingkungan keluarga kerap terjadi seperti ini lantaran sebab ketidak sukaan.

Menjalani kehidupan
Manusia sering dihadapkan pada serangkaian pertanyaan dari manakah elemen yang menyusun badan manusia ini ? dan bagaimanakah kekuatan  itu membangunnya ?. Pertanyaan inilah yang kemudian membawa manusia pada ujung pertanyaanya bahwa untuk apakah yang mahakuasa menciptakan semuanya ini?. Pada serangkaian sejarah manusia bahwa dikatakan sebagai makhluk yang religius yang menanyakan tentang seni menjalani kehidupan ini agar dapat lolos dari seleksi alam. Namun demikian, banyak juga diantara manusia yang menganggap bahwa kehidupan manusia sebagai hukuman yang berasal dari yang mahakuasa. Pandangan inilah yang menjadikan bahwa manusia selalu menyalahkan dirinya sendiri dan tidak mau belajar dari orang lain dan menganggap kebaikan orang lain hanyalah sebuah pencitraan dirinya agar dikenal oleh orang lain. 
Keadaan manusia pada dasarnya adalah untuk menjadikan dirinya mengenal dirinya sendiri. Hal inilah yang merupakan suatu kondisi yang paling sulit bahkan Carl Jung mengatakan bahwa “Bagian yang paling menakutkan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri secara utuh dan apa adanya”[1]. Pendapat ini dapat untuk dibenarkan karena sesungguhnya hal yang paling sulit adalah menerima diri sendiri. Kata kunci yang paling sulit ini harusnya menjadikan kita sebagai manusia mampu untuk menyelami samudra kehidupan yang tidak hanya melihat kesenangan saja, melainkan kesedihan, kekecewaan, cacian dan bahkan hujatan itu sebagai obat bagi kesembuhan kesadaran jiwa kita. Karena sebenarnya yang melanjutkan perjalanan kita nanti bukanlah badan ini, melainkan sang roh yang dengan setia dan terkadang tidak pernah kita perdulikan yang meneruskan perjalanan. Sang roh ini bagaikan entitas yang tidak pernah mengharap dan tidak pernah meminta dari bimbingan yang telah diberikan olehnya. Oleh karena itulah, waktu yang ada di dunia ini kita harus menghidupi sang roh dengan kegiatan yang bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat dalam lingkup yang luas. 
Perjalanan waktu yang sangat panjang ini pada  tahun 2018 sebagai momentum bagi kita untuk menata diri dan menjadikan kita lebih dewasa dalam menyelesaikan permasalahn kehidupan. Karena pada dasarnya orang yang ingin menjadikan dirinya sukses bukanlah orang lain melainkan adanya usaha yang keras dari diri kita sendiri untuk merubah halangan menjadi tantangan. Keyakinan inilah yang harusnya menjadikan diri kita sebagai bagian dari roda kehidupan yang selalu berjalan pada rel dan jangan sampai kita menyimpang dari rel yang telah ada. Hal ini dimaksudkan bahwa nilai pengorbanan yang kita lakukan terkadang hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain, akan tetapi kita harus sadar bahwa pengorbanan sekecil apapun harus kita lakukan karena sebagai wujud kontribusi kita pada kehidupan ini. Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan dualisme keadaan dunia, untuk itulah kita harus tegar untuk menjalani kehidupan jangan sampai menyesal,putus asa, atau bahkan mengambil jalan pintas.

Penutup  
Perjalanan kehidupan manusia tidak hanya makan, tidur, rekreasi, atau bahkan bekerja. Semuanya itu hanya siklus rutinitas kita sebagai manusia yang mengisi kehidupan untuk meneruskan kehidupan itu sendiri. Keadaan yang terjadi pada diri kita ynag sekarang janganlah dijadikan batasan bagi kita untuk mengembangkan diri justru dengan keadaan yang ada pada diri kita sekarang dijadikan keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain. 
Setiap manusia diharuskan untuk bekerja dan berusaha semaksimal mungkin untuk meneruskan kehidupan ini. karena siapa yang bekerja dengan penuh keikhlasan, totalitas semua roh suci berkunjung menyapa, menemui, membantu, membimbing, dan bukan tidak mungkin membukakan pintu-pintu kesuksesan. Hal ini lah yang harus kita sadari bersama bahwa hidup ini tidak hanya kekedar mencari penghidupan akan tetapi buatlah kehidupan untuk kesejahteraan lahir maupun batin (moksatam jayadhita ya ca itidharma). 

Selanjutnya Baca:
Konsep Manusia Menurut Vedanta

Baca:
Catur Purusartha dan Implementasinya dalam Kehidupan


[1] Diadaptasi dari Tulisan Gede Prama. 2003. Jalan-Jalan Penuh Keindahan: Dari Kejernihan untuk Kepemimpinan Kehidupan. Jakarta: GPU, hal: 75.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MEMAKNAI KEHIDUPAN"

Post a Comment